BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al Qur'an merupakan petunjuk bagi seluruh umat manusia. Al Qur`an
juga menjadi penjelasan (bayyinaat), dari petunjuk tersebut sehingga kemudian
mampu menjadi pembeda (furqaan)-antara yang baik dan yang buruk. Di sinilah manusia
mendapatkan petunjuk dari al Qur`an. Manusia akan mengerjakan yang baik dan
akan meninggalkan yang buruk atas dasar pertimbangannya terhadap petunjuk al
Qur`an tersebut.
Kemampuan
setiap orang dalam memahami lafald dan ungkapan Al Qur’an tidaklah sama,
padahal penjelasannya sedemikian gemilang dan ayat-ayatnya pun sedemikian
rinci. Perbedaan daya nalar diantara mereka ini adalah suatu hal yang tidak
dipertentangan lagi. Kalangan awam hanya dapat memahami makna-makna yang zahir
dan pengertian ayat-ayatnya secara global, sedangkan kalangan cendekiawan dan
terpelajar akan dapat mengumpulkan beberapa makna. Dan diantara cendikiawan
kelompok ini terdapat aneka ragam dan tingkat pemahaman. maka tidaklah
mengherangkan jika Al-Qur’an melalui pengkajian intensif terutama dalam rangka
menafsirkan kata-kata garib (aneh-ganjil) atau mentakwil tarkib (susunan
kalimat) dan menterjemahkannya kedalam bahasa yang mudah dipahami.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah tafsir dari
QS. Al- ‘Imran ayat 69?
2. Apakah tafsir dari
QS. Al- ‘Imran ayat 75?
3. Apakah tafsir dari
QS. Al-Baqarah ayat 11-101?
C. Tujuan
1. Memaparkan tafsir
dari QS. Al- ‘Imran ayat 69.
2. Memaparkan tafsir
dari QS. Al- ‘Imran ayat 75.
3. Memaparkan tafsir
dari QS. Al-Baqarah ayat 11-101.
BAB II
PEMBAHASAN
A. QS. Al-Imran: 69
(69) وَدَّتْ طَائِفَةٌ مِنْ أَهْلِ
الْكِتَابِ لَوْ يُضِلُّونَكُمْ وَمَا يُضِلُّونَ إِلا أَنْفُسَهُمْ وَمَا
يَشْعُرُونَ
Artinya :”Terjemah Segolongan Ahli Kitab ingin menyesatkan kalian,
padahal mereka (sebenarnya) tidak menyesatkan melainkan dirinya sendiri, dan
mereka tidak menyadarinya”.
1. Tafsir Ibn Katsir
Allah Swt. Memberitakan perihal
kedengkian orang-orang Yahudi kepada kaum mukmin dan mereka selalu menginginkan
agar kaum mukmin menjadi sesat. Allah memberitakan pula bahwa perbuatan mereka
itu justru menjadi senjata makan tuan, sedangkan mereka tidak merasakan bahwa
tipu daya diri mereka justru akibat buruknya menimpa diri mereka sendiri.
2. Tafsir
Jalalain
(Segolongan Ahli Kitab hendak
menyesatkan kamu padahal mereka hanya menyesatkan diri mereka sendiri)karena
dosa kesesatan mereka tertimpa atas mereka, sedangkan orang-orang beriman tak
mau menaati mereka (dan mereka tidak menyadari) demikian itu.
B. QS.
Al-Baqarah (2): 75
وَمِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ مَنْ إِنْ تَأْمَنْهُ بِقِنْطَارٍ
يُؤَدِّهِ إِلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَنْ إِنْ تَأْمَنْهُ بِدِينَارٍ لَا يُؤَدِّهِ
إِلَيْكَ إِلا مَا دُمْتَ عَلَيْهِ قَائِمًا ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا لَيْسَ
عَلَيْنَا فِي الأمِّيِّينَ سَبِيلٌ وَيَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ وَهُمْ
يَعْلَمُونَ
Artinya :”Di antara Ahli Kitab ada orang yang jika kamu mempercayakan
kepadanya harta yang banyak, dikembalikannya kepadamu; dan di antara mereka ada
orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya satu dinar, tidak dikembalikannya
kepadamu kecuali jika kamu selalu menagihnya. Yang demikian itu lantaran mereka
mengatakan, “Tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-orang ummi.” Mereka
berkata dusta terhadap Allah, padahal mereka mengetahui”.
