PONDOK PESANTREN SEBAGAI SEBUAH SISTEM PENDIDIKAN
ISLAM
(Studi kasus di pondok pesantren Al-Kamiliyyah)
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah
Manajemen
lembaga pendidikan islam
Dosen :
H. YUYUN HENDARYUN A, S.Sos.,MSi
Disusun Oleh : M. Farhan Sahlani
NIM : 15.0156.1
Tingkat/Semester : IIID/VI
Fakultas/Jurusan : Tarbiyah/PAI
INSTITUT
AGAMA ISLAM CIPASUNG (IAIC)
SINGAPARNA
– TASIKMALAYA
2017/2018
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji
dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT. Yang telah memberi Penulis
kekuatan dan kemudahan dalam menyelesaikan makalah ini sehingga dapat
diselesaikan. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah MLPI yang berjudul “PONDOK PESANTREN SEBAGAI SEBUAH SISTEM PENDIDIKAN
ISLAM”. Namun demikian semoga makalah ini tidak hanya bermanfa’at bagi Penulis
namun juga bisa bermanfa’at dan menambah wawasan bagi semua pihak.
Dalam pembuatan makalah ini Penulis
tidak terlepas dari berbagai kesulitan karena keterbatasan ilmu dan pengalaman
yang Penulis miliki, namun berkat petunjuk Allah SWT, motivasi, bimbingan,
serta bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun secara tidak langsung,
dengan izin Allah SWT, tugas makalah ini dapat di selesaikan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu Penulis mengharapkan saran dan kritikan
kepada Pembaca demi kesempurnaan makalah ini untuk masa yang akan datang,
semoga makalah ini ada manfa’atnya.
Cipasung, 20 April 2018
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................ i
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
A. LATAR BELAKANG............................................................................................ 4
B. TINJAUAN THEORY........................................................................................... 4
C. LOCUS................................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................... 7
A. Sejarah Pesantren Sebagai Sistem Pendidikan....................................................... 7
B. Sistem Pendidikan di Pondok Pesantren................................................................. 8
C. Prinsip-Prinsip Pendidikan Pesantren..................................................................... 9
D. Peran Pesantren dalam Pendidikan Islam................................................................ 11
BAB III PENUTUPAN...................................................................................................... 14
A. Penutup.................................................................................................................... 14
B. Saran........................................................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Sebagai basis pendidikan Islam, pondok
pesantren memang bisa dikatakan sebagai tempat strategis dalam melahirkan
ulama-ulama, Kiyai, bahkan tokoh-tokoh besar yang memiliki pemahaman tinggi
terhadap agama Islam. Disamping itu, pondok pesantren juga lebih menarik minat
khususnya orang-orang desa karena biayanya yang lebih murah daripada sekolah
formal. Namun, dalam
perkembangannya Pondok Pesantren kini bukan hanya diminati masyarakat desa
namun, keberbagai lapisan masyarakat karena
terobosan-terobosan yang ada di Pondok Pesantren tersebut.
Jika masa dulu pondok pesantren identik
dengan pendidikan bagi generasi muda pedesaan dan pinggiran kota, namun pondok
pesantren sekarang pemuda kota pun bisa belajar di Pesantren. Selain itu,
Pondok Pesantren sekarang juga sudah mengalami kemajuan yang pesat, terbukti
dengan banyaknya pondok pesantren yang berlabelkan Pondok Pesantren Modern.
Sehingga lembaga ini berhasil menarik minat berbagai lapisan masyarakat yang
semakin banyak dan otomatis Pondok Pesantren sekarang semakin besar peranannya
dalam mengembangkan Pendidikan Agama Islam.
