Minggu, 21 Mei 2017

MAKALAH USHUL FIQIH MUSYTARAK

MAKALAH USHUL FIQIH
MUSYTARAK


















Di susun oleh :
Muhammad Farhan Sahlani
Kelas : TARBIYAH/PAI II D
Dosen Pengampu : Nur syamsyi., S.Hi., M.Ag



INSTITUT AGAMA ISLAM CIPASUNG
JLN. MUKHTAMAR NU XIXIX NO. 1 CIPASUNG SINGAPARNA KAB. TASIKMALAYA
TAHUN 2017

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua khususnya kepada pembuat makalah ini, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini guna melengkapi tugas salah satu mata kuliah yang saat ini kami tempuh.
Kami sampaikan terima kasih kepada orang tua, dosen, teman-teman, dan semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu yang telah menyumbangkan energi dan pikirannya dalam penyusunan makalah ini sehingga bisa tersusun dengan waktu yang telah di tentukan.
Kami sebagai penyusun makalah yang berjudul “Mustarak” ini sangat menyadari adanya kekurangan yyang termuat dalam makalah, tak ada kata sempurna tertera pada makalah ini karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT.
Semoga hadirnya makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca khususnya mahasiswa Institut Agama Isalm Cipasung.











Penulis



Cipasung, 8Maret 2017



DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................ i
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
LATAR BELAKANG........................................................................................................ 1
RUMUSAN MASALAH ................................................................................................... 1
TUJUAN PENULISAN..................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 2
PENGERTIAN MUSYTARAK......................................................................................... 2
SEBAB-SEBAB TIMBUL NYA MUSYTARAK............................................................. 2
HUKUM LAFADZ MUSYTARAK DAN DALALAH NYA.......................................... 3
PENUTUP .......................................................................................................................... 4
KESIMPULAN .................................................................................................................. 4
DAFTAR  PUSTAKA........................................................................................................ 5












BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Ilmu ushul fiqh sebenarnya merupan ilmu yang tdak bisa diabaikan oleh seorang Mujtahid dalam upayanya member penjelsan mengenai nash-nash syariat ialam dan dalam menggali hukum islam yng tidak terdapat nash padanya. Ia juga merupakan ilmu yang diperlukan bagi seorang Hakim (Qadhi) dalam usaha memahami materi secara sepurna.
Kaidah-kaidah pokok bahasa juga dibahas dalam ilmu ushul fiqh. Dalam bagian ini tampaknya ketelitian untuk para pengaji untuk memahami nash-nash, dan ketelitian bahasa arab dalam dalalahnya kpada beberapa makna yang dikandungnnya.
Dengan adananya kemampuan ini para ualam syariat dapat menggali hukum-hukum syariat islam dari beberapa nashnya yng meskipun mempunyai makna yang ganda. Dan dapat menghilangkan kesulitan-kesulitan tersebut dalam rangka menjelaskan tenteng hukum-hukum syariat islam, walaupun mempuanyai arti yang ganda atau bahkan lebih banyak.
B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana pengertian lafadz musytarak ?
2.      Bagaimana sebab timbulnya lafadz musytarak ?
3.      Bagaimana hukum lafadz musytarak dan dalalahnya?

C.    TUJUAN PENULISAN
1.      Agar dapat mengetahui Pengertian Musytarak Wa Dilalatuhu.
2.      Agar dapat mengetahui Penyuguhan dan Menganalisa contoh-contoh Musytarak.
3.      Agar dapat mengetahui Dalalah Musytarak


BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN MUSTARAK
Al-Musytarak adalah sebuah lafadz yang mempunyai arti banyak dengan kegunaan yang banyak pula. Seperti lafadz (السنة  ) (tahun) yang bisa berarti tahun hijriah atau miladiyah. Lafadz ( اليد ) (tangan) yang bisa berarti tangan kanan dan juga bisa berarti tangan kiri.
Al-musytarak juga bisa berarti suatu lafadz yang mempunyai dua arti atau lebih dengan kegunaan yang banyak yang dapat menunjukkan arti ini atau arti itu. Seperti lafadz ( العين ) yang bisa berarti mata, sumber mata air, dan reserse (mata-mata).
Musytarak adalah suatu lafadz yang mempunyai dua arti yang sebenarnya dan arti-arti tersebut berbeda-beda. Apabila arti yang sebenarnya hanya satu dan yang lain majaz, maka tidak tidak dikatakan musytarak. Umumnya ulama ushul, menepatkan lafadz musytarak ini pada kelompok al-khash,  dan  al-‘am yaitu dilihat dari segi penetapan lafadz bagi suatu makna.
Adapun yang dimaksud dengan lafadz musytarak sebagai mana dijelaskan oleh Abu Zahra adalah ;
Musytarak ialah suatu lafadz yang menunjukan kepada pengertian ganda atau lebih dengan penggunaan berbeda.
Lafadz disebut musytarak disyaratkan dua hal yaitu : terdapat beberapa penerapan suatau lafadz dab juga terdapat pengertian dari lafadz diterapkan dua kali atau lebih untuk dua pengertian atau lebih.
Istirak atau persekutuan makna terjadi dengan banyaknya makna yang ditetapkan pada lafadz dengan penetaapan yang beragam, sedangkan keumuman terjadi dengan dalalah lafadz terhadap liputan seluruh sataun-satuan yang mengenainya tanpa suatau pembatasan, sementara krkhususan terjadi dengan dalalah lafadzterhadap suatu atau sejumlah satuan yang terbatas yang mengenainya tanpa keseluruhan
Jadi, lafadz musytarak dapat diartikan lafadz yang diletakan untuk dua makna atau lebih dengan peletakan nag bermacam-macam, diman lafadz itu menunjukan makna yang ditetapkan secara bergantian, artinya lafadz itu menunjukan makna ini atau makna itu. Sebagaimana lafadz ain ditetapkan menurut bahasa untuk pandangan, untuk mata air yang bersumber, dan mata-mata. Lafadz al-quru ditetapkan dalsm bahasa, untuk pengertian suci dan haidh.
Ketika kita menjumpai suatu lafdz dalam Al-Quran dan ditemukan pemaknaan yang berbeda dari referensi satu dengan referensi yang lain maka lafadz tersebut teramsuk lafadz musytarak. Untuk memilih makna lafadz yang lebih sesuai dengan lafadz  yang lebih sesuai dengan lafadz tersebut maka jalan yang lebih utamaadalah mengambil pemaknaansecara syar’I bukan lugowi, yang akan diuraikan lebih mendalam.
B.     SEBAB – SEBAB TIMBUL NYA MUSYTARAK
Sebab-sebab adanya lafadz musytarak dalam bahsa banyak sekali, diantaranya yang terpenting ialah perbedaan kabialh dalam mempergunakan lafadz untuk menunjukan kepada beberapa makna. Sebagian kabilah memutlakan lafadz yad pada seluruh hasta sebagian kabilah yang lai memutlakan lafadz yad  pada pada lengan dan telapak tangan. Dan sebagian kabilah yang lain memutlakannya pad atelapak tangan secara khusus. Selanjutnya para ulama mengutip bahasa menetapkan bahwasanya tangan dalam bahasa arab adalah lafadz musytarakantara pengertian yang tiga tersebut. Dimana sebabnya lagi ialah penetapan suatu lafadz itu diperguanakan tidak pada pebnetapannya secara majas
Apapun yang menjadi sebab persekutuan makna dalam lafadz menurut bahasa, maka sesungguhnya lafadz yang musytarak antara dua makna atau lebih tidaklah sedikit didalam bahasa, dan terdapat dalam nash-nash syar’iyyah, baik ayat-ayat Al-Quran maupun hadits Rasulullah.
Timbulnya lafadz musytarak :
·         Perbedaan beberap suku di dalam lafadz-lafadz untuk menunjukkan beberapa arti. Suku bangsa arab terdiri dari dua golongan yaitu golongan Adnan dan golongan Qathan. Masing-masing golongan ini terdiri dari suku yang bermacam-macam dan dusun yang terpencar-pencar yang berbeda-beda tempat dan lingkungannya. Kadang-kadang suatu suku membikin nama untuk suatu pengertian. Kemudian suku lain menggunakan nama tersebut untuk sesuatu pengertian lainnya yang tidak dimaksud oleh suku pertama. Kadang-kadang antara kedua pengertian itu tidak ada sangkut pautnya. Tatkala bahasa Arab diambil orang lain dan dibukukan kedua pengertian itu diambil begitu saja tanpa memperhatikan hubungannya dengan suku yang membikinnya semula. Misalnya sebagian suku mengartikan ( اليد ) dengan keeseluruhan hasta (tangan), yang lain mengartikan ( اليد ) dengan lengan tangan atau tapak tangan. Dan yang lain lagi mengartikan dengan tapak tangan saja. Maka para ahli bahasa menetapkan bahwa ( اليد ) menurut bahasa Arab adalah lafadz yang mempunyai tiga arti yaitu lafadz yang digunakan untuk arti secara hakikat, kemudian digunakan untuk arti lain secara majaz.
·         Antara kedua pengertian terdapat arti dasar yang sama. Karenannya, satu lafal bisa digunakan untuk kedua pengertian tersebut. Inilah yang disebut isytirak ma’ani (persekutuan batin ). Kadang-kadang lantas orang melupakan arti yang dapat mengumpulkan kedua pengertian tersebut, dan disangkanya hanya isytirak lafzi (persekutuan) lafal saja. Sebagaimana lafal qur’un yang artinya semula ialah waktu tertentu. Karennya  malaria disebut qur’un, karena mempunyai waktu yang tertentu. Orang perempuan dikatakan mempunyai qur’un sebab ia mempunyai datang bulan yang tertentu dan waktu suci yang tertentu. Arti dasar yang menghubungkan berbagai-bagai pengertian qur’un ialah waktu yang tertentu  (isytirak ma’nawi). Tetapi arti yang menghuungkan arti ini kemudian dilupakan, sehingga tidak dikenal hubungannya suci dan datang bulan dan dinamaknnya isytirak lafzi.
·         mula-mula sesuatu lafal digunakan untuk sesuatu arti, kemudian berpindah kepada arti yang lain dengan jalan majaz, karena adannya ‘alaqah (hubungannya). Alaqah ini dilupakan dan kemudian hilang maka disangka kata tersebut digunakan untuk kedua arti yang sebenarnya (haqiqi) tanpa mengetahui adannya alaqah tersebut.