1. Tafsir Ibn Katsir
Allah Swt. Memberitakan perihal
orang-orang Yahudi, bahwa di antara mereka ada orang-orang yang khianat; dan
Allah Swt. Memperingatkan kaum mukmin agar bersikap waspada terhadap mereka,
jangan sampai mereka teperdaya, karena sesungguhnya di antara mereka terdapat
orang-orang yang disebutkan oleh firman-Nya:
{مَنْ إِنْ
تَأْمَنْهُ بِقِنْطَارٍ}
Ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya senilai satu
qintar. (Ali Imran: 75)
Yakni sejumlah harta yang banyak.
{يُؤَدِّهِ إِلَيْكَ}
Dia mengembalikannya kepadamu. (Ali Imran: 75).
Yaitu barang yang nilainya kurang dari satu qintar jelas
lebih ditunaikannya kepadamu.
{وَمِنْهُمْ مَنْ إِنْ تَأْمَنْهُ
بِدِينَارٍ لَا يُؤَدِّهِ إِلَيْكَ إِلا مَا دُمْتَ عَلَيْهِ قَائِمًا}
Dan di antara mereka ada orang yang jika kamu mempercayakan
kepadanya satu dinar, dia tidak mengembalikannya kepadamu kecuali jika kamu
selalu menagihnya, (Ali Imran: 75)
Maksudnya, terus-menerus
menagih dan mendesaknya agar melunasi hakmu. Apabila demikian sikapnya terhadap
satu dinar, maka terlebih lagi jika menyangkut yang lebih banyak, maka ia tidak
akan mengembalikannya kepadamu.
Dalam pembahasan yang
lalu pada permulaan surat ini telah diterangkan makna qintar. Adapun mengenai
satu dinar, hal ini sudah dimaklumi kadarnya.
Ibnu Abu Hatim
mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sa’id ibnu Amr As-Sukuti, telah
menceritakan kepada kami Baqiyyah, dari Ziad ibnul Haisam, telah menceritakan
kepadaku Malik ibnu Dinar yang telah mengatakan bahwa sesungguhnya dinar
disebut demikian karena merupakan gabungan dari dua kata, yaitu din (agama) dan
nar (yakni api).
Menurut pendapat yang
lain, makna dinar ialah ‘barang siapa yang mengambilnya dengan jalan yang
benar, maka ia adalah agamanya; dan barang siapa yang mengambilnya bukan dengan
jalan yang dibenarkan baginya, maka baginya neraka’.
Sehubungan dengan masalah
ini selayaknya disebutkan hadis-hadis yang di-ta’liq oleh Imam Bukhari dalam
berbagai tempat dari kitab sahihnya. Yang paling baik konteksnya ialah yang ada
di dalam Kitabul Kafalah. Imam Bukhari mengatakan:
Bahwa Al-Lais mengatakan,
telah menceritakan kepadaku Ja’far ibnu Rabi’ah, dari Abdur Rahman ibnu Hurmuz
Al-A’raj, dari Abu Hurairah r.a., dari Rasulullah Saw. Yang pernah
menceritakan: bahwa di zaman dahulu ada seorang lelaki dari kalangan umat Bani
Israil berutang sejumlah seribu dinar kepada seorang lelaki lain yang juga dari
Bani Israil. Lelaki yang diminta berkata, “Datangkanlah orang-orang yang aku
akan jadikan mereka sebagai saksi.” Lelaki yang mengajukan utang berkata,
“Cukuplah Allah sebagai saksinya.” Lelaki yang diminta berkata, “Datangkanlah
kepadaku seorang penjamin.” Lelaki yang meminta menjawab, “Cukuplah Allah
sebagai penjaminnya.” Lelaki yang diminta berkata, “Engkau benar,” lalu ia
memberikan utang itu kepadanya sampai waktu yang telah ditentukan. Lelaki yang
berutang itu berangkat melakukan suatu perjalanan menempuh jalan laut. Setelah
menyelesaikan urusan dan keperluannya, maka ia mencari perahu yang akan
ditumpanginya menuju tempat lelaki pemiutang karena saat pembayarannya telah
tiba, tetapi ia tidak menemukan sebuah perahu pun. Lalu ia mengambil sebatang
kayu dan kayu itu dilubanginya, kemudian memasukkan ke dalamnya uang seribu
dinar berikut sepucuk surat yang ditujukan kepada pemiliknya, lalu lubang itu
ia tutup kembali dengan rapat. Ia datang ke tepi laut, lalu berkata, “Ya Allah,
sesungguhnya Engkau mengetahui bahwa aku telah berutang kepada si Fulan
sebanyak seribu dinar. Lalu ia meminta saksi kepadaku, maka kujawab bahwa
cukuplah Allah sebagai saksinya. Ia meminta kepadaku seorang penjamin, lalu
kujawab bahwa cukuplah Allah sebagai penjaminnya. Ternyata dia rida dengan-Mu.