B. TINJAUAN THEORY
Di Indonesia istilah kuttab lebih dikenal
dengan istilah “pondok pesantren”, yaitu suatu lembaga pendidikan islam yang
didalamnya terdapat seorang kyai (pendidik) yang mengajar dan mendidik para
santri (peserta didik) dengan sarana masjid yang digunakan untuk menyelenggarakan
pendidikan terebut, serta didukung adanya pemondokan atau asrama sebagai tempat
tinggal para santri.[1]
Dikatakan oleh Martin van Bruinessen,
bahwa salah satu tradisi agung di
Indonesia adalah tradisi pengajaran agama Islam seperti yang muncul di
pesantren Jawa dan lembaga-lembaga serupa di luar Jawa serta semenanjung
Malaya. Alasan pokok munculnya pesantren ini adalah untuk mentransmisikan Islam
tradisional sebagaimana yang terdapat dalam kitab-kitab klasik yang ditulis
berabad-abad yang lalu. Kitab-kitab ini di Indonesia dikenal sebagai kitab
kuning. Sebagai lembaga pendidikan yang berbasis agama, pesantren pada mulanya
merupakan pusat penggemblengan nilai-nilai dan penyebaran agama Islam. Namun,
dalam perkembangannya lembaga ini semakin memperlebar wilayah garapannya yang
tidak selalu mengakselerasikan mobilitas vertikal, tetapi juga mobilitas
horizontal. Pesantren kini tidak lagi berkutat pada kurikulum yang berbasis
keagamaan saja, tetapi juga kurikulum yang menyentuh persoalan kekinian dalam
masyarakat. Dengan demikian, pesantren tidak lagi didakwa semata-mata sebagai
lembaga keagamaan murni, tetapi juga menjadi lembaga sosial yang hidup dan
terus merespon persoalan masyarakat sekitar. Di sisi yang lain, blantika
perkembangan pesantren belakangan ini ditandai dengan munculnya generasi baru
pesantren. Generasi baru ini tetap mewarisi tradisi keilmuan pesantren
sebelumnya, juga berhasil meng-creat tradisi yang sama sekali baru sekaligus
berhasil mensinergikannya dengan perkembangan keilmuan mutakhir.
Menurut Ahmad
Sumpeno dalam Pembelajaran Pesantren: Suatu Kajian Komparatif, selain beberapa
alasan di atas, kedudukan pondok pesantren juga sangat besar manfaatnya. Dengan
sistem pondok, santri dapat konsentrasi belajar sepanjang hari. Kehidupan
dengan model pondok/asramajuga sangat mendukung bagi pembentukan kepribadian
santri, baik dalam tata cara bergaul dan bermasyarakat dengan sesama santri
lainnya. Pelajaran yang diperoleh di kelas, dapat sekaligus diimplementasikan
dalam kehidupan pesantren. Alam lingkungan pondok inilah para santri tidak
having, tetapi being terhadap ilmu.
C. LOCUS
IDENTITAS
1. Nama Pesantren : PONDOK PESANTREN AL-KAMILIYYAH
2. Letak Geografis : Sebelah Barat Lahan
Pertanian
Sebelah Timur Rumah
Penduduk
Sebelah Utara Lahan Pertanian
Sebelah Selatan Rumah Penduduk
3. Alamat Sekolah : Jl
Sunan Gunung Djati Kp Cibogo Kaum Rt 003/001
Desa Sindangmulya Kec. Cibarusah Kab.
Bekasi
4. Tahun Berdiri : 2000
5. Status Sekolah : Swasta
6. Nomor Statistik : 5.1.0.0.32.16.0097
7.
Nomor Telepon dan
Kode Pos : 081289751386 Pos: 17343
8. Organisasi Penyelenggara : Yayasan
9. Status Tanah : Wakaf
10. Status Bangunan : Pribadi
A.
JUMLAH SANTRI DAN PERSONAL
1.
Keadaan Santri
Kelas
|
Jumlah Santri
|
Keterangan
|
||
Laki-laki
|
Perempuan
|
Total
|
||
VII
|
50
|
27
|
77
|
|
VIII
|
37
|
29
|
70
|
|
IX
|
32
|
34
|
66
|
|
X
|
14
|
7
|
47
|
|
XI
|
5
|
10
|
15
|
|
XII
|
8
|
10
|
18
|
|
Rombel
|
145
|
132
|
293
|
2.
Personal
No.
|
J U M L A H P E G A W A I
|
J U M L A H
|
|||||||||||
Guru Negeri
|
Guru Honor
|
Tata Usaha
|
Guru Kontrak
|
Pesuruh
|
|||||||||
L
|
P
|
L
|
P
|
L
|
P
|
L
|
P
|
L
|
P
|
L
|
P
|
JML
|
|
1.
|
-
|
-
|
20
|
7
|
1
|
-
|
-
|
-
|
1
|
-
|
22
|
7
|
29
|
B.