C.  HUKUM LAFADZ MUSYTARAK DAN DALALAH NYA
Maksud dari pada syari’at ialah agar kita beramal menurut ketentuan arti lafal-lafal yang datang daripadanya. Lafal Musytarak tidak dapat menunjukkan salah satu artinya yang tertentu. (dari arti-arti lafal musytarak) selama tidak ada hal-hal (qarinah) yang menjelaskannya. Apabila  ada lafal musytarak tanpa penjelasan, padahal yang dikehendaki oleh salah satu artinya maka dengan sendirinya lafal musytarak tersebut ditinggalkan. Sebab tidak mungkin kita bisa beramal sesuai dengan petunjuknya (lafal musytarak) selama kita tidak mengetahui maksud sebenarnya. Berhubung dengan itu, tiap-tiap lafal musytarak yang datang dari syari’at tentu disertai qarinah, baik qawliah (perkataan) atau haliyah (keadaan/suasana).
Contoh:
وَالْمُطَلٌقَاتُ يَتَرَبَّصُنَ بِاَنْفُسِهِيْنَ ثَلَاثَةُ قُرُؤٍ     
(Al Baqarah228) البقرة
Artinya: Isteri-isteri yang diceraikan, hendaklah berdiam diri (beribadah) tiga kali suci.
Lafal Qur’un mempunyai dua arti, yaitu datang bulan (haid) dan suci. Mana yang dikehendaki ayat tersebut dari kedua arti ini. Yang dikehendaki ialah datang bulan menurut satu pendapat. Keterangannya adalah  sebagai berikut:
Sebagaimana yang telah diterangkan diatas, bahwa arti qur’un semula ialah waktu yang tertentu. Waktu yang tertentu hanya terdapat dalam hal-hal yang bergiliran, yang datang kepada keadaan yang asal (pokok). Maka yang bergiliran disini tidak hanya lain hanya datang bulan, sebab suci adalah keadaan yang asal. Dapat pula ditambahkan keterangannya:
·         Maksud ‘Iddah ialah untuk mengetahui tentang tidak adannya kandungan. Tidak adannya kandungan hanya dapat diketahui dengan adannya datang bulan.
·         Qur’an tidak bisa menyebutkan hal-hal yang kurang baik di dengar.
Dari contoh di atas kita mengetahui bahwa yang dimaksud lafal Musytarak di sini hanya satu arti saja. Qarinah di sini ialah haliyyah (keadaan).
Contoh lain :
Kata yad (tangan) dalam firman Allah SWT:

وَالسَّارِقُ وَالسَّارِقَةُ فَاقْطَعُوا اَيْدِيَهُمْ     ) المعدة : 38(
Artinya:
laki-laki yang mencuri dan wanita yang mencuri, potonglah tangan keduannya “ (QS Al-Maidah: 38)

Kata tersebut adalah musytarak antara dzira’ (dari ujung jari hingga ujung bahu), antara telapak tangan dan lengan (dari ujung jari sampai dengan siku) dan antara tangan kiri dan kanan. Jumhur mujtahid beristidlal dengan sunnah amaliyyah untuk menentukan yang dimaksud dengan tangan ayat itu, yakni dari ujung jari sampai dengan dua pergelangan pda tangan kanan.
Tidaklah sah menghendaki suatu lafadz musytarak dengan dua makna atau lebih secara sekaligus, sekiranya hukum yang ada dalam satu waktu, karena sebenarnya suatau lafadz tidaklah dikehandaki oleh syar’I kecuali pada satu makna saja dari beberapa maknanya, penetapannya untuk beberapa makna hanyalah dalam rangka pertukaran makna, artinya bahwa lafadz itu adakalanya menunjukan arti itu.
Demikian pula halnya dalam nash perundang-undangan hukum positif, apabila lafadz musytarak di dalamnya antara sejumlah makna kebiasaan, dan pembuat undang-undang tidak menjelaskan makna yang dikehendaaki dari lafad itu, maka wajib dilakukan ijtihatuntuk menenukan maknanya. Tidaklah sah memaksudkan lebih dari satu makna pada lafadz musytarak yang terdapat dalam nash, karena lafadz musytarak tidaklah ditetapkan kecuali untuk satu makna saja, akan tetapi satu makna itu berkisar antara dua makna atau lebih.
Jika lafadz musytarak yang ada dalam nash syara’ itu musytarak antara makna kebahasaan dan makna terminologis syar’i, maka wajib dimaksudkan sebagai maknanya yang bersifat terminologis syar’i. kata shalat misalnya ditetapkan menurut bahasa untuk pengertian do’a, dan ia ditetapkan menurut syara’ untuk ibadah tertentu. Maka dalam firman Allah SWT :
Artinya : “ dirikanlah shalat”
Yang dimaksud dari lafadz itu adalah maknanya yang bersifat syar’i, yaitu ibadah tertentu. Bukan makna kebahasaanya, yaitu do’a. kata Thalaq ditetapakan menurut bahasa untuk melepaskan ikatan saja,dan menurut syara’ ia diletakkan untuk pelepasan ikatan pernikahan yang shahih.
Maka yang dikehendaki adalah makna secara syar’i bukan makna secara bahasanya saja.
Demikianlah lafadz mustarak antara makna lughowi dan makna secara syar’i apabila dalam nash syar’i, maka maksud syar’i dari lafadz itu adalah makna yang ditetapkan-Nya untuknya. Sebab ketika lafadz tersebut telah diindahkan dari pengertaian kebahasaanya kepada pengertian khusus yang dipergunakannya, maka lafadz itu dalam bahsa syar’i tertentu dalalahnya atas pengertian yang ditetapakan syar’i kepadanya , demikian pula dalam nash perundang-undangan hokum positif,  apabila lafadz  yang ada dalam nash mempunyai dua makna yaitu  makan dalam bahasa dan makan dalam terminologi perundang-undangan, maka wajilah yang dikehendaki adalah pengertian yang bersifat perundang-undangan, bukan kebahasaan, karena sebab yang telah kami jelaskan.
Apabila lafadz musytarak dalam nash syar’i adalah musytarak antara sejumlah mskna kebahasaan, mska wajib dilakukan ijtihat untuk menentukan makna yang dikehendaki darpadanya, karena syar’i tidaklah menghendaki pada suatu lafadz kecuali salah satu makna saja. Dan seorang mujtahid berkewajiban untuk mengambil penunjuk dengan berbagai qarinah dan tanda-tanda serta dalil-dalil untuk menetukan maksudnya itu.
Hal-hal diatas dilakukan untuk tidak menimbulkan kebingungan pada masyarakat awam jika menjumpai lafadz mustarak. Tidaklah sah menghendaki suatu lafadz musytarak dengan dua makna atau lebih secara sekaligus, sekiranya hukum yang ada dalam satu waktu karena sebenarnya suatu lafadz tidaklah dikehendaki oleh syar’i kecuali padasatu makna saja dari beberapa maknanya. Penetapannya untuk beberapa makna hanyalah dalam rangka pertukatan makna, artinya bahwa lafadz itu adakalanya menunjukan arti itu. Adapun penunjukannya terhadap arti ini dan arti itub sekaligus dalam satu waktu.



BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Al-Musytarak adalah sebuah lafadz yang mempunyai arti banyak dengan kegunaan yang banyak pula. Seperti lafadz (السنة  ) (tahun) yang bisa berarti tahun hijriah atau miladiyah. Lafadz ( اليد ) (tangan) yang bisa berarti tangan kanan dan juga bisa berarti tangan kiri.
Timbulnya lafadz musytarak dikarenakan Perbedaan beberap suku di dalam lafadz-lafadz untuk menunjukkan beberapa arti. Suku bangsa arab terdiri dari dua golongan yaitu golongan Adnan dan golongan Qathan. Dan  antara kedua pengertian terdapat arti dasar yang sama. mula-mula sesuatu lafal digunakan untuk sesuatu arti, kemudian berpindah kepada arti yang lain dengan jalan majaz,
Lafal Musytarak tidak dapat menunjukkan salah satu artinya yang tertentu. (dari arti-arti lafal musytarak) selama tidak ada hal-hal (qarinah) yang menjelaskannya.


DAFTAR PUSTAKA
Karim, Syasi’i. Fiqih Ushul Fiqih. Bandung: CV Pustaka Setia. 1997.
Wahab Khallah, Abdul. Ilmu Ushul Fiqh. Semarang: Dina Utama. 1994.
Wahab Khallaf, Abdul. Kaidah-kaidah Hukum islam.  Jakarta: PT Raja Grafindo. 1996.








MAKALAH METODELOGI PENELITIAN Penyusunan Tindakan Kelas

Penyusunan Tindakan Kelas










Di susun oleh :
Muhammad Farhan Sahlani
Kelas : TARBIYAH/PAI II D

Dosen Pengampu : Dr. H. Lukman Hakim., S.Ag., M.Si





INSTITUT AGAMA ISLAM CIPASUNG
JLN. MUKHTAMAR NU XIXIX NO. 1 CIPASUNG SINGAPARNA KAB. TASIKMALAYA

TAHUN 2017



KATA PENGANTAR


Puji syukur kami panjatkkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua khususnya kepada pembuat makalah ini, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini guna melengkapi tugas salah satu mata kuliah yang saat ini kami tempuh.
Kami sampaikan terima kasih kepada orang tua, dosen, teman-teman, dan semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu yang telah menyumbangkan energi dan pikirannya dalam penyusunan makalah ini sehingga bisa tersusun dengan waktu yang telah di tentukan.
Kami sebagai penyusun makalah yang berjudul “Penyusunan Tindakan Kelas” ini sangat menyadari adanya kekurangan yyang termuat dalam makalah, tak ada kata sempurna tertera pada makalah ini karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT.
Semoga hadirnya makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca khususnya mahasiswa Institut Agama Isalm Cipasung.











Penulis



Cipasung, 25 Febuari 2017


DAFTAR ISI

 





                                                                           
                                                                           


BAB I

PENDAHULUAN


A.    Untuk mengetahui bagaimana konsep dasar dan macam-macam Penelitian Tindakan Kelas.
B.     Untuk mengetahui jenis-jenis Penelitian Tindakan Kelas.
C.     Untuk mengetahui bagaimana metodologi Penelitian dan prosedur perencanaan Pelaksanaan Tindakan Kelas.