Sesungguhnya aku telah berupaya keras untuk menemukan sebuah perahu untuk
mengirimkan pembayaran ini kepadanya, tetapi aku tidak mampu menemukannya.
Sesungguhnya sekarang aku titipkan pembayaran ini kepada-Mu.” Kemudian ia
melemparkan kayu itu ke laut hingga kayu itu terapung-apung di atasnya. Setelah
itu ia pergi seraya mencari perahu untuk menuju tempat pemiutang. Lalu lelaki
yang memiliki piutang itu keluar melihat-lihat, barangkali ada perahu yang
datang membawa hartanya. Ternyata ia menemukan sebatang kayu, yaitu kayu
tersebut yang di dalamnya terdapat hartanya. Lalu ia mengambil kayu itu dengan
maksud untuk dijadikan sebagai kayu bakar bagi keluarganya. Tetapi ketika ia
membelah kayu itu, tiba-tiba ia menjumpai sejumlah uang dan sepucuk surat.
Ketika lelaki yang berutang kepadanya tiba seraya membawa seribu dinar lagi dan
berkata, “Demi Allah, aku terus berusaha keras mencari kendaraan yang dapat
mengantarkan diriku kepadamu guna membayar utangku kepadamu, ternyata aku tidak
menemukannya sebelum perahu yang membawaku sekarang ini.” Lelaki yang memiliki
piutang bertanya, “Apakah engkau telah mengirimkan sesuatu kepadaku?” Ia
menjawab, “Bukankah aku telah ceritakan kepadamu bahwa aku tidak menemui suatu
perahu pun sebelum perahu yang membawaku sekarang.” Lelaki yang memiliki
piutang berkata, “Sesungguhnya Allah telah menunaikan (melunaskan) utangmu
melalui apa yang engkau kirimkan di dalam kayu itu.” Maka si lelaki yang berutang
itu pergi membawa seribu dinarnya dengan hati lega.
Demikianlah menurut apa
yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari di salah satu tempat dari kitabnya dengan
sigat jazm, sedangkan di lain tempat dari kitab sahihnya ia sandarkan hadis ini
dari Abdullah ibnu Saleh, juru tulis Al-Lais, dari Lais sendiri.
Imam Ahmad
meriwayatkannya di dalam kitab musnadnya seperti ini dengan kisah yang panjang
lebar dari Yunus ibnu Muhammad Al-Muaddib, dari Lais dengan lafaz yang sama.
Al-Bazzar meriwayatkannya
di dalam kitab musnadnya dari Al-Hasan ibnu Mudrik, dari Yahya ibnu Hammad,
dari Abu Uwwanah, dari Umar ibnu Abu Salamah, dari ayahnya, dari Abu Hurairah,
dari Nabi Saw. Dengan lafaz yang semisal. Kemudian ia mengatakan bahwa tidak
diriwayatkan dari Nabi Saw. Kecuali dari segi dan sanad ini. Demikianlah
menurutnya, tetapi ia keliru, karena adanya keterangan di atas tadi.
2. Tafsir
Jalalain
(Di antara Ahli Kitab ada orang yang apabila
kamu percayakan kepadanya harta yang banyak) atau berharga(maka dikembalikan
kepadamu) disebabkan sifat amanatnya. Misalnya Abdullah bin Salam yang mendapat
amanat atau titipan dari seorang laki-laki sebanyak 1200 ukiah emas, maka
dipenuhinya amanat itu dengan sebaik-baiknya. (Dan di antara mereka ada pula
yang jika kamu percayai dengan satu dinar, maka tidak dikembalikannya)karena
sifat ikhlasnya (kecuali jika kamu selalu menagihnya) tidak meninggalkannya. Apabila
kamu meninggalkannya, maka titipan tadi tidak diakuinya, misalnya Kaab bin
Asyraf yang diberi amanat oleh seorang Quraisy sebanyak satu dinar, maka tidak
diakuinya. (Yang demikian itu) artinya sikap tak mau membayar itu(bahwa mereka
berkata) artinya disebabkan perkataan mereka ("Tidak ada terhadap kami
mengenai orang-orang buta huruf) maksudnya orang Arab (tuntutan) atau
dosa." Sebabnya karena mereka menghalalkan menganiaya orang-orang yang
berlainan agama dengan mereka dan pengakuan itu mereka nisbatkan pula kepada
Allah swt. Firman Allah: ("Mereka berkata dusta terhadap Allah")
maksudnya dalam menisbatkan penghalalan itu kepada-Nya (padahal mereka
mengetahui) bahwa mereka berdusta.