SARANA PRASARANA PONDOK PESANTREN
1. Ruang
Asrama : 3 Ruang
2. Laboratorium : 1 Ruang
3. Perpustakaan : 1 Ruang
4. Sarana
Ibadah : 1 Ruang
5. Sarana
Olah Raga : 1 Ruang
6. W.C : 3 Ruang
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah
Pesantren Sebagai Sistem Pendidikan
Pesantren merupakan lembaga pendidikan
tradisional Islam untuk memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam
dengan menekankan pentingnya moral agama Islam sebagai pedoman hidup
bermasyarakat sehari-hari. Pesantren sendiri menurut pengertian dasarnya adalah
tempat belajar para santri. Sedangkan pondok berarti rumah atau tempat tinggal
sederhana yang terbuat dari bambu. Disamping itu kata “pondok” mungkin juga
berasal dari bahasa Arab “funduq” yang berarti hotel atau asrama.
Pondok pesantren yang merupakan “bapak”
dari pendidikan Islam di Indonesia, didirikan karena adanya tuntutan dan
kebutuhan zaman, hal ini bisa dilihat dari perjalanan historisnya, bahwa
sesungguhnya pesantren dilahirkan atas kesadaran kewajiban dakwah-dakwah
Islamiah, yakni menyebarkan dan mengembangkan ajaran Islam, sekaligus mencetak
kader-kader ulama dan da’i.
Sebagai suatu lembaga pendidikan Islam,
pesantren dari sudut historis cultural dapat dikatakan sebagai “training center”
yang otomatis menjadi “cultural central” Islam yang disalahkan atau
dilembagakan oleh masyarakat, setidak-tidaknya oleh masyarakat Islam sendiri
yang secara de facto tidak dapat diabaikan oleh pemerintah.
Tentang kehadiran pesantren secara pasti
di Indonesia pertama kalinya, di mana dan siapa pendirinya, tidak dapat
diperoleh keterangan yang pasti. Berdasarkan hasil pendataan yang dilaksanakan
oleh Departemen Agama pada tahun 1984-1985 diperoleh keterangan bahwa pesantren
tertua didirikan pada tahun 1062 di Pamekasan Madura, dengan nama Pesantren Jan
Tamps II. Akan tetapi hal ini juga diragukan, karena tentunya ada Pesantren Jan
Tampees I yang lebih tua. Walaupun demikian, pesantren merupakan lembaga
pendidikan Islam tertua di Indonesia yang peran sertanya tidak diragukan lagi,
adalah sangat besar bagi perkembangan Islam di Nusantara.[2]
Pada masa penjajahan kolonial Belanda
yaitu sekitar abad ke-18an, nama pesantren sebagai lembaga pendidikan rakyat
terasa sangat berbobot terutama dalam bidang penyiaran agama Islam. Pada masa
penjajahan ini pondok pesantren menjadi satu-satunya lembaga pendidikan Islam
yang menggembleng kader-kader umat yang tangguh dan gigih mengembangkan agama
serta menentang penjajahan berkat dari jiwa Islam mereka. Kelahiran pesantren
baru, selalu diawali dengan cerita perang nilai antara pesantren yang akan
berdiri dengan masyarakat sekitarnya, dan diakhiri dengan kemenangan pihak
pesantren, sehingga pesantren dapat diterima untuk hidup di masyarakat, dan
kemudian menjadi panutan bagi masyarakat sekitarnya dalam bidang kehidupan
moral. Bahkan dengan kehadiran pesantren dengan jumlah santri yang banyak dan
datang dari berbagai masyarakat lain yang jauh, maka terjadilah semacam kontak
budaya antara berbagai suku dan masyarakat sekitar. Dari segi cultural para
ulama Islam berusaha menghindarkan tradisi serta ajaran agama Islam dari
pengaruh kebudayaan Barat. Segala sesuatu yang berbau Barat secara apriori
ditolak oleh mereka, termasuk system pendidikan[3]
Kehidupan ekonomi masyarakat sekitar menjadi semakin ramai, dan tentu saja akan
bertambah maju.
