SOPHIS DAN SOCRATES (FILSAFAT UMUM)
Muhamad Farhan Sahlani
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke khadirat Allah
SWT., Tuhan yang telah memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga
makalah ini dapat diselesaikan walaupun masih banyak kesalahan dan kekurangan.
Shalawat dan salam semoga
senantiasa dilimpahkan kepada Baginda Nabi Muhammad s.a.w., keluarganya,
sahabatnya, serta pengikutnya.
Makalah yang Sophis Dan Socrates merupakan salah satu
tugas mata kuliah Filsafat Umum.
Dengan selesainya karya tulis
ini, kami memanjatkan do’a kepada Allah swt. agar apa yang penulis harapkan
dapat tercapai, dan tidak lupa kami harapkan dorongan dan motivasi dari pembaca
dengan memberikan saran dan kritikan kepada Kami, demi perbaikan serta
penyempurnaan makalah ini.
Cipasung, 5 Maret 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................. v
DAFTAR ISI............................................................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG.................................................................................................. 1
B. RUMUSAN MASALAH.............................................................................................. 1
C. TUJUAN PENULISAN................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................
2
A.
MUNCULNYA KAUM
SHOPIS............................................................................. 2
B.
PERANAN KAUM
SHOPIS.................................................................................... 2
C.
PARA FILOSOF
KAUM SHOPIS........................................................................... 3
D.
SOCRATES............................................................................................................... 3
E.
AJARAN-AJARAN
SOCRATES............................................................................ 4
F.
PENGIKUT-PENGIKUT
SOCRATES.................................................................... 5
BAB III PENUTUP.................................................................................................................. 6
A.
KESIMPULAN....................................................................................................... 6
B.
SARAN................................................................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................ 7
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Sofis
adalah nama yang diberikan kepada sekelompok filsuf yang hidup dan berkarya
pada zaman yang sama dengan Sokrates. Mereka muncul pada pertengahan hingga
akhir abad ke-5 SM. Meskipun sezaman, kaum sofis dipandang sebagai penutup era
filsafat pra-sokratik sebab Sokrates akan membawa perubahan besar di dalam
filsafat Yunani. Golongan sofis bukanlah suatu mazhab tersendiri, sebab para
filsuf yang digolongkan sebagai sofis tidak memiliki ajaran bersama ataupun
organisasi tertentu. Karena itu, sofisme dipandang sebagai suatu gerakan dalam
bidang intelektual di Yunani saat itu yang disebabkan oleh beberapa faktor yang
timbul saat itu
Kaum Sofis muncul pada pertengahan abad ke-5 SM. Beberapa orang filsuf
sofis yang terkenal tidak berasal dari Athena, namun semua nya pernah
mengunjungi dan berkarya di Athena.
Socrates (Yunani: Σωκράτης, Sǒcratēs) (469 SM - 399 SM)
adalah filsuf dari Athena, Yunani dan merupakan salah satu figur paling penting
dalam tradisi filosofis Barat. Socrates lahir di Athena, dan merupakan generasi
pertama dari tiga ahli filsafat besar dari Yunani, yaitu Socrates, Plato dan
Aristoteles. Socrates adalah guru Plato, dan Plato pada gilirannya juga
mengajar Aristoteles. Semasa hidupnya, Socrates tidak pernah meninggalkan karya
tulisan apapun sehingga sumber utama mengenai pemikiran Socrates berasal dari
tulisan muridnya (plato). Peninggalan pemikiran Socrates yang paling penting
ada pada cara dia berfilsafat dengan mengejar satu definisi absolut atas satu
permasalahan melalui satu dialektika. Pengejaran pengetahuan hakiki melalui
penalaran dialektis menjadi pembuka jalan bagi para filsuf selanjutnya.
Perubahan fokus filsafat dari memikirkan alam menjadi manusia juga dikatakan
sebagai jasa dari Sokrates. Manusia menjadi objek filsafat yang penting setelah
sebelumnya dilupakan oleh para pemikir hakikat alam semesta. Pemikiran tentang
manusia ini menjadi landasan bagi perkembangan filsafat etika dan epistemologis
di kemudian hari.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa itu Kaum sophis (sofis)?
2.
Siapa itu socrates?
3.
Bagaimana peranan kaum sophis dan
socrates untuk dunia?
C.
TUJUAN PENULISAN
1.
Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Filsafat Umum
2.
Menambah Wawasan mengenai Sophis
dan Socrates
3.