C. QS. Al-Baqarah: 100-101
أَوَكُلَّمَا عَاهَدُوا عَهْدًا نَبَذَهُ
فَرِيقٌ مِنْهُمْ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ (100)
وَلَمَّا جَاءَهُمْ رَسُولٌ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ
مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَهُمْ نَبَذَ فَرِيقٌ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ
كِتَابَ اللَّهِ وَرَاءَ ظُهُورِهِمْ كَأَنَّهُمْ لَا يَعْلَمُونَ (101)
Artinya :100. [Apakah (patut
mereka beriman kepada ayat-ayat Allah)! Bukankah setiap kali mereka mengikat
janji, segolongan mereka mencapakkannya? Bahkan (sebenarnya) sebahagian besar
mereka tidak beriman.]
101.[Dan setelah
datang kepada mereka seorang Rasul dari sisi Allah yang membenarkan apa (Kitab
Suci) yang ada pada mereka, sebahagian dari orang-orang yang diberi Kitab Suci
(tersebut) melemparkan Kitab Allah ke belakang (punggung)–nya seolah-olah
mereka tidak mengetahui (bahwa itu adalah Kitab Allah).]
1. Tafsir Ibn Katsir
Malik ibnu Saif
(seorang Yahudi) mengatakan ketika Rasulullah Saw. telah menjadi utusan Allah
dan memperingatkan kepada mereka perjanjian yang diambil oleh Allah atas diri
mereka dan apa yang dijanji-kan Allah Swt. kepada mereka sehubungan dengan
perkara Nabi Muhammad Saw., "Allah tidak menjanjikan kepada kami tentang
Muhammad, dan Dia tidak mengambil janji apa pun atas diri kami." Maka
Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Patutkah
(mereka ingkar kepada ayat-ayat Allah), dan setiap kali mereka mengikat janji,
segolongan mereka melemparkannya (Al-Baqarah:
100)
Al-Hasan Al-Basri
mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Bahkan sebagian besar dari mereka
tidak beriman. (Al-Baqarah: 100) Memang benar, tiada suatu perjanjian pun
di muka bumi ini yang mereka lakukan melainkan mereka pasti melanggar dan
merusaknya. Mereka mengadakan perjanjian di hari ini, dan besoknya mereka pasti
merusaknya.
Menurut As-Saddi, makna la yu-minuna ialah 'mereka tidak beriman dengan apa
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw.'.
Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna
firman-Nya, "Nabaza
fariqum minhum"bahwa perjanjian itu dirusak oleh segolongan orang dari
kalangan mereka.
Ibnu Jarir
mengatakan bahwa asal makna an-nabaz ialah membuang dan melemparkan. Karena
itu anak yang hilang disebut manbuz,
yakni diambil dari kata an-nabaz ini, dan disebut pula nabiz bagi buah kurma serta buah anggur yang
dimasukkan (dilemparkan) ke dalam air.
Sehubungan dengan pengertian ini Abul Aswad
Ad-Du-ali mengatakan dalam syairnya:
نَظَرْتُ إِلَى عُنْوَانِهِ فَنَبَذْتُهُ ... كَنَبْذِكَ
نَعْلًا أَخْلَقَتْ مِنْ نِعَالِكَا
Ketika aku melihat alamat (tempat
tinggal)nya, maka aku langsung membuang (melemparkan)nya (jauh-jauh)
sebagaimana engkau lemparkan salah satu dari terompahmu yang sudah rusak.
Kaum
yang disebut dalam ayat ini dicela oleh Allah Swt. karena mereka merusak
perjanjian mereka dengan Allah yang telah disebut sebelumnya, yaitu mereka
bersedia memegangnya dan mengamalkan-nya sesuai dengan apa yang sebenarnya.
Lebih ironisnya lagi mereka mengiringi hal tersebut dengan kedustaan terhadap
Rasul Saw. yang diutus kepada mereka, juga kepada seluruh umat manusia, padahal
perihal Rasul tersebut telah termaktub di dalam kitab mereka sifat-si-fat dan
ciri-ciri khasnya serta berita-beritanya; dan mereka diperintah-kan di dalamnya
agar mengikuti Rasul itu, mendukung, dan menolongnya. Sebagaimana yang
disebutkan di dalam firman-Nya:
الَّذِينَ
يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الْأُمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوباً
عِنْدَهُمْ فِي التَّوْراةِ وَالْإِنْجِيلِ
(Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi yang
(namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi
mereka..., hingga akhir ayat, (Al-A'raf:
157).
Sedangkan dalam surat ini disebutkan: Dan setelah datang kepada mereka
seorang rasul dari sisi Allah yang membenarkan kitab yang ada pada mereka...,
hingga akhir ayat, (Al-Baqarah: 101).
Yakni segolongan dari kalangan mereka melemparkan kitab yang
ada di tangan mereka yang di dalamnya terkandung berita gembira kedatangan Nabi
Muhammad Saw. Di dalam ayat ini disebutkan wara-a
zuhurihim, di belakang punggung mereka, yakni mereka meninggalkannya
seakan-akan mereka tidak mengetahui apa isinya. Sebagai gantinya mereka
memusatkan perhatiannya untuk mempelajari sihir serta menjadi pengikutnya.
Karena itu, mereka bermaksud mencelakakan Rasulullah Saw. Lalu mereka
menyihirnya melalui sisir, buntelan secarik kain, dan ketandan kering pohon
kurma yang disimpan di bawah batu di pinggir sumur Arwan. Orang yang melakukan
hal ini dari kalangan mereka adalah seorang lelaki yang dikenal dengan nama
Labid ibnul A'sam, semoga laknat Allah menimpa dirinya, dan semoga Allah
memburukkannya. Maka Allah memperlihatkan hal tersebut kepada Rasulullah Saw.
dan menyembuhkannya serta menyelamatkannya dari sihir tersebut, seperti yang
dinyatakan di dalam kitab Sahihain secara panjang lebar dari Siti Aisyah r.a.
Ummul Mu’minin, yang hadisnya akan diketengahkan kemudian.
As-Saddi mengatakan sehubungan dengan tafsir firman-Nya: Dan setelah datang kepada mereka
seorang rasul dari sisi Allah yang membenarkan kitab yang ada pada mereka.
(Al-Baqarah: 101) Ketika Nabi Muhammad Saw. datang kepada mereka, mereka
menentangnya dengan kitab Taurat dan mendebatnya, tetapi pada akhirnya kitab
Taurat sepaham dengan Al-Qur'an. Lalu mereka meninggalkan kitab Taurat dan
mengambil kitab Asif serta sihir Harut dan Marut, karena
tidak setuju dengan Al-Qur'an. Karena itu, pada akhir ayat disebutkan: seolah-olah mereka tidak mengetahui.
(Al-Baqarah: 101)
Qatadah mengatakan sehubungan dengan tafsir firman-Nya: Seolah-olah mereka tidak mengetahui.
(Al-Baqarah: 101) Sesungguhnya kaum yang bersangkutan adalah orang-orang yang
mengetahui (bahwa Al-Qur'an itu adalah kitab Allah), tetapi mereka menjauhi
pengetahuan mereka dan menyembunyikannya serta mengingkarinya.
2. Tafsir
Jalalain
100. (Patutkah) mereka ingkar kepadanya (dan setiap mereka
menjanjikan) kepada Allah (suatu janji) akan beriman kepada nabi
jika telah dibangkitkan atau menjanjikan kepada nabi tidak akan membantu
orang-orang yang musyrik untuk menentangnya (melemparkannya) yakni
menjauhkannya (segolongan di antara mereka) yaitu dengan cara
melanggarnya. Kalimat ini merupakan jawab dari 'kullamaa' atau setiap dan yang
menjadi pertanyaan serta sanggahan (bahkan) lebih dari itu
lagi (sebagian besar dari mereka tidak beriman).
101. (Dan tatkala datang kepada mereka seorang rasul
dari sisi Allah) yakni Muhammad saw. (yang membenarkan kitab yang ada pada mereka, sebagian dari
orang-orang yang diberi kitab melemparkan kitab Allah) yakni Taurat(ke
belakang punggung mereka) artinya
mereka tidak mau mengamalkan isinya berupa keimanan kepada rasul dan lain-lain (seolah-olah mereka
tidak mengetahui) akan
isinya bahwa beliau adalah nabi yang sebenarnya atau bahwa Taurat itu adalah
kitab Allah.
· Tafsir
Ibn Katsir QS. Al-;Imran ayat 69 : Allah
Swt. Memberitakan perihal kedengkian orang-orang Yahudi kepada kaum mukmin dan
mereka selalu menginginkan agar kaum mukmin menjadi sesat. Allah memberitakan
pula bahwa perbuatan mereka itu justru menjadi senjata makan tuan, sedangkan
mereka tidak merasakan bahwa tipu daya diri mereka justru akibat buruknya
menimpa diri mereka sendiri.
· Tafsir Jalalain QS. Al-‘Imran ayat 75 : (Di antara Ahli Kitab
ada orang yang apabila kamu percayakan kepadanya harta yang banyak) atau
berharga(maka dikembalikan kepadamu) disebabkan sifat amanatnya.
·
Tafsir
Jalalain QS. Al-Baqarah ayat 100 :
(Patutkah) mereka ingkar kepadanya (dan setiap mereka
menjanjikan) kepada Allah (suatu janji) akan beriman kepada nabi
jika telah dibangkitkan atau menjanjikan kepada nabi tidak akan membantu
orang-orang yang musyrik untuk menentangnya (melemparkannya) yakni
menjauhkannya (segolongan di antara mereka) yaitu dengan cara
melanggarnya. Kalimat ini merupakan jawab dari 'kullamaa' atau setiap dan yang
menjadi pertanyaan serta sanggahan (bahkan) lebih dari itu
lagi (sebagian besar dari mereka tidak beriman).
· Tafsir Jalalain QS. Al-Baqarah ayat 101. (Dan tatkala
datang kepada mereka seorang rasul dari sisi Allah) yakni Muhammad saw. (yang membenarkan kitab
yang ada pada mereka, sebagian dari orang-orang yang diberi kitab melemparkan
kitab Allah) yakni Taurat(ke belakang punggung mereka) artinya
mereka tidak mau mengamalkan isinya berupa keimanan kepada rasul dan lain-lain (seolah-olah mereka
tidak mengetahui) akan
isinya bahwa beliau adalah nabi yang sebenarnya atau bahwa Taurat itu adalah
kitab Allah.
Kitab Suci
Al-Qur’anul Kariin
Kitab Tafsir
Ibnu Katsir
Kitab Tafsir
Al-Jalalain
Al-Qur’an
Terjemah
Segala puji dan rasa
syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang senantiasa
mencurahkan rahmatnya kepada kita semua. Shalawat dan salam juga senantiasa
kiranya penulis limpahkan kepada nabi Muhammad SAW. Penulis juga mengucapkan
banyak terima kasih kepada dosen yang bersangkutan yang telah memberikan
kesempatan waktu untuk penyelesaian makalah ini dan dengan limpahan rahmat dan
karunia Allah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah pada mata kuliah
Tafsir 3 yang berjudul “Ayat-ayat Tentang Hubungan Muslim dan Non Muslim” guna
untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Tafsir 3.
Penulis meyakini bahwa di
dalam penulisan makalah ini tentu masih banyak terdapat kesalahan dan
kekurangan dalam penulisan maupun penguasaan materi. kami sangat mengharapkan
kepada seluruh pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang membangun
kemajuan dalam berfikir untuk penulis agar makalah ini dapat dibuat dengan yang
lebih sempurna lagi.
Akhirnya kepada Allah
juga lah penulis minta ampun, semoga dengan adanya makalah ini dapat memberikan
sedikit ilmu pengetahuan yang bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan kita
yang sudah ada sebelumnya. Amin.
Tasikmalaya, Mei 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang................................................................................. 1
B.
Rumusan Masalah............................................................................ 1
C.
Tujuan.............................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A.
QS.
Al-Imran: 69............................................................................. 2
B.
QS. Al-Baqarah (2): 75.................................................................... 2
C.
QS.
Al-Baqarah: 100-101................................................................ 7
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan....................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 12
MAKALAH
TAFSIR AYAT-AYAT TENTANG HUBUNGAN MUSLIM DAN NON
MUSLIM
Diajukan untuk memenuhi
salah satu tugas Mata Kuliah Tafsir 2
Disusun
oleh :
INSTITUT
AGAMA ISLAM CIPASUNG (IAIC)
FAKULTAS
TARBIYAH PAI