Selasa, 10 April 2018

KONSELING PESANTREN


KONSELING PESANTREN
KARYA ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Bimbingan Dan Konseling
   Dosen           : H. Abas. R., Drs., M.M.Pd

 
                                                                           
                                             


Disusun Oleh             : M. Farhan Sahlani
NIM                            : 15.0156.1
                                    Tingkat/Semester        : IIID/V
                                    Fakultas/Jurusan          : Tarbiyah/PAI

INSTITUT AGAMA ISLAM CIPASUNG (IAIC)
SINGAPARNA – TASIKMALAYA
2017/2018

KATA PENGANTAR


Alhamdulillah, puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT. Yang telah memberi Penulis kekuatan dan kemudahan dalam menyelesaikan makalah ini sehingga dapat diselesaikan. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan Dan Konseling yang berjudul “Konseling Pesantren”. Namun demikian semoga makalah ini tidak hanya bermanfa’at bagi Penulis namun juga bisa bermanfa’at dan menambah wawasan bagi semua pihak.
Dalam pembuatan makalah ini Penulis tidak terlepas dari berbagai kesulitan karena keterbatasan ilmu dan pengalaman yang Penulis miliki, namun berkat petunjuk Allah SWT, motivasi, bimbingan, serta bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun secara tidak langsung, dengan izin Allah SWT, tugas makalah ini dapat di selesaikan.
            Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu Penulis mengharapkan saran dan kritikan kepada Pembaca demi kesempurnaan makalah ini untuk masa yang akan datang, semoga makalah ini ada manfa’atnya.


Cipasung,  23 Oktober 2017

Penulis

DAFTAR ISI

PENDAHULU                                                                      Hlm.
Halaman Judul………………………………………………………….i
Daftar Isi……………………………………………………………….ii
Kata Pengantar…………………………………………………………iii
Prakata………………………………………………………………….iv
Satuan Acara Perkuliahan……………………………………………...v
ISI BAB                                                                                 Hlm.
BAB 1 : Pengertian Konseling Pesantren ………………………….. ....1
BAB 2 : Peran dan Fungsi Konseling Pesantren……… ……………….11
BAB 3 : Eksplorasi Problema dalam Pesantren………………….……. .21
BAB 4 : At Tawazun dalam Konseling Pesantren……………………... 37
BAB 5 : Konseling Islami dalam Budaya Pesantren…………………….62
BAB 6 : Model Konseling Pesantren…………………………………….74
PENUTUP
Daftar Pustaka………………………………………………………......94
Evaluasi dan Penilaian Perkuliahan………………………………….....98


BAB 1
PENGERTIAN KONSELING PESANTREN

Pendahuluan
Paket bahan perkuliahan ini difokuskan pada definisi konseling pesantren. Kajian dalam paket ini meliputi pengertian konseling pesantren secara bahasa, pengertian konseling pesantren secara istilah, dan pengertian konseling pesantren menurut para tokoh
yang mendefinisikan konseling pesantren. Paket ini sebagai pengantar
dari paket-paket sesudahnya, sehingga paket ini merupakan paket yang paling dasar. Dalam BAB 1 ini mahasiswa akan mengkaji pengertian konseling pesantren. Sebelum perkuliahan berlangsung, dosen terlebih dahulu menanyakan tentang paradigma umum tentang arti dari term konseling serta arti dari term pesantren untuk memancing ide atau wawasan yang dimiliki mahasiswa sebelum masuk ke dalam pembahasan definisi tentang konseling pesantren. Mahasiswa juga diberi tugas untuk membaca uraian materi dan mendiskusikannya dengan panduan lembar kegiatan. Dengan dikuasainya dasar-dasar BAB 1 ini diharapkan dapat menjadi modal untuk mempelajari paketpaket berikutnya. Penyiapan media pembelajaran dalam perkuliahan ini sangat penting. Perkuliahan ini memerlukan media pembelajaran berupa
LCD dan laptop sebagai salah satu media pembelajaran yang dapat mengefektifkan jalannya perkuliahan, serta kertas plano, spidol dan selotip ataupun paku untuk alat menuangkan kreatifitas hasil perkuliahan dengan membuat peta konsep.