Mengenal para sejarah filosof
BAB II
PEMBAHASAN
A.
MUNCULNYA KAUM SOPHIS
Setelah perang dengan Persia usai
pada tahun 449 SM, Athena berkembang pesat di dalam bidang politik dan ekonomi.
Perikles adalah tokoh yang berhasil memimpin Athena saat itu hingga Athena
berhasil menjadi pusat seluruh Yunani. Sebelumnya, filsafat dan ilmu
pengetahuan lain kurang berkembang di Athena, melainkan di tempat-tempat lain.
Namun setelah Athena menjadi pusat politik dan ekonomi Yunani, dengan segera
Athena juga menjadi pusat dalam bidang intelektual dan kultural.
Bersamaan dengan meningkatnya
kemakmuran warga Athena, maka dirasakan juga kebutuhan di dalam bidang pendidikan.
Pendidikan yang utama pada waktu itu adalah pendidikan yang memampukan
seseorang untuk berbicara dengan baik dan meyakinkan di depan umum. Hal itu
berkaitan dengan kemajuan di bidang politik, yakni dengan sistem demokrasi
diterapkan di Athena. Sistem demokrasi Athena menggunakan pemungutan suara
terbanyak di dalam pengadilan maupun sidang umum. Oleh karena itu, para pemuda
yang merupakan calon-calon pemimpin harus dilatih untuk dapat berbicara dengan
meyakinkan supaya dapat ikut serta dalam kehidupan politik. Di sinilah kaum
sofis memenuhi kebutuhan akan pendidikan tersebut. Kaum sofis mengajarkan
ilmu-ilmu seperti matematika, astronomi, dan tata bahasa, di samping ilmu
retorika yang merupakan ilmu terutama. Selain memiliki murid-murid yang berasal
dari kalangan atas, para sofis juga memberi ceramah-ceramah untuk rakyat.
Nama “Sofis” (sophistes) tidak
dipergunakan sebelum abad ke-5.Arti tertua dari kata “Sofis” adalah “seseorang
bijaksana” atau “seseorang yang mempunyai keahlian dalam bidang tertentu”. Agak
cepat kata ini dipakai dalam arti “sarjana” atau “cendekiawan”. Herodotos
memakai nama sophiestes untuk Phytagoras. Pengarang Yunani yang bernama
Androtion (4 SM) menggunakan nama ini untuk menunjukkan “ketujuh orang
bijaksana” dari abad 6 dan Sokrates. Lysias, ahli pidato Yunani yang hidup
sekitar permulaan abad ke-4 memakai nama ini untuk Plato. Tetapi pada abad ke-4
nama philosophos menjadi nama yang biasanya dipakai dalam arti “sarjana” atau
“cendekiawan”, sedangkan nama sophistes khusus dipakai untuk guru-guru yang
berkeliling dari kota ke kota dan memainkan peranan penting dalam masyarakat
Yunani sekitar paruh abad ke-5.
B.
PERNANA KAUM SOPHIS
Di dalam sejarah filsafat, kaum sofis sering
dipandang secara negatif. Misalnya saja, mengajar untuk mendapatkan uang yang
banyak, menghalalkan segala cara untuk memenangkan argumentasi, serta
mengajarkan relativisme. Salah satu faktor yang menyebabkan hal itu adalah
adanya pernyataan dari Sokrates, Plato, dan Aristoteles terhadap kaum sofis.
Akan tetapi, kini telah ada usaha-usaha untuk menilai kaum sofis secara
positif. Berikut adalah beberapa sumbangan kaum sofis terhadap perkembangan
filsafat:
1. Kaum sofis menjadikan manusia sebagai pusat
pemikiran filsafatnya. Tidak hanya itu, bahkan pemikiran manusia itu sendiri
dijadikan tema filsafat mereka. Contohnya adalah pandangan Prodikos tentang
dewa-dewi sebagai proyeksi pemikiran manusia, atau pandangan Protagoras tentang
proses pemikiran untuk mengenali sesuatu.
2. Kaum sofis merupakan pionir dalam hal pentingnya
bahasa di dalam filsafat. Hal itu terlihat dari berkembangnya retorika dan juga
pentingnya pemakaian kata yang tepat. Selain itu, kaum sofis juga menciptakan
gaya bahasa baru untuk prosa Yunani.(butuh rujukan) Sejarawan-sejarawan Yunani
yang besar seperti Herodotus dan Thukydides, amat dipengaruhi oleh mereka.
Kemudian etika kaum sofis juga memengaruhi dramawan-dramawan tersohor seperti
Sophokles dan Euripides.
3. Kritik kaum sofis terhadap pandangan tradisional
mengenai moral membuka cakrawala pemikiran baru terhadap etika rasional dan
otonom.
4. Kaum sofis memberikan pengaruh besar terhadap
pemikiran Sokrates, Plato, dan Aristoteles. Karena itu, secara tidak langsung,
kaum sofis memberikan sumbangan besar terhadap filsafat zaman klasik dengan
tiga filsuf utama tersebut.
C. PARA FILOSOF KAUM SOPHIS
Di dalam sejarah
filsafat, dikenal beberapa nama filsuf yang termasuk di dalam kaum sofis.
Nama-nama tersebut adalah
1. Protagoras dari Abdera
2. Xeniades
dari Korintus
3. Gorgias dari Leontinoi
4. Lycophron, Prodikos dari Keos
5. Thrasymakos dari Chalcedon
6. Hippias dari Elis
7. Antiphon Dan Kritias dari Athena.
Dari beberapa
nama filsuf tersebut, hanya Protagoras, Gorgias, Prodikos, Hippias, dan
Antiphon, yang fragmen-fragmen tulisannya masih tersimpan sehingga
pengajarannya dapat diketahui. Hanya ada sedikit sekali tulisan yang berbicara
mengenai Thrasymakos dan Kritias.Sedangkan untuk Lycophron dan Xeniades, sama
sekali tidak ada fragmen tulisan mereka yang tersimpan
D.
SOCRATES
Socrates adalah filsuf dari
Athena, Yunani dan merupakan salah satu figur paling penting dalam sejarah
filosof. Socrates lahir di Athena, dan merupakan generasi pertama dari tiga
ahli filsafat besar dari Yunani, yaitu Socrates, plato dan aristoteles.
Socrates adalah yang mengajar
Plato dan Plato pada gilirannya juga mengajar Aristoteles. Socrates
diperkirakan lahir dari ayah yang berprofesi sebagai seorang pemahat patung
dari batu (stone mason) bernama Sophroniskos. Ibunya bernama Phainarete
berprofesi sebagai seorang bidan, dari sinilah Socrates menamakan metodenya
berfilsafat dengan metode kebidanan nantinya. Socrates beristri seorang
perempuan bernama Xantippe dan dikaruniai tiga orang anak.
Secara historis, filsafat
Socrates mengandung pertanyaan karena Socrates sediri tidak pernah diketahui
menuliskan buah pikirannya. Apa yang dikenal sebagai pemikiran Socrates pada
dasarnya adalah berasal dari catatan oleh Plato, Xenophone (430-357) SM, dan
siswa-siswa lainnya. Yang paling terkenal diantaranya adalah Socrates dalam
dialog Plato dimana Plato selalu menggunakan nama gurunya itu sebagai tokoh
utama karyanya sehingga sangat sulit memisahkan mana gagasan Socrates yang
sesungguhnya dan mana gagasan Plato yang disampaikan melalui mulut Sorates.
Nama Plato sendiri hanya muncul tiga kali dalam karya-karyanya sendiri yaitu
dua kali dalam Apologi dan sekali dalam Phaedrus.
Socrates dikenal sebagai seorang
yang tidak tampan, berpakaian sederhana, tanpa alas kaki dan berkelilingi
mendatangi masyarakat Athena berdiskusi soal filsafat. Dia melakukan ini pada
awalnya didasari satu motif religius untuk membenarkan suara gaib yang didengar
seorang kawannya dari Oracle Delphi yang mengatakan bahwa tidak ada orang yang
lebih bijak dari Socrates. Merasa diri tidak bijak dia berkeliling membuktikan
kekeliruan suara tersebut, dia datangi satu demi satu orang-orang yang dianggap
bijak oleh masyarakat pada saat itu dan dia ajak diskusi tentang berbagai
masalah kebijaksanaan. Metode berfilsafatnya inilah yang dia sebut sebagai
metode kebidanan. Dia memakai analogi seorang bidan yang membantu kelahiran
seorang bayi dengan caranya berfilsafat yang membantu lahirnya pengetahuan
melalui diskusi panjang dan mendalam. Dia selalu mengejar definisi absolut
tentang satu masalah kepada orang-orang yang dianggapnya bijak tersebut
meskipun kerap kali orang yang diberi pertanyaan gagal melahirkan definisi
tersebut. Pada akhirnya Socrates membenarkan suara gaib tersebut berdasar satu
pengertian bahwa dirinya adalah yang paling bijak karena dirinya tahu bahwa dia
tidak bijaksana sedangkan mereka yang merasa bijak pada dasarnya adalah tidak
bijak karena mereka tidak tahu kalau mereka tidak bijaksana.
Cara berfilsatnya inilah yang
memunculkan rasa sakit hati terhadap Sokrates karena setelah penyelidikan itu
maka akan tampak bahwa mereka yang dianggap bijak oleh masyarakat ternyata
tidak mengetahui apa yang sesungguhnya mereka duga mereka ketahui. Rasa sakit
hati inilah yang nantinya akan berujung pada kematian Sokrates melalui
peradilan dengan tuduhan resmi merusak generasi muda, sebuah tuduhan yang
sebenarnya dengan gampang dipatahkan melalui pembelaannya sebagaimana tertulis
dalam Apologi karya Plato. Socrates pada akhirnya wafat pada usia tujuh puluh
tahun dengan cara meminum racun sebagaimana keputusan yang diterimanya dari
pengadilan dengan hasil voting 280 mendukung hukuman mati dan 220 menolaknya.
Socrates sebenarnya dapat lari
dari penjara, sebagaimana ditulis oleh Krito, dengan bantuan para sahabatnya
namun dia menolak atas dasar kepatuhannya pada satu “kontrak” yang telah dia
jalani dengan hukum di kota Athena. Keberaniannya dalam menghadapi maut
digambarkan dengan indah dalam Phaedo karya Plato. Kematian Socrates dalam
ketidakadilan peradilan menjadi salah satu peristiwa peradilan paling
bersejarah dalam masyarakat Barat di samping peradilan Yesus Kristus.
E.
AJARAN-AJARAN SOCRATES
Socrates memilih manusia sebagai
objek penyelidikannya dan ia memandang manusia lebih kurang dari segi yang sama
seperti mereka yaitu sebagai makhluk yang mengenal, yang harus mengatur tingkah
lakunya sendiri dan yang hidup ke dalam masyarakat. Sebagaimana juga para filosofis,
socrates pun mulai filsafatnya dengan bertitik tolak dari pengalaman
sehari-hari dan dari kehidupan yang konkrit. Tetapi ada suatu perbedaan yang
penting sekali antara sokrates dan para kaum sofis, yaitu sokrates tidak
menyetujui relativisme yang terdapat pada kaum sofis, menurut sokrates ada
kebenaran obyektif, yang tidak bergantung pada saya dan kita.
1. Metode
Metode
yang dipakai socrates untuk menghadapi keahlian silat lidah kaum sofis itu dikenal
sebagai metode Dialektik kritis. Proses dialektik di sini mengandung arti
“dialog antara dua pendirian yang bertentangan ataupun merupakan perkembangan
pemikiran dengan memakai pertemuan antar ide”. Sedangkan sikap kritis itu
berarti socrates tidak mau menerima begitu saja sesutau pengertian sebelum
dilakukan pengujian untuk membuktikan benar atu salahnya. Oleh karena itu dalam
melaksanakan metode dialektik kritis ini, socrates selalu meminta penjelasan
tentang sesuatu pengertian dari orang yang dianggapnya ahli dalam bidang
tersebut. Kemudian socrates mengajukan pertanyaan mengenai dasar dasar pemikran
para ahli itu. Jadi socrates menuntut kemampuan para ahli untuk mempertanggung
jawabkan pengetahuannya dengan alasan yang benar. Metode ini yang digunakan
socrates untuk menemukan kebenaran yang obyektif.Dalam metode dialektiknya ia
menemukan dua penemuan metode yang lain, yakni induksi dan definisi. Istilah
induksi mana kala pemikiran bertolak dari pengetahuan yang khusus, lau
menyimpulkannya dengan pengertian yang umum. Pengertian umum diperoleh dari
mengambil sifat-sifat yang sama( umum) dari masing-masing kasus khusus. Ciri
umum tersebut dinamakan ciri esensi dan ciri khusus itu dinamakan ciri
eksistensi. Suatu definisi dibuat dengan menyebutkan semua ciri esensi suatu
objek dengan menyisihkan semua ciri eksistensinya.
2. Etika
Faham etika
socrates merupakan kelanjutan dari metode yang ia temukan (definisi dan
induksi). Socrates mencurahkan perhatiannya pada cabang filsafat yang disebut ”Etika”.
Dalam apologia, socrates menerangkan kepada hakim – hakimnya, bahwa ia
menganggap sebagai tugasnya mengingatkan para warga negara athena supaya mereka
mengutamakan jiwa mereka dan bukan kesehatan, kekayaan, kehormatan atau hal –
hal sedemikian yang tidak sebanding dengan jiwa. Menurut socrates, tujuan
tertinggi kehidupan manusia ialah membuat jiwanya menjadi sebaik mungkin
F.
PENGIKUT-PENGIKUT SOCRATES
tak lama setelah kematiannya dia dianggap sebagai pendiri sejumlah aliran
pemikiran filsafat. Sokrates tidak pernah memiliki murida dalam arti yang
sebenarnya, sokrates juga tidak pernah mendirikan mazhab apapun, sokrates hanya
mengajak pengikutnya agar mereka berfilsafat sendiri. Stelah kematian sokrates,
pengikut-pengikut sokrates itupun memilih jalan mereka masing-masing, dari
semua pengikut sokrates itu tidak ada yang dapat membandingi plato. Pengikut
sokrates yang lain disebut dengan “The Minor Socratics”, yang kemudian
mereka-mereka ini mendirikan beberapa pokok ajaran, antara lain :
1.
Mazhab Megara
Didirikan oleh pengikut sokrates yang bernama Eukleides dari Megara. Ia
mencoba mendamaikan “yang ada” dari mazhab elea
dengan “yang baik” dari sokrates
2.
Mazhab Elis dan Eretria
Didirikan oleh Eretria, ia menaruh perhatian pada persoalan-persoalan yang
berhubungan dengan dialektika
3.
Mazhab Sinis
Tokoh utamanya adalah Antisthenes, dalam bidang dialektika ia menentang
teori plato mengenai ide yang berdiri sendiri, dan dalam bidang etika ia
beranggapan bahwa manusia mempunyai
keutamaan, bila ia tahu, ia kan melepaskan diri dari barang jasmani dan segala macam kesenangan
karena kesenangan adalah musuh besar bagi orang yang ingin hidup bahagia.
4.
Mazhab Hedonis
Tokoh utamanya Aristippos, ajarannya adalah bahwa keutamaan tidak lain
daripada mencari”yang baik” namun yang baik disini disamakan dengan kesenangan
(hedone), kesenangan disini juga termasuk kesenangan badani juga, akan tetapi
seporang yang bijaksana tidak akan mengejar kesenanagan tanpa batas, karena kesenangan
yang tanpa batas akan menyebabkan kesusahan. Dalam perspektif hedonisme,
pengendalian diri dan pertarakan perlu untuk mencapai cara hidup yang ideal.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kaum Shopis adalah kaum yang berpengaruh besar
terhadap filsafat, terbukti dengan sumbangasih para filosof dari kaum shopis.
Begitu juga dengan Socrates yang menjadi sejarah bagi para filosof,ke
masyhuranya socrates terbukti dengan kesuksesan anak didik nya (Plato) yang
juga menjadi sejarah para filosof. Tetapi ada suatu perbedaan yang penting
sekali antara sokrates dan para kaum sofis, yaitu sokrates tidak menyetujui
relativisme yang terdapat pada kaum sofis, menurut sokrates ada kebenaran
obyektif, yang tidak bergantung pada saya dan kita.
B. SARAN
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari para pembaca terutama pada dosen mata kuiah, agar
dapat pembuatan makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Atas kritik dan saranya,
kami ucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
K.Bertens, Sejarah Filsafat Yunani,
Jogjakarta: Kanisius,1999
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, PT.
Remaja Rosdakarya Bandung, 2000, hal. 9
Bertens, Kees. Sejarah Filsafat
Yunani. Kanisius. 1999. Yogyakarta.
Ferguson, Wallace K., and
Geoffrey Bruun. A Survey of European Civilization (4th Ed), pg. 38-39.
Houghton Mifflin Company /
Boston, 1969, USA.
Rakhmat, Ioanes. Sokrates dalam
Tetralogi Plato: Sebuah Pengantar dan Terjemahan Teks. Gramedia. 2009. Jakarta.
Yenne, Bill. 100 Pria Pengukir
Sejarah Dunia (hal 32-33). Alih bahasa: Didik Djunaedi. PT. Pustaka
Delapratasa, 2002, Jakarta.
thanks for reading and watching
thanks for reading and watching
Terima Kasih tulisannya
BalasHapussama sama , semoga bermanfaat :-)
Hapus