BAB II

PEMBAHASAN


1.      Konsep Dasar Penelitian Tindakan Kelas
A.    Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas berasal dan istilah bahasa inggris Classroom action Research, yaitu berarti penelitian yang dilakukan pada sebuah kelas untuk mengetahui akibat tindakan yang diterapkan pada suatu subyek penelitian di kelas tersebut. Pertama kali penelitian tindakan kelas diperkenalkan oleh ahli psikologi sosial Amerika Serikat Kurt Lewin pada tahun 1946, yang selanjutnya dikembangkan oleh Stephen Kemmis, Robin Mc Taggart, John Elliot, dave Ebbutt dan lainnya. (Trianto, 2012:13 )
 Penelitian kulaitatif yang dilakukan oleh guru sendiri ketika mendapatkan permasalahan dalam pembelajaran dan mencarikan solusinya dalam upaya memperbaiki kualitas pembelajarannya.  Jika kita perhatikan, maka titik tumpu (orientasi) dari pada PTK adalah suatu kegiatan penelitian dengan mencermati sebuah kegiatan pembelajaran yang diberikan tindakan, yang secara sengaja dimunculkan dalam sebuah kelas, yang bertujuan memecahkan masalah atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas tersebut. (Trianto, 2012:13 )
Penelitian Tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan guru yang dilakukan siswa.  (Suharsimi,2011: 4)
Dari pemaparan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah usaha mengamati kegiatan belajar mengajar dikelas dan mengaplikasi atau menerapkan sebagai suatu tindakan yang diharapkan memperbaiki kondisi yang ada.  Dalam penelitian tindakan kelas berurusan langsung dengan lapangan atau dengan kata lain praktik.

B.     Ruang Lingkup Bidang Kajian Penelitian Tindakan Kelas

a.       Masalah belajar siswa disekolah, termasuk di dalam tema ini, antara lain: masalah belajar di kelas, kesalahan-kesalahan pembelajaran, miskonsepsi.
b.      Desain dan strategi pembelajaran di kelas yang meliputi, tema ini, antara lain: masalah pengelolaan dan prosedur pembelajaran, implementasi dan inovasi dalam metode pembelajran, interaksi di dalam kelas, partisipasi orangtua dalam proses belajar siswa.
c.       Alat bantu, media dan sumber belajar, termasuk dalam tema ini, antara lain: masalah penggunaan media perpustakaan, dan sumber belajar di dalam atau luar kelas, peningkatan hubungan antara sekolah dan masyarakat.
d.      Sistem asesmen dan evaluasi proses dan hasil pembelajaran (termasuk dalam tema ini, antara lain: masalah evaluasi awal dan hasil pembelajran dan pengembangan instrumen asesmen berbasis kompetensi).
e.       Pengembangan pribadi peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan lainnya yang termasuk dalam tema ini antara lain: peningkatan kemandirian dan tanggungjawab peserta didik, peningkatan keefektifan hubungan antara pendidik-peserta didik dan orang tua dalam PBM, peningkatan konsep diri peserta didik.
f.        Masalah kurikulum yang termasuk dalam tema ini antara lain: implementasi kurikulum misalnya KBK atau KTSP, urutan penyajian materi pokok, interaksi guru-siswa, siswa-materi ajar, dan siswa-lingkungan belajar. (Trianto,2012:17 )

C.     Tujuan Penelitian Tindakan Kelas
Memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas.
a.       Untuk memecahkan masalah, tetapi sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat dipecahkan dengan tindakan yang dilakukan.
b.      Untuk meningkatkan kegiatan nyata guru dalam pengembangan profesionalnya.
c.       Untuk memperbaiki berbagai persoalan nyata dan praktis dalam peningkatan mutu pembelajaran di kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar. (Suharsimi,2011: 60)

D.    Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas

a.       Merupakan salah satu bagian dari strategi penelitian kualitatif dengan model konstruktivis, yang digunakan untuk mendeskripsikan clan pengambilan keputusan secara kritis berdasarkan rekaman, pemantauan dan evaluasi terhadap tindakan dan hasil tindakan.
b.      Bersifat siklus dan sikuensial. Siklus artinya pelaksanaan PTK bersifat berulang-ulang. Sikuensial artinya pelaksanaan PTK dilakyukan tahap demi tahap secara berurutan.
c.       Bersifat longitudinal., artinya berlangsung dalam jangka waktu tertentu secara kontinue untuk memperoleh data yang diperlakukan.
d.      Bersifat partikular-spesifik, artinya hasil PTK tidak dimaksudkan untuk menggeneralisasi penemuan dalam rangka dalil, teori atau hipotesis yang berlaku untuk semua situasi.
e.       Bersifat partisipatoris, artinya proses PTK itu tidak hanya diarahkan pada upaya perubahan cara belajar siswa, tetapi juga guru (sebagai peneliti dan pengajar yang diteliti) harus terjadi perubahan ke arah yang lebih baik (berkualitas).
f.        Bersifat kolaboratif atau kooperatif, artinya proses PTK selalu terjadi kerjasama antara guru atau peneliti atau antara peneliti dengan pihak-pihak terkait.
g.      Bertujuan mengubah keadaan nyata sehari-hari di kelas. (Trianto,2012:22 )