Rencana Pelaksanaan Perkuliahan
Kompetensi Dasar
Mahasiswa mampu mendefinisikan konseling pesantren secara
bahasa, istilah, maupun merujuk kepada pendapat tokoh tentang
pengertian konseling pesantren.
Indikator
Pada akhir perkuliahan mahasiswa diharapkan mampu :
1. Mengerti tentang pengertian konseling pesantren secara
bahasa, istilah, dan pendapat para tokoh.
2. Mampu menguraikan tentang term konseling dan term
pesantren serta mendeskripsikan tentang pengertian konseling
pesantren.
3. Mampu memahami perbedaan antara konseling pada
umumnya dengan konseling pesantren.

Waktu
4x50 menit

Materi Pokok
Perspektif konseling pesantren
1. Pengertian konseling pesantren secara bahasa, istilah dan
menurut para tokoh
2. Perbedaan konseling pesantren dengan konseling secara umum

Kegiatan Perkuliahan

Kegiatan Awal (10 menit)
1. Paradigma umum tentang konseling pesantren
2. Memberikan penjelasan tentang pentingnya mempelajari paket

Kegiatan Inti (75 menit)
1. Membagi mahasiswa dalam 3 kelompok
2. Masing-masing kelompok mendiskusikan sub tema :
Kelompok 1 : Pengertian konseling pesantren secara bahasa
Kelompok 2 : Pengertian konseling pesantren secara istilah
Kelompok 3 : Perbedaan antara konseling pesantren dengan konseling secara umum
3. Presentasi hasil diskusi dari masing-masing kelompok
4. Selesai presentasi setiap kelompok, maka kelompok lain memberikan klarifikasi
5. Penguatan hasil diskusi dari dosen
6. Dosen memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menanyakan sesuatu yang belum paham atau menyampaikan konfirmasi
Kegiatan Penutup (10 menit)
1. Menyimpulkan hasil perkuliahan
2. Memberi dorongan psikologis/saran/nasehat
3. Refleksi perkuliahan oleh mahasiswa

Kegiatan Tindak Lanjut (5 menit)
1. Memberi tugas latihan
2. Mempersiapkan perkuliahan selanjutnya

Lembar Kegiatan
Membuat peta konsep (mind map) tentang pengertian
konseling pesantren secara bahasa, istilah, dan pendapat para tokoh
yang mendefinisikan konseling pesantren serta perbedaan antara
konseling pesantren dengan konseling pada umumnya.
Peta Konsep
1. Peta Konsep
Perspektif Konseling Pesantren :
·         Perbedaan Konseling Pesantren dengan Konseling secara Umum
Perbedaan
a. Dari segi definisi secara bahasa dan istilah
b. Definisi secara toritik maupunempirik
·         KP (bahasa) -- KP (istilah) -- KP (pendapat)

Tujuan
Mahasiswa dapat membuat peta konsep untuk membangun
pemahaman tentang pengertian konseling pesantren secara bahasa,
istilah, maupun pendapat para tokoh yang mendefinisikannya. Dan juga mahasiswa dapat membedakan konseling pesantren dengan konseling pada umumnya dari anggota kelompok yang dituangkan dalam peta konsep.

Bahan dan Alat
Kertas plano, spidol berwarna dan isolasi
Langkah Kegiatan
1. Pilihlah seorang pemandu kerja kelompok dan penulis konsep hasil kerja!
2. Diskusikan materi yang telah ditentukan dengan anggota kelompok!
3. Tuliskan hasil diskusi dalam bentuk Peta Konsep sebagaimana contoh gambar diatas!
4. Tempelkan hasil kerja kelompok dipapan tulis/dinding kelas!
5. Pilihlah satu anggota kelompok untuk presentasi!
6. Presentasikan hasil kerja kelompok secara bergiliran, dengan waktu masing-masing kurang dari 10 menit !
7. Berikan tanggapan /klarifikasi dari presentasi kelompok lain!

Urain Materi
A. Perspektif Konseling Pesantren
Pembaharuan proses pelayanan pendidikan di dunia pesantren terus berkembang. Pesantren haruslah tidak hanya mengajarkan masalah-masalah agama saja, namun harus menyajikan ilmu lain yang juga akan diperlukan setelah para santri lulus dari pesantren karena keseimbangan ilmu yang dimiliki juga akan memudahkan alumni setelah para santri itu lulus dari pesantren.[1] Selain itu pembaruan yang mencangkup penekanan keseimbangan ilmu yang diberikan di pesantren juga berkaitan dengan pelayanan pendidikan yang ada di pesantren. Pesantren memerlukan pelayanan pendidikan yang dapat membantu para santri untuk menyalurkan ilmu yang didapat dan memiliki hak yang sama dengan siswa luar pesantren. Salah satu pelayanan yang penting untuk para santri adalah konseling pesantren.

B. Pengertian Konseling Pesantren secara bahasa dan Istilah
Secara bahasa Konseling Pesantren berasal dari dua kata atau term. Konseling secara bahasa berasal dari kata serapan bahasa inggris yaitu counseling. Asal kata counseling adalah to counsel yang berarti memberikan nasehat atau memberi anjuran kepada orang lain secara face to face. Kata ini berbeda dengan membimbing atau memberi nasihat. Karena posisi konselor bersifat membantu, maka konsekuensinya individu sendiri harus aktif belajar memahami dan sekaligus melaksanakan tuntunan islam.[2] Sebelum counseling diserap menjadi Konseling, counseling diartikan sebagai penyuluhan. Namun sejak tahun 1980, penyuluhan berangsur-angsur berubah menjadi konseling sebagaimana ada di literatureliteratur yang beredar. Hal itu dikarenakan bahasa penyuluhan juga sering dipakai oleh bidang keilmuan yang lain seperti penyuluhan hokum, keluarga, pertanian, dan lainnya.[3] Secara bahasa memang konseling berasal dari bahasa inggris, namun jika dalam perspektif islam, sebenarnya konseling itu sudah tercantum di dalam al-Qur’an dan disampaikan oleh Rasulullah Saw berbentuk ajaran agar manusia memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat (ketentraman jiwa, ketenangan hidup, dan kembalinya jiwa kepada yang Kuasa dengan keadaan suci).[4] Secara istilah konseling adalah proses bantuan yang diberikan kepada klien dalam bentuk hubungan terapeutik antara konselor dan klien agar klien dapat meningkatkan kepercayaan diri, penyesuaian diri, atau berperilaku baru sehingga klien memperoleh kebahagiaan.[5] Namu dalam perspektif islam, membantu di dalam istilah konseling adalah membantu karena pada hakikatnya individu sendirilah yang perlu hidup sesuai dengan tuntunan Allah (jalan yang lurus) agar mereka selamat.[6] Sedangkan pesantren menurut kamus bahasa Indonesaia berarti tempat santri atau murid-murid belajar mengaji. Akar kata pesantren berasal dari kata ‘santri’, yaitu yang digunakan bagi orang-orang yang menuntut ilmu agama di lembaga pendidikan tradisional Islam di Jawa dan di Madura. Dalam pengertian sempit, santri adalah seorang pelajar sekolah agama, sedangkan pengetian luas dan umum, santri mengacu pada seorang anggota bagian penduduk Jawa yang menganut Islam dengan sungguh-sungguh, rajin shalat, pergi ke masjid pada hari Jum’at dan sebagainya. Setidaknya ditemukan empat teori tentang asal kata santri, yaitu adaptasi dari bahasa Sansekerta, Jawa, Tamil dan India. Dari bahasa sansekerta, santri berasal dari kata sant, yang artinya adalah orang yang baik dan disambung dengan tra yang berarti menolong. Sedangkat pesantren adalah tempat untuk membina manusia menjadi orang baik. Sedang menurut bahasa Tamil, pesantren memiliki arti guru mengaji. Serta di dalam bahasa India, pesantren berasal dari kata shastra yang berarti buku-buku suci, buku-buku agama, dan buku-buku pengetahuan.[7] Sedang secara istilah, pesantren yiatu berawalkan “pe-” dan akhiran “-an”, yang berarti tempat tinggal para santri untuk menimba ilmu-ilmu agama dan ilmu lainnya. Pesantren juga didefinisikan sebagai masyarakat mini yang terdiri dari santri, guru, dan kyai (pengasuh).[8] Pesantren juga memiliki struktur dan system seperti halnya Negara. Struktur itu terdiri dari Kyai sebagai pimpinan teratas lalu jajarannya berupa pengurus yang membantu Kyai menertibkan, mendisiplinkan, dan tangan kanan Kyai untuk menyalurkan nasihat dan lainnya. Maka dapat diambil pengertian Konseling Pesantren dengan menggabungkan kedua term terebut, yaitu Konseling Pesantren adalah pelayanan atau bantuan oleh seorang konselor (Kyai, Pembimbing, guru/ustadz) yang diberikan kepada santri (klien) agar dapat menemukan ketenangan, kedamaian, kesejahteraan yang bukan bersifat matrealistis melainkan lebih kepada rohaniah atau psikis agar santri dapat bahagia di dunia dengan kedamaian itu serta dapat bahagia di akhirat dengan mengikuti pentujuk jalan yang lurus (al-Qur’an) melalui nasihat Kyai. Konseling Pesantren, dapat diartikan sebagai sistematika pembelajaran di Pesantren jika melihat dari teori behavioristic. Di dalam proses pembelajaran keseharian santri, santri diharuskan bahkan diwajibkan untuk patuh terhadap semua tata tertib yang telah ditentukan oleh Kyai. Mau tidak mau santri harus mengikuti aturan itu agar tidak mendapat hukuman berat ketika tidak melaksanakannya. Namun karena aturan itu teruslah berlaku setiap harinya maka lambat laun santri akan terbiasa dengan aturan itu. Santri yang awalnya sama sekali tidak dapat bijaksana dalam hidup bersama-sama (misal di dalam 1 kamar terdapat 20 santri), lambat laun akan terbiasa hidup dalam kebersamaan karena pembiasaan tingkah laku yang terus berulang. Santri yang awalnya jama’ah shalat fardlu lengkap 5 kali dalam satu hari dengan ogah-ogahan, kini beranjak menjadi sebuah kebiasaan yang sulit untuk ditinggalkan santri. Tidak hanya mengandung unsur behavioristic, bahkan konseling pesantren juga menggunakan teknik psikoanalisa secara tidak langsung. Ketika santri sedang tidak tenang jiwanya, Kyai memberi ijazah atau amalan doa yang dapat santri tersebut baca, seperti shalawat tibbil qulub, dan lainnya. Doa tersebut akan membuat santri semakin tenang dan damai terkait dengan situasi alam bawah sadarnya.
C. Pengertian Konseling Pesantren Menurut Pendapat Para Tokoh
Belum ditemukan tokoh yang mendefinisikan konseling pesantren secara langsung. Namun secara tidak langsung, ada yang menyatakan bahwa konseling sudah dilakukan di pesantren dengan Kyai sebagai konselornya. Namun dengan kualifikasi pendidikan Kyai yang belum bisa dikatakan konselor, karena Kyai tersebut tidak mengambilpendidikan profesi konselor, maka secara formal, Kyai belum dapat dikatakan secara resmi. Selama ini, konseling pesantren tidak banyak dikaji, namun konseling yang memasukkan nuansa islam telah banyak diutarakan para tokoh di berbagai literature, sebagai berikut:
1. Konseling Islami adalah Konseling Islam menurut H.Hamdani Bakar Adz-Dzaki Konseling Islam adalah suatu aktifitas memberikan bimbingan, pelajaran dan pedoman kepada individu yang meminta bimbingan (konseli) dalam hal bagaimana seharusnya seorang konseling dapat mengembangkan potensi akal pikirannya, kejiwaannya, keimanan dan keyakinan serta dapat menanggulangi problematika hidup dan kehidupannya dengan baik dan benar secara mandiri yang berparadikma kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Ada landasan utama yang dijadikan ajaran Islam sebagai sandaran utama Bimbingan dan Konseling Islam.
2. Konseling agama menurut Rosjidan Konseling agama adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu atau kelompok masyarakat dengan tujuan memfungsikan seoptimal mungkin nilai-nilai keagamaan dalam tatanan masyarakat sehingga dapat
mandiri membuat keputusan pemecahan masalah yang dihadapinya.
Latihan :
Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini:
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan konseling pesantren secara bahasa dan istilah!
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan konseling pesantren menutut para tokoh!
3. Jelaskan perbedaan antara konseling pesantren dengan konseling secara umum!
4. Jelaskan dan berilah contohnya konkrit tentang konseling pesantran!

BAB 2
PERAN DAN FUNGSI KONSELING PESANTREN
Pendahuluan
Paket bahan perkuliahan ini difokuskan pada peran dan fungsi konseling pesantren. Paket ini merupakan paket yang melengkapi dan memberikan wacana yang berkelanjutan. Dalam paket 2 ini mahasiswa akan mengkaji peran dan fungsi konseling pesantren. Sebelum perkuliahan berlangsung, dosen terlebih dahulu menampilkan slide tentang konseling tradisional yang biasanya di lakukan oleh Kyai kepada para santrinya serta menekankan mahasiswa untuk berpendapat dan tentang fungsi serta peran konseling pesantren untuk memancing ide kreatif. Dosen juga akan menerangkan bahwa konseling pesantren dapat dilakukan secara nonformal (Kyai) maupun formal (konselor yang bersertifikasi). Mahasiswa juga diberi tugas untuk membaca uraian materi dan mendiskusikannya dengan panduan lembar kegiatan. Dengan dikuasainya dasar-dasar bab 2 ini diharapkan dapat menjadi modal
untuk mempelajari paket-paket berikutnya. Penyiapan media pembelajaran dalam perkuliahan ini sangat penting. Perkuliahan ini memerlukan media pembelajaran berupa LCD dan laptop sebagai salah satu media pembelajaran yang dapat mengefektifkan jalannya perkuliahan, serta kertas plano, spidol dan selotip ataupun paku untuk alat menuangkan kreatifitas hasil perkuliahan dengan membuat peta konsep.

Rencana Pelaksanaan Perkuliahan
Kompetensi Dasar
Mahasiswa mampu mendeskripsikan peran dan fungsi konseling pesantren. Indikator Pada akhir perkuliahan mahasiswa diharapkan mampu :
1. Fungsi konseling pesantren
2. Peran konseling pesantren
3. Tentang konseling yang dilakukan oleh Kyai (non formal), dan dilakukan oleh konselor yang bersertifikasi (formal)
Waktu
4x50 menit

Materi Pokok
1. Menjelaskan tentang fungsi konseling pesantren
2. Menjelaskan tentang peran konseling pesantren
3. Menjelaskan tentang konseling yang dilakukan oleh Kyai (non-formal), dan dilakukan oleh konselor yang bersertifikasi (formal)

Kegiatan Perkuliahan
Kegiatan Awal (10 menit)
1. Paradigma umum tentang peran dan fungsi konseling
pesantren serta tentang konseling yang dilakukan oleh Kyai
(non formal) dan yang dilakukan oleh konselor yang
bersertifikasi (formal).
2. Memberikan penjelasan tentang pentingnya mempelajari paket 2 (dua)

Kegiatan Inti (75 menit)
1. Membagi mahasiswa dalam 3 kelompok
2. Masing-masing kelompok mendiskusikan sub tema :
Kelompok 1 : Menjelaskan tentang fungsi konseling pesantren
Kelompok 2 : Menjelaskan tentang peran konseling pesantren
Kelompok 3 : Menjelaskan tentang peran konseling pesantren non formal dan formal
3. Presentasi hasil diskusi dari masing-masing kelompok
4. Selesai presentasi setiap kelompok, maka kelompok lain memberikan klarifikasi
5. Penguatan hasil diskusi dari dosen
6. Dosen memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk
menanyakan sesuatu yang belum paham atau menyampaikan
konfirmasi

Kegiatan Penutup (10 menit)
1. Menyimpulkan hasil perkuliahan
2. Memberi dorongan psikologis/saran.nasehat
3. Refleksi perkuliahan oleh mahasiswa
Kegiatan Tindak Lanjut (5 menit)
1. Memberi tugas latihan
2. Mempersiapkan perkuliahan selanjutnya
Lembar Kegiatan
1. Membuat peta konsep (mind map) tentang tentang peran dan
fungsi konseling pesantren serta tentang konseling formal dan
non-formal sebagaimana terdapat pada halaman 14

peta konsep :
Perspektif Konseling pesantren :
·         Fungsi Konseling Pesantren
Secara umum : 1.Rasional Emotif dengan kajian kitab (sorogan, kilatan, dll) 2.Pembentukkan emosi yang baik untuk santri. 3.Pencegahan agar santri tidak mengadaptif sifat yang buruk. 4.Pembinaan Santri
Secara fisik : 1. Perubahan
·         Peran konseling pesantren
·         Konseling pesantren

Tujuan
1. Mahasiswa dapat membuat peta konsep untuk membangun
pemahaman peran dan fungsi konseling pesantren serta
konseling non formal dan non formal.

Bahan dan Alat
Kertas plano, spidol berwarna dan isolasi

Langkah Kegiatan
1. Pilihlah seorang pemandu kerja kelompok dan penulis konsep
hasil kerja!
2. Diskusikan materi yang telah ditentukan dengan anggota kelompok!
3. Tuliskan hasil diskusi dalam bentuk Peta Konsep sebagaimana contoh gambar diatas!
4. Tempelkan hasil kerja kelompok dipapan tulis/dinding kelas!
5. Pilihlah satu anggota kelompok untuk presentasi!
6. Presentasikan hasil kerja kelompok secara bergiliran, dengan waktu masing-masing kurang dari 10 menit !
7. Berikan tanggapan /klarifikasi dari presentasi kelompok lain!

Urain Materi
PERAN DAN FUNGSI KONSELING PESANTREN
A. Pendahuluan.
Pada umumnya, Konseling Pesantren mempunyai peran dan fungsi yang sesuai dengan definisi dari konseling pesantren itu sendiri, yaitu memberikan pelayanan atau bantuan yang dilakukan seorang konselor (Kyai, Pembimbing, guru/ustadz, konselor yang bersertifikasi) yang diberikan kepada santri (klien) agar dapat menemukan ketenangan, kedamaian, kesejahteraan yang bukan bersifat matrealistis melainkan lebih kepada rohaniah atau psikis agar santri dapat bahagia di dunia dengan kedamaian itu serta dapat bahagia di akhirat dengan mengikuti pentujuk jalan yang lurus (al-Qur’an) melalui nasihat Kyai. Santri di dalam pesantren berasal dari berbagai wilayah atau penjuru Indonesia sehingga memiliki sifat atau kebiasaan yang berbeda-beda dari setiap daerah. Santri yang berasal dari berbagai daerah itu, tidak semuanya berasal dari keluarga yang memiliki ilmu pengetahuan agama yang dalam. Santri dapat berasal dari keluarga yang memang memahami dan memperhatikan betul tentang pendidikan agama, ada juga yang berasal dari keluarga yang belum mengerti betul tentang agama namun berusaha untuk mempelajari ilmu agama, dan ada juga yang justru dari keluarga yang broken home, disharmonis, tidak dapat mengurus anak karena sibuk, dan lain sebagainya. Maka, keanekaragaman kepribadian masing-masing santri yang berasal dari berbagai daerah itu, memungkinkan adanya penyebaran sifat yang buruk bahkan masalah criminal seperti mencuri dan sebagainya. Maka fungsi dan peran konseling pesantren ini akan muncul sebagaimana fungsi dan peran konseling pada umumnya, yaitu kuratif dan preventif.[9] Peran Konseling Pesantren terkait dengan pembentukan perilaku serta pengkontrolan sifat adaptif yang akan diambil santri (klien) untuk menentukan kepribadiannya atau jati dirinya. Peran konseling pesantren tidak hanya pada pembentukan perilaku, akan tetapi juga pada pembinaan minat dan bakat santri agar dapat bersaing dengan kemajuan ilmu pengetahuan umum agar dapat menjadi alumni yang tidak hanya berpendidikan agama yang tinggi, namun juga ilmu pengetahuan umum yang tidak kalah saing.
2. Peran Konseling Pesantren Konseling Pesantren memiliki peran bagi perubahan kepribadian santri (konseli) secara tingkah laku (behavioral) dan secara metode terapi alam bawah sadar (psikotherapi). Maka dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatanpendekatan konseling, sebagai berikut:
a. Metode Behavioral Pada umumnya, metode ini dilakukan melalui aktivitas
terapeutik khusus yang dapat dikarakteristikan secara terstruktur, langsung berfokus pada masalah serta bersifat menentukan. Pendekatan ini tidak membutuhkan insight pada motif, kesadaran akan perasaan dan bahkan pemahaman akan rasionalisasi dari intervensi itu sendiri.
Tujuan konseling ini pada anak yakni mengubah atau menghapus perilkau dengan cara belajar perilaku baru yang lebih dikehendaki. Dalam hal ini seorang konselor
lebih berperan lebih aktif dalamusaha mengubah perilaku konseling.[10] Jika di Pesantren, pembinaan dengan pendekatan ini justru sangat mendominasi di pesantren. Seperti adanya peraturan yang berisi kewajiban bagi santri, larangan untuk santri, dan juga hukuman untuk santri yang melanggar. Berbagai kewajiban santri misalnya adalah harus mengikuti seluruh kegiatan yanga ada di pesantren dengan penuh kedisiplinan. Santri yang belum pernah hidup berkurang-kurangan (makan seadanya, baju seadanya, dan serba seadanya) terpaksa menjalani kegiatan itu. Santri yang belum pernah terbiasa berjamaah, akan terbiasa ketika sering mengikuti kegiatan wajib berjamaah. Dan berbagai pembentukan serta perubahan tingkah laku yang muncul karena adanya penekanan tingkah laku yang ditetapkan oleh pesantren.
b. Metode psikoterapeutik
Salah satu model dari Psikoterapeutik adalah pendekatan psikoanalisa yang merupakan sebuah model perkembangan kepribadian dan filsafat tentang sifat manusia. Hasil dari ilmu psikoanalisa salah satunya adalah kehidupan mental individu menjadi bisa dipahami, kemudian pemahaman terhadap sifat manusia bisa diterapkan pada peredaran penderitaan manusia. Pendekatan ini juga digunakan oleh individu dalam mengatasi suatu kecemasan dengan mengandaikan adanya mekanisme-mekanisme yang bekerja untuk
menghindari luapan kecemasan.[11] Pendekatan ini dapat dilakukan pada konseling pesantren dan secara tidak langsung juga telah dilakukan oleh Kyai di pesantren. Santri yang cemas akan diberikan terapi dengan cara membaca shalawat, do’a-do’a, bahkan dengan cara diberikan air yang telah diberi do’a. Sebetulnya, air yang diberi do’a itu bukanlah penyembuh yang sebenarnya. Kyai itu hanya memberikan sugesti melalui air itu namun di sisi lain Kyai itu banyak berzikir untuk kesembuhan santri yang cemas itu. Banyak santri yang meminta pertolongan Kyai ketika menempuh kecemasan yang tinggi. Misalnya ketika akan menghadapi UN, santri meminta pensil yang akan digunakan untuk mengerjakan soal UN diberi do’a-do’a oleh Kyai, seolah-olah santri itu akan diberikan kemudahan setelah pensil itu diberi do’a. Padahal Kyai itu memang mendoakan tetapi bukan pada pensil itu, justru pensil itu hanya untuk sugesti kecemasan santri agar tetap percaya diri dalam mengerjakan UN. Psikoterapi juga dilakukan dalam bentuk shalat jamaah yang khusyuk, dzikir, shalat sunnah, puasa, membaca al-Qur’an, dan lain sebagainya. Konselor formal sebetulnya dapat masuk pada wilayah Konselor non formal (Kyai) ketika konselor formal memiliki visi dan misi yang sama yaitu menegakkan ajaran agama Islam yang memang secara tertulis banyak dibahas di dalam kitab suci al- Qur’an (way of life).

Fungsi Konseling Pesantren
Secara umum, konseling pesantren memiliki fungsi yang sama dengan konseling pada umumnya yaitu memiliki fungsi preventif dan fungsi kuratif. Ketika santri berada di pesantren, maka santri (konseli) akan diberikan berbagai kegiatan positif yang akan mencegah santri (konseli) berbuat hal yang buruk. Selain itu, santri juga diberikan berbagai kajian tentang akhlakul karimah, adab seorang santri terhadap ayah dan ibunya, adab belajar, dan adab-adab lainnya sehingga dari berbagai penjelasan itulah akan menjadikan santri terhindar dari sifat-sifat yang buruk. Penjelasan yang disampaikan bisa berupa maughidoh
khasanah, seminar, sorogan, kilatan, class ikal, diniyah, dan lain sebagainya.
Adapun fungsi kuratif juga merupakan fungsi konseling pesantren. Ketika terdapat santri yang cemas atau yang mengadaptif sifat yang buruk seperti mencuri dan lainnya, tentu akan diberikan penyembuhan dalam bentuk bimbingan yang akan dilakukan Kyai atau pengurus (non formal) ataupun Konselor yangbersertifikas (formal) jika di Pesantren itu telah
memiliki konselor tersendiri selain Kyai.
Latihan
Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan tepat dan benar.
1. Apa yang anda fahami tentang fungsi konseling pesantren?
2. Apa yang anda fahami tentang peran konseling pesantren?
3. Apa yang anda ketahui tentang konselor formal dan non formal serta perannya di pesantren?
4. Berikan contoh actual tentang problem santri dan kaitkan
dengan fungsi serta peran konseling pesantren dalam
menanggulangi problem tersebut!


DAFTAR PUSTAKA
Alawi, A.H. tt. Sullam at-Taufiq. Surabaya: Maktabah al-Hidayah.
Al-Ghazali, A.H. 2000. Prinsip Dasar Agama Terjemah Kitabul Al- Arba’in fii Ushuliddin. Terjemah Zaid Husaein Alhamid.
Jakarta: Pustaka Al-Amani
Al-Ghazali, A.H. 2006. Metode Menjernihkan Nurani Terjemah
Minhajul ‘Abidin. Terjemahan Taufik Rahman. Bandung:Hikmah
Al-Haddad, A.A., 2005. Sucikan Hati Luruskan Amal: Nasihat-
Nasihat Agama Menuju Kesempurnaan Iman (Terjemah an- Nashaih ad-Diniyyah wa al-Wasaya al-Iman). Terjemahan
Ommi Amin Ababil. Yogyakarta: Mitrapustaka.
Al-Jawi, M.N 2010. Terjemah Maroqil ‘Ubudiyah Syarah Bidayah al-
Hidayah. Terjemahan Zaid Husein Al-Hamid. Surabaya:
Mutiara Ilmu
Al-Mawardi, A.A. tt. Adab ad-Dunya Wa ad-Din. Situbondo:
Percetakan Assyarif An-Najar, A. 2001. Ilmu Jiwa dalam
Tasawwuf Studi Komparatif dengan Ilmu Jiwa Kontemporer.
Terjemahan Hasan Abrori. Jakarta: Pustaka Azam
Asy’ari, M.H., Adab al-Alim wa al-Muta’allim. Yogyakarta. Abdul
Azhim.
Az-Zarnuji, S.B. tt. Syarah Ta’lim al-Muta’allim. Surabaya: Al-Hidayah Cooper, J., Heron, T., & Heward, W. 2007. Applied


[1] Abdurrahman Wahid, Menggerakkan Tradisi Essay Pesantren, (Yogyakarta:
LKIS, 2001), hal. 184
[2] Prayitno, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2004), hal 105
[3] Shahudi Siradj, Pengantar Bimbingan dan Konseling, (Surabaya : PT Revka Petra
Media, 2012), hal. 17
[4] Erhamwida, Konseling Islam, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), hal. 94
[5] Zalfan Saam, Psikologi Konseling, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hal. 3
[6] Anwar Sutoyo, Bimbingan dan Konseling Islami, (Jogyakarta : Pustaka Pelajar
Anggota IKAPI, 2013), hal. 22
[7] Ali Anwar, Pembaruan Pendidikan di Pesantren Lirboyo, (Kediri: IAIT Perss,
2008), hal. 24
[8] Ferry Efendi, Makhfudli, Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik
dalam Keperawatan, ( Jakarta: Salemba, 2009), hal. 313
[9] Shahudi Siradj, Pengantar Bimbingan dan Konseling, (Surabaya : PT Revka Petra
Media, 2012), hal. 58
[10] Boy Soedarmadji, Hartono, Psikologi Konseling, (Jakarta: PRENADA MEDIA
GROUP, 2012).,124
[11] Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, (Bandung: Refika
Aditama, 1997), hal. 13

Tidak ada komentar:

Posting Komentar