Kehadiran pesantren ditengah-tengah
masyarakat tidak hanya sebagai lembaga pendidikan, tetapi juga sebagai lembaga
penyiaran agama dan sosial keagamaan. Dengan sifatnya yang flexible sejak awal
kehadirannya, pesantren ternyata mampu mengadaptasikan diri dengan masyarakat
serta memenuhi tuntutan masyarakat.
Walaupun pada masa penjajahan, pondok
pesantren mendapat tekanan dari pemerintah Kolonial Belanda, pondok pesantren
masih bertahan terus dan tetap tegak berdiri walaupun sebagian besar berada di
daerah pedesaan. Peranan mendidik dan mencerdaskan kehidupan bangsa tetap
diembannya. Telah banyak kader-kader bangsa dan tokoh-tokoh perjuangan nasional
dilahirkan oleh pesantren. Bahkan pada saat-saat perjuangan kemerdekaan, banyak
tokoh pejuang dan pahlawan-pahlawan kemerdekaan yang berasal dari pesantren.
Dalam perkembangannya, pondok pesantren
memang sangat pesat, pada zaman Belanda saja jumlah pesantren di Indonesia
besar kecil tercatat sebanyak 20.000 buah. Perkembangan selanjutnya mengalami
pasang surut, ada daerah tertentu yang membuka pesantren baru, ada pula
pesantren di daerah lain yang bubar karena tidak begitu terawat lagi. Tetapi
perkembangan yang paling akhir, dunia pesantren menampakkan trend lain.
Disamping masih ada yang mempertahankan system tradisionalnya, sebagian
pesantren telah membuka system madrasah, sekolah umum, bahkan ada diantaranya
yang membuka semacam lembaga pendidikan kejuruan seperti bidang pertanian,
peternakan, pertukangan, teknik dan sebagainya.[4]
B. Sistem
Pendidikan di Pondok Pesantren
Sistem pondok pesantren selalu
diselenggarakan dalam bentuk asrama atau komplek asrama dimana santri
mendapatkan pendidikan dalam suatu situasi lingkungan sosial keagamaan yang
kuat dalam ilmu pengetahuan yang dilengkapi pula dengan atau tanpa ilmu
pengetahuan umum. Dalam perkembangan selanjutnya, pondok pesantren disamping
memberikan pelajaran ilmu agama, juga ilmu pengetahuan umum dengan system
madrasah atau sekolah. Dari sudut administrasi pendidikan pondok pesantren
dapat dibedakan dalam empat kategori berikut ini:
1. Pondok
pesantren dengan system pendidikan yang lama pada umumnya terdapat jauh di luar
kota, hanya memberikan pengajian.
2. Pondok
pesantren modern dengan sistem pendidikan klasikal berdasarkan atas kurikulum
yang tersusun baik, termasuk pendidikan skill.
3. Pondok
pesantren dengan kombinasi disamping memberikan pelajaran dengan system
pengajian, juga dengan sistem madrasah yang dilengkapi dengan pengetahuan umum.
4. Pondok
pesantren yang tidak lebih baik dari asrama pelajar daripada pondok yang
semestinya.[5]
Pondok pesantren pada masa lalu, pada awal
tahun 2001 pemerintah menyadari bahwa potensi pesantren perlu dioptimalkan
yaitu untuk menyantuni kebutuhan pendidikan bagi generasi muda pedesaan dan
pinggiran kota. Jumlah lembaga pendidikan psantren di seluruh Indonesia terus
bertambah dari tahun ke tahun. Dengan perkembangan pesantren yang cepat
tersebut ditunjang oleh keluarnya Undang-Undang Sistem Pndidikan No. 2 Tahun
1989 yang memberikan legalitas yang sama dengan sekolah-sekolah negeri tingkat
dasar dan menengah terhadap madrasah-madrasah tingkat dasar dan menengah yang
dikembangkan di Pesantren.[6]
Jumlah lembaga pesantren terus bertambah yang disebabkan karena lembaga
pendidikan inilah yang dengan cepat dapat memberikan santunan pendidikan bagi
generasai muda pedesaan yang memerlukan pendidikan tingkat menengah dan tinggi.
Pondok pesantren pada masa sekarang, dalam
penyelenggaraan sistem pendidikan dan pengajaran di Pondok Pesantren, dapat
digolongkan ke dalam tiga bentuk yaitu:
1. Pondok
pesantren adalah lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam, yang pada
umumnya diberikan dengan cara nonklasikal dan para santri biasanya tinggal
dalam pondok atau asrama dalam pesantren tersebut.
2. Pesantren
adalah lembaga pendidikan dan pengajaran
agama Islam, yang para santrinya tidak disediakan pondokan di komplek
pesantren, namun tinggal tersebar di sekitar penjuru desa sekeliling pesantren
tersebut. Dimana cara dan metode pendidikan dan pengajaran agama Islam
diberikan dngan sistem weton, yaitu para santri datang berduyun-duyun pada
waktu tertentu.
3. Pondok
pesantren dewasa ini merupakan lembaga gabungan antara sistem pondok dan
pesantren yang memberikan pendidikan dan pengajaran agama Islam dengan sistem
bandungan, sorogan, ataupun wetonan, yang bagi para santrinya disediakan
pondokan yang biasa disebut dengan Pondok Pesantren Modern yang memenuhi
kriteria pendidikan nonformal serta penyelenggaraan pendidikan formal baik
madrasah maupun sekolah umum dalam berbagai tingkatan.[7]
C. Prinsip-Prinsip
Pendidikan Pesantren
Dalam proses pembelajaran di lembaga
pendidikan Pondok Pesantren prinsip-prinsip umum belajar dan motivasi perlu
ditetapkan, seperti:
1. Prinsip
kebermaknaan, menghendaki bahwa anak didik akan termotivasi untuk mempelajari
hal-hal yang bermakna bagi dirinya, sehingga perlu menghubungkan pelajaran yang
diberikan dengan minat dan nilai-nilai kehidupan anak baik sedang ataupun yang
akan datang.
2. Prinsip
prasyarat, menuntut pendidik untuk menyadari bahwa anak didik akan tergerak
mempelajari hal-hal baru apabila mempunyai semua prasyaratantara lain dengan
mengaitkan pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki oleh pendidik.
3. Prinsip
memberi model, menghendaki agar pendidik memberikan dalam proses belajar model
atau contoh yang dapat diamati dan ditiru oleh anak didik.
4. Prinsip
komunikasi terbuka, menuntut agar pendidik mendorong anak didik lebih banyak
mempelajari sesuatu dengan cara penyajian.
5. Prinsip
kebenaran, anak didik akan lebih banyak belajar apabila minat perhatiannya
tertarik oleh penyajian-penyajian yang relatif baru.
6. Prinsip
praktik aktif, anak akan dapat belajar lebih baik apabila ia diikutsertakan
dalam praktik.
7. Prinsip
praktik terbuka, anak didik akan belaar lebih baik dan giat apabila pelajaran
praktik tersebut disusun dalam periode yang singkat yang didistribusikan dalam
jangka waktu tertentu.
8. Prinsip
mengurangi petunjuk, anak didik akan lebih baik dalam belajarnya apabila
instruksi atau petunjuk semakin dikurangi.
9. Prinsip
kondisi dan konsekuensi-konsekuensi yang menggembirakan, apabila
kondisi-kondisi belajar dibuat yang menyenangkan maka anak didik akan timbul
semangat lebih besar.[8]
Menurut Mastuhu, ada beberapa prinsip pada
pendidikan pesantren, yang prinsip-prinsip tersebut dapat digambarkan sebagai
cirri utama tujuan pendidikan pesantren, antara lain:
1. Memiliki
kebijaksanaan menurut ajaran Islam, anak didik dibantu supaya mampu memahami
makna hidup, keberadaan, peranan, serta tanggung jawabnya dalam kehidupan di
masyarakat.
2. Memiliki
kebebasan yang terpimpin, kebebasan yang terpimpin seperti dalam ajaran Islam
bahwa manusia bebas menetapkan aturan hidup tetapi dalam berbagai hal manusia
harus menerima apa saja aturan yang datang dari Tuhan.
3. Berkemampuan
mengatur diri sendiri, bahwa masing-masing pesantren mampu mengatur dirinya
sendiri, baik dalam mengatur kegiatan santrinya maupun dalam mengatur
kurikulumnya sendiri.
4. Memiliki
rasa kebersamaan yang tinggi, dalam pesantren berlaku prinsip bahwa dalam hal
kewajiban, individu harus menunaikan kewajiban lebih dahulu. Sedangkan dalam
hal hak, individu harus mendahulukan kepentingan orang lain sebelum
kepentingannya sendiri.
5. Menghormati
orang tua dan guru, tujuan ini dicapai melalui penegakan berbagai pranata di
Pesantren, seperti tidak membantah guru.
6. Cinta
kepada ilmu, orang-orang pesantren cenderung memandang ilmu sebagai sesuatu
yang suci dan tinggi.
7. Mandiri,
adanya metode sorogan yang individual memberikan pendidikan kemandirian, dengan
metode ini santri akan maju sesuai dengan kecerdasan dan keuletannya sendiri.
8. Kesederhanaan,
dalam pesantren sikap kesederhanaan yaitu sikap memandang sesuatu terutama
materi untuk digunakan secara wajar, proporsianal dan fungsional. Kesederhanaan
ini sesungguhnya merupakan realisasi ajaran Islam yang umumnya diajarkan oleh
para sufi.[9]
D. Peran
Pesantren dalam Pendidikan Islam
Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam sampai sekarang eksistensinya
masih diakui, bahkan semakin memainkan perannya di tengah-tengah masyarakat
dalam rangka menyiapkan SDM yang handal dan berkualitas. System pondok
pesantren yang ditampilkan mempunyai keunikan dibandingkan dengan system yang
diterapkan dalam pendidikan pada umumnya, seperti:
1. Memakai
system tradisional yang mempunyai kebebasan penuh dibandingkan dengan sekolah
modern.
2. Kehidupan
di pesantren menampilkan semangat demokrasi
3. Para
santri dengan ketulusan hatinya masuk pesantren walaupun sebagian besar
pesantren tidak mengeluarkan ijazah.
4. System
pondok pesantren mengutamakan kesederhanaan, idealisme, persaudaraan,
persamaan, rasa percaya diri, dan keberanian hidup.
5. Alumni
pondok pesantren tidak ingin menduduki jabatan pemerintahan, sehingga mereka
hampir tidak dapat dikuasai oleh pemerintah.[10]
Menurut Zamakhsyari Dhofier, harus ada
sekurang-kurangnya lima elemen untuk dapat disebut pesantren, yaitu ada pondok,
masjid, kiai, santri dan pengajian kitab Islam klasik. Menurutnya, pesantren
yang santrinya kurang dari 1000 dan pengaruhnya hanya pada tingkat kabupaten,
disebut pesantren kecil, santri antara 1000-2000 dan pengaruhnya pada beberapa
kabupaten disebutnya pesantren menengah, bila santrinya lebih dari 2000 dan
pengaruhnya tersebar pada tingkat beberapa kabupaten dan propinsi dapat
digolongkan pesantren besar.
Usaha untuk mengidentifikasi pesantren
dilakukan juga oleh Kafrawi, ia mencoba membagi pola pesantren menjadi empat
pola yaitu:
1. Pesantren
pola I ialah pesantren yang memiliki unit kegiatan dan elemen berupa masjid
atau rumahnya untuk mengaji, biasanya santri datang dari daerah sekitarnya,
namun pengajian telah diselenggarakan secara kontinyu dan sistematik.
2. Pesantren
pola II ialah sama dengan pola I ditambah adanya pondokan bagi santri.
3. Pesantren
pola III ialah sama dengan pola II ditambah adanya madrasah, jadi sudah ada
sistem klasikal.
4. Pesantren
pola IV ialah pesantren pola III ditambah adanya unit ketrampilan seperti
peternakan, kerajinan, koperasi, sawah, ladang, dan lain-lain.[11]
Menarik juga klasifikasi yang diajukan
oleh Wardi Bakhtiar (dan kawan-kawannya). Menurutnya, dilihat dari sudut
pengetahuan yang diajarkan, pesantren dibagi menjadi 2 macam,yaitu:
1. Pesantren
salafi, yaitu pesantren yang mengajarkan kitab-kitab Islam klasik.
2. Pesantren
khalafi, yaitu yang selain memberikan pengajaran kitab Islam klasik juga
membuka sistem sekolah umum di lingkungan dan dibawah tanggung jawab pesantren.
Menurut Horikoshi kekuatan kiai atau ulama
itu berakar pada kredibilitas moral, dan kemampuan mempertahankan pranata
sosial yang diinginkan. Kredibilitas moral itu, menurut pengamatan, dibina
antara lain dengan dukungan kealiman (pengetahuan agama, kemampuan membaca
kuning) keshalihan perilaku (termasuk ketaatan melakukan ibadah ritual),
pelayanannya kepada masyarakat muslim. Namun ada satu unsur lagi yang agaknya
kurang diperhatikan oleh para peneliti, yaitu adanya kemampuan-kemampuan
suprarasional yang dimiliki oleh para kiai. Kekuatan kiai dan ulama juga karena
kemampuannya menjaga pranata sosial. Pranata disini diartikan
peraturan-peraturan, tradisi-tradisi yang hidup dalam masyarakat.[12]
Pondok pesantren bukan hanya sebagai
tempat belajar, meleinkan merupakan tempat proses hidup itu sendiri dalam
bentuk umum. Santri umumnya memiliki kebebasan untuk mempelajari berbagai
kegiatan di pesantren, walaupun kebebasan ini masih dibatasi oleh kurangnya
fasilitas pendidikan yng memadai. Namun demikian, pengaturn pendidikan di
pondok pesantren mengandung fleksibelitas bagi perubahan dan perkembangan
system pendidikannya terutama dalam segi pendidikan non formal.[13]
Sebagai lembaga sosial tradisional, pondok
pesantren mempunyai pengaruh yang luas pada masyarakat sekitar, kegiatan non
formalnya seperti adanya kiprah pondok pesantren dalam derakan Keluarga
Berencana, pendidikan koperasi, kerjasama dengan pihak luar, serta dalam
pembangunan transmigrasi.
E. PONDOK PESANTREN AL-KAMILIYYAH
Pondok pesantren
al-kamilyyah adalah suatu pendidikan non-formal yang diselenggarakan oleh
yayasan Al-kamiliyyah. Pada awalnya seperti kebanyakan pondok pesantren yang
umumnya berdiri dengan sistem salafiyyah yaitu pondok pesantren yang
mengutamakan pendidikan agama daripada pendidikan umum serta pondok pesantren
salaf biasanya menggunakan kitab-kitab kuning atau kitab klasikan.
Namun seiring
bergulirnya waktu, melihat akan kebutuhan konsumen (orang tua peserta didik)
pondok pesantren Al-Kamiliyyah melakukan transformasi yang pada awalnya sistem salafiyyah
lalu bertransformasi menjadi sistem semi-modern yaitu pondok pesantren
yang sudah mengadakan pendidikan formal dalam satu lingkungan yang tetap akantapi
masih menggunakan kitab-kitab klasikan, juga pada umumnya pondok pesantren modern
mengunggulkan bahasa asing. Namun, di pondok pesantren ini bahasa asing
(arab-inggris) masih menjadi hal yang tabu serta tidak adanya standar kelulusan
bagi santri yang akan mukim (lulus)
seperti; santri yang akan mukim minimal sudah bisa tahlil, hafal juz 30
dan sebagiannya.
Sistem yang
digunakan masih kurang efektif buktinya out-put (peserta didik yang lulus)
masih merasa abu-abu atau tidak ada nya kejelasan karena sistem yang dianut
masih ambigu (belum jelas). Dilain sisi menggunakan kitab kuning, tapi pendidikan
agama kurang diutamakan lalu dari situ penulis mengambil hipotesis bahwa sistem
yang digunakan yayasan tersebut masih harus benar-benar di evaluasi secara
menyeluruh.
Jika diberi
kesempatan untuk mengevaluasi pondok pesantren al-kamiliyyah hal yang akan
penulis evaluasi yaitu :
1. Management pondok pesantren belum tertata
baik, kurikulum satuan belum nampak didalam pembelajaran dan pengajaran di
pondok pesantren terutama sistem penataan pengkelompokkan bagi santri yang
masih awam dalam ilmu agama.
2. Visi dan misi pesantren tidak berjalan
dengan optimal buktinya hasil out-put (lulusan) masih jauh dari visi dan misi
pondok pesantren.
3. Tidak adanya keselarasan antara visi dan
misi serta standar minimal ketuntasan yang masih tidak sesuai.
4. Dari segi sarana dan prasarana masih perlu
adanya penekanan akan pembangunan kelas untuk kbm.
5. Management sistem keuangan yang belum
transparan atau pengalokasian nya ditujukan kemana
6. Kebijakan yang diberikan harusnya
berkomando dipimpinan yayasan. Namun, faktanya ada pemecahan komando dipihak
yayasan.
7. Kurangnya sdm (tenaga pendidik)
8. Kredibilitas kurikulum pondok yang masih
ambigu
9. Tatakelola bangunan dan pembagian kelas
antara pesantren dan sekolah yang belum optimal
10. Pembangunan komitmen dan tupoksi
perintitusi yang harus dibagi secara khusus tanpa ada intervensi dari institusi
lain kecuali dari pihak yayasan.
BAB III
PENUTUPAN
A. Penutup
Pondok pesantren sebagai sebuah sistem
pendidikan merupakan suatu pernyataan yang memang semestinya diungkapkan. Bahwa
dalam peradaban Indonesia, pondok pesantren secara berlanjut terus menerus dan
mengalami perkembangan yang pesat. Ini terbukti dengan adanya pondok pesantren
dari dulu hingga sekarang, yang tentunya mempunyai peranan yang penting.
Dalam pendidikan, pondok pesantren masuk dalam sistem
pendidikan yang perlu diperhitungkan
khususnya dalam mempelajari ilmu agama, dan juga tidak ketinggalan dalam
pengetahuan umumnya. Selain itu, berbagai kegiatan non formal pun di dalam
pondok pesantren dapat diikuti para santri untuk mengasah bakat mereka. Disisi
lain, pondok pesantren juga mulai menampakkan keberadaannya sebagai lembaga
pendidikan Islam yang mumpuni, dimana didalamnya didirikan sekolah baik formal
maupun non formal.
B. Saran
Kerusakan ahlak pada manusia di sebabkan
oleh pengaruh lingkungan yang semakin hari, semakin kebarat baratan yang selalu
menurutu hawa nafsu yang menggebu-gebu dalam menggapai ataupun meraih sebuah
tujuan. Namun dengan adanya pengaruh syaitan yang sangat kuat dalam diri
manusia itu sendiri, yang menjadikan tujuan yang baik, menjadi
merosot kearah keburukan yang menyesatkan kehidupan manusia baik di dunia
maupun akherat. Untuk itu marilah kita secara sadar dan bersama-sama menjalanka
kaidah dan menguatkan nlai-nilai aqidah islam dalam jiwa kita degan
sebaik-baiknya.
itulah paparan mengenai Makalah Ahklak Dalam Islam dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. serta semoga hal-hal yang ada dalam makalah ini dapat kita terapkan dalam kehidupan kita.. amin... Wassalam.
itulah paparan mengenai Makalah Ahklak Dalam Islam dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. serta semoga hal-hal yang ada dalam makalah ini dapat kita terapkan dalam kehidupan kita.. amin... Wassalam.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Muzayyin. 2003. Kapita Selekta Pendidikan
Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara
Dhofier, Zamakhsyari. 2009. Tradisi Pesantren (Memadu
Modernitas untuk Kemajuan Bangsa) jilid 1. Yogyakarta: Pesantren Nawesea Press
Hasbullah. 1996. Kapita Selekta Pendidikan Islam.
Jakarta: Rajawali Press
Tafsir, Ahmad. 1992. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif
Islam. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Zaini, Wahid. 1994. Dunia Pemikiran Kaum Santri.
Yogyakarta: LKPSM NU DIY
[1] Abdul,Mujib.Ilmu Pendidikan Islam.(Jakarta: Kencana Penada
Media,2006).hal 234-235
[2] Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta: Rajawali Press,
1996, hlmn 39-41
[4] Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta: Rajawali Press,
1996, hlmn 43
[6] Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren (Menadu Modernitas untuk
Kemajuan Bangsa), Yogyakarta, 2009, hlmn 67
[7] Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta: Rajawali Press,
1996, hlmn 45
[8] Muzayyin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2003, hlmn 251-253
[9]Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1992, hlmn 201-202
[10]Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta: Rajawali Press,
1996, hlmn 56
[11]Ahmad Tafsir…ibid hlmn 193
[12] …ibid hlmn 194-195
[13] Wahid Zaini, Dunia Pemikiran Kaum Santri, Yogyakarta: LKPSM NU DIY,
1994,hlmn