2.      Jenis-jenis Penelitian Tindakan Kelas

A.    Penelitian Tindakan Diagnostik
Penelitian tindakan diagnostik ini dirancang untuk menuntun kearah tindakan.  Dalam bentuknya yang paling jelas penelitian tindakan diagnostik dapat dijelaskan sebagai berikut: Agen penelitiannya memasuki situasi yang telah ada, dan akan lebih bagus jika karena diundang. Agen itu mendiagnosis situasinya. Misalnya, seorang dosen Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris yang ahli dalam penelitian tindakan diundang oleh Dinas Pendidikan untuk mempelajari kelas-kelas bahasa Inggris di suatu SMK, yang siswa-siswanya ketika lulus diharapkan mahir berbahasa Inggris secara fungsional dalam bidang kejuruannya. Ia mengamati secara cermat proses pembelajaran bahasa Inggris di beberapa kelas, memeriksa silabusnya, memeriksa sumber belajar yang ada, dan sebagainya.  Ia kemudian menganalisis semua data dan kemudian ia membuat berbagai rekomendasi tentang tindakan perbaikannya. Contoh lain penelitian tindakan diagnostik yang dapat dilakukan adalah penelitian yang dilakukan di suatu sekolah, atau organisasi masyarakat tertentu. Di sekolah tersebut banyak terjadi pertengkaran antar beberapa kelompok siswa yang sering diikuti oleh perkelahian. Suatu tim peneliti dari lembaga penelitian diundang. Wakil tiap-tiap kelompok siswa dan juga ketua-ketua kelasnya diwawancarai tentang sikapnya terhadap kelompok yang lain, kepuasannya, kekecewaannya, dan keikutsertaannya dalam kegiatan sekolah. Informasi yang diperoleh ditabulasikan dan ditabulasi silang, hasil-hasilnya dianalisis, dan rekomendasi dibuat.
      Rekomendasi itu sendiri tidak diuji sebelumnya, dan juga bukan merupakan obyek penelitian tertentu. Rekomendasi itu dihasilkan lebih kurang melalui proses intuitif berdasarkan kumpulan pengalaman masa lalu dan diagnosis saat itu. Karena rekomendasi dibuat oleh seorang ahli penelitian atau tim peneliti yang tidak terlibat dalam kehidupan dalam ajang sasaran, ada kemungkinan bahwa rekomendasi tersebut tidak realistic. Inilah kelemahan penelitian jenis.
B.     Penelitian Tindakan Partisipan
Penelitian tindakan jenis ini tumbuh dan berkembang karena dua kelemahan penelitian tindakan jenis pertama di atas: (1) diagnosis tidak selalu mendorong dilakukannya tindakan. Dan (2) ketidakterlibatan tim peneliti dalam masyarakat terkait kurang menjamin pelaksanaan tindakan yang disarankan. Gagasan sentral penelitian tindakan partisipan ini adalah bahwa orang yang akan melakukan tindakan harus juga terlibat dalam proses penelitian dari awal. Dengan demikian, mereka itu tidak hanya dapat menyadari perlunya melaksanakan program tindakan tertentu, tetapi secara jiwa raga akan terlibat dalam program tindakan tersebut.
      Contoh penelitian tindakan jenis ini dapat sama dengan contoh pada jenis pertama di atas, namun peneliti harus berada di sekolah dari awal penelitiannya, yaitu pada waktu mendiagnosis / menganalisis keadaan dan melihat kesenjangan antara keadaan nyata dan keadaan yang diinginkan dan merumuskan rencana tindakan.
Kelemahannya adalah bahwa model ini menuntut curahan tenaga, pikiran, dan waktu peneliti, yang kadang sulit dipenuhi karena dia juga memiliki pekerjaan sendiri.
C.     Penelitian Tindakan Empiris
Gagasan dasar penelitian tindakan jenis ini adalah melakukan sesuatu dan membukukan apa yang dilakukan dan apa yang terjadi. Proses penelitiannya pada pokoknya berkenaan dengan penyimpanan catatan dan pengumpulan pengalaman dalam pekerjaan sehari-hari.
 Sebuah contoh dapat diberikan sebagai berikut. Pengurus jurusan di suatu perguruan tinggi melihat adanya masalah dalam proses rapat jurusan. Dia mengemukakan kepeduliannya di depan forum dosen, dan dia sangat lega karena semua dosen merasakan hal yang sama. Dia mengajak semua dosen untuk bersama-sama merumuskan tindakan apa yang mesti dilakukan untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar.
Kelemahan penelitian tindakan jenis ini adalah bahwa simpulan ditarik dari pengalaman dengan satu kelompok atau beberapa kelompok yang berbeda dalam berbagai segi yang tak terkontrol. Meskipun punya kelemahan, penelitian tindakan empiris dapat menuntun peneliti untuk mengembangkan secara bertahap prinsip yang secara umum sahih.
Penelitian jenis ini cukup banyak kelemahannya, diantaranya:
a.       Banyak organisator dan pimpinan kelompok yang tidak memiliki kemampuan merumuskan hipotesis tindakan secara eksplisit atau menyatakan simpulannya secara cermat.
b.      Pelaku penelitian yang juga dibebani dengan tanggung jawab tindakan biasanya tidak mampu menyisihkan waktu untuk mencatat secara lengkap amatannya atau dalam beberapa hal bahkan tidak dapat melakukan amatan itu sendiri.
c.       Jika penyimpanan catatan benar-benar memadai, biasanya begitu banyak yang berhasil dikumpulkan, sehingga memerlukan usaha yang sangat besar untuk menganalisis seluruhnya.
d.      Bahkan dengan niat yang terbaik sekalipun sulit bagi pelaku penelitian untuk benar-benar obyektif dalam menilaikeluaran usaha tindakannya sendiri. Faktor luar selalu mempengaruhi apa yang terjadi dalam situasi kelompok, dan penafsiran terhadap pengaruhnya selalu agak subjektif.
D.    Penelitian Tindakan Eksperimental
Penelitian tindakan eksperimental adalah penelitian yang berbagai teknik tindakannya sangkil. Hampir selalu ada lebih dari satu cara untuk mencapai sesuatu.
Dari semua jenis penelitian tindakan, jenis eksperimental memiliki nilai potensial terbesar untuk kemajuan pengetahuan ilmiah karena dalam keadaan yang menguntungkan memberikan ujicoba yang mantap tentang hipotesis tertentu. Akan tetapi ia merupakan bentuk penelitian tindakan yang tersulit untuk dilaksanakan dengan berhasil. Kesulitan-kesulitan yang mungkin timbul termasuk:
a.       Keterbatasan kemampuan peneliti dalam membuat prediksi keakuratannya;
b.      Kekurang mampuan peneliti dalam mengontrol jalannya tindakan sosial; dan
c.       Kekurang mampuan peneliti dalam melakukan pengukuran yang layak sesuai dengan sifat dasar hubungan sosial.
Kesulitan ini sebagian besar dapat dihindari jika program penelitiannya dari awal direncanakan dengan bekerja sama dengan agen pelaksana yang bertanggung jawab atas pemantauan pelaksanaannya, sehingga tindakan yang perlu benar-benar dilaksanakan. Hal penting yang perlu dicatat adalah bahwa penelitian tindakan eksperimental akan berhasil jika didukung oleh perencanaan dan kerja sama yang sangat baik dengan setiap orang yang terkait dengan program tersebut.
 Pemilihan jenis penelitian tindakan akan sangat ditentukan oleh kondisi dan situasi yang dihadapi oleh peneliti. Namun, hendaknya kelemahan-kelemahan setiap jenis selalu diingat sehingga manfaat dapat dipetik secara optimal.

3.      Metode Penelitian Tindak Kelas
A.    SETTING
Setting artinya penelitian perlu diuraikan secara rinci karena penting artinya bagi guru lain yang ingin meniru keberhasilan yang telah dilakukan. Mereka tentu akan mempertimbangkan masak-masak apakah ada kemiripan antara setting sekolahnya dengan setting penelitian yang sudah ada (Trianto, 2010:53). Setting yaitu lokasi yang digunakan untuk lokasi tersebut yang harus diperhatikan dalam melakukan PTK yaitu kondisi siswa dan kelas yang mau dituju untuk PTK.
Dalam setting ini biasanya dipaparkan tentang subyek dan waktu penelitian. Sebagai contoh penelitian dilakukan pada siswa kelas X Semester genap Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Surabaya tahun pelajaran 2008-2009 (Trianto, 2010:53).
Berkaitan dengan waktu penelitian, karena kegiatan PTK include dengan jadual PBM maka waktunya pun mengikuti jadual pelajaran yang telah ditetapkan oleh sekolah. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi tumpang tindih materi yang diterima oleh peserta didik. Sedangkan untuk uji awal dan uji akhir dapat dilakukan di dalam ataupun di luar jam pelajaran. Berikut disajikan contoh waktu atau jadual pengambilan data dalam PTK (Trianto, 2010:53).
Contoh waktu kegiatan PTK
No
Kegiatan
Waktu Pelaksanaan
1
Tes Awal
3 agustus 2009 (minggu l)
2
Pelaksanaan tindakan
10, 17, 24 agustus 2009 (minggu ll, lll, Lv)
3
Tes akhir
1 september 2009

B.     METODE DAN INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
Metode pengumpulan data hakikatnya adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data.
    Metode pengumpulan data penelitian, antara lain angket, wawancara, pengamatan, ujian, dokumentasi, dan lain sebagainya.
Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh penelitian dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Berdasarkan definisi tersebut suatu instrumen berfungsi untuk menjaring data-data hasil penelitian. Instrumen juga diartikan sebagai alat bantu merupakan sarana yang dapat diwujudkan dalam benda, misalnya angket, daftar cocok, pedoman wawancara, lembar atau panduan pengamatan , soal tes, inventori, skala dan lainya (Trianto, 2010:54).
Tabel Pasangan Metode dan Instrumen Pengumpulan Data

No
Jenis Metode
Jenis Instrumen
1
Angket (questionnaire)
Angket (questionnaire)
Daftar cocok (check list)
Skal (scale), inventori (invertory)
2
Wawancara (interview)
Pedoman wawancara (interview guide)
Daftar cocok (check list)
3
Pengamatan (observation)
Lembar pengamatan (observation sheet),
Panduan pengamatan/observasi
(observation schedule)
Daftar cocok (check list)
4
Ujian atau tes (test)
Soal ujian, soal tes atau tes (test)
Inventori (inventory)
Daftar cocok (check list)
Tabel (table)

C.     Jenis Instumen Pengumpulan Data
Instumen merupakan bagian yang tidak kalah pentingnya dalam pelaksanaan PTK. Jenis instrumen harus sesuai dengan karakteristik variabel yang diamati. Triangsuran dan saturasi (kejenuhan informasi) perlu diperhatikan untuk menjamin validitas data.
Instrumen berfungsi untuk menjaring data-data hasil penelitian. Ini biasa disebut dengan catatan lapangan. Berikut disajikan beberapa contoh instrumen penjaring data-data penelitian (Trianto, 2010:55).
a.       Catatan Lapangan
Masalah utama dalam observasi adalah bagaimana bisa mengingat data lapangan dalam kurun waktu cukup lama, sebab seringkali tidak mungkin mengobservasi sambil membuat catatan yang rinci, untuk kemudian mencatatnya dengan rinci dalam bentuk catatan lapangan. Agar tidak lupa mencatat data tersebut catatan lapangan, diperlukan adanya pencatatan tambahan dalam bentuk: (1) Catatan Pendek; (2) Catatan Harian; dan (3) Log Lapangan. Agar mudah, sebaiknya digunakan lembaran kertas bergaris. Rincian mengenai nama observer, jam pencatatan, dan lokasi kegiatan hendaknya dikemukakan. Pendeskripsian hendaknya rinci (Trianto, 2010:55).
b.      Angket (questionnaire)
Angket adalah kumpulan dari pertanyaan yang diajukan secara tertulis kepada seseorang (responden), dan cara menjawab juga dilakukan dengan tertulis. Angket juga diartikan sebagai daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar orang yang diberi tersebut bersedia memberikan respons sesuai dengan permintaan pengguna (peneliti).
Menurut cara memberikan respons, angket dibedakan menjadi dua jenis. Pertama, angket terbuka. Angket terbuka adalah angket yang disajikan dalam bentuka. Angket terbuka adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden dapat memberikan isian sesuai dengan kehendak dan keadaannya. Angket terbuka digunakan apabila peneliti belum dapat memperkirakan atau menduga kemungkinan alternatif jawaban yang ada pada responden.
Kedua angket tertutup. Angket tertutup yaitu angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden tinggal memberikan tanda centang (√ ) pada kolom atau tempat yang sesuai (Trianto, 2010:57-58).
c.       Daftar Cocok atau Ceklis (Checklist)
Ceklis adalah kumpulan dari pernyataan atau pertanyaan yang pengisiannya dilakukan oleh responden. Ceklis biasanya dilakukangan dengan memberikan tanda centang (√) pada tempat-tempat yang sudah disediakan. Jadi ceklis sebenarnya merupakan semacam angket juga cara pengisiannya dengan memberikan tanda cocok atau centang.
Dalam pencatatan data lapangan dapat digunakan ceklis, yang pelaksanaannya di lapangan lebih ringan dibanding catatan lapangan. Walaupun data yang terekam tidak sekaya data dalam catatan lapangan, tetapi masih cukup kaya dalam perekaman data lapangan.
4.      Lembar Pengamatan (Observasi)
Selain menggunakan catatan lapangan yang bersifat agak bebas dalam arti pengamat (peneliti) secara bebas mendeskripsikan setiap kejadian (momen) dalam pembelajarannya. Maka lembar pengamatan lebih bersifat terstuktur, yaitu sudah terdapat pedoman-pedoman terinci yang berisi langkah-langkah yang dilakukan sehingga pengamat tinggal melakukan check list atau menghitung berapa frekuensi yang telah dilakukan oleh subyek penelitian.
Contoh lembar pengamatan dalam PTK adalah: (1) lembar pengamatan aktivitas guru dalam mengelola KBM; dan (2) lembar aktivitas siswa dalam PMB.
a.       Lembar pengamatan aktivitas guru dalam mengelola PMB
Lembar ini dipergunakan untuk mengamati aktivitas guru dalam mengelola PMB. Lembar ini berisi langkah-langkah yang harus dilakukan guru.
b.      Lembar ini dipergunakan untuk mengamati aktivitas siswa dalam PMB. Lembar ini berisi langkah-langkah yang harus dilakukan siswa (Trianto, 2010:61).
5.      Wawancara (interview)
Wawancara dipergunakan untuk menggali beberapa hal berkaitan dengan masalah pembelajaran. Misalnya, adakah materi dari PMB yang dianggap sulit, atau apakah model pembelajaran guru menarik bagi siswa.
Wawancara pada dasarnya meliputi dua jenis, yaitu wawancara yang terstruktur dan tidak terstruktur. Wawancara terstruktur  adalah jenis wawancara dimana pertanyaan-pertanyaan telah disusun sedemikian rupa sehingga runtut. Sedangkan pada wawancara tidak struktur pertanyaan-pertanyaan tidak disusun secara ketat (Trianto, 2010:61).
6.      Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajar dipergunakan untuk mengukur tingkat ketuntasan belajar siswa, berupa nilai yang diperoleh dari pelaksanaan tes. Tes ini terdiri dari tes produk dan tes proses (Trianto, 2010:61).

7.      TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Teknik-teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah:
a.       Pemberian Tes
Pemberian tes dilakukan dua kali, yaitu sebelum proses pembelajaran dimulai (pretest) dan sesudah protes pembelajaran (posttest). Ada 2 (dua) macam tes, yaitu: (1) Tes produk untuk mengukur aspek kognitif yang telah dimiliki siswa. Dengan kata lain tes proses ini digunakan untuk mengetahui ketuntasan TPK, ketuntasan belajar siswa, dan sensitivitas butir soal yang digunakan.
b.      Pengamatan (observasi)
Pengamatan dilakukan pada saat pelaksanaan pembelajaran berlangsung. Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan RPP dan aktivitas siswa selama pembelajaran.
c.       Penyebaran angket
Penyebaran angket dilakukan setelah proses pembelajaran penyebaran angket bertujuan untuk mengetahui respon siswa terhadap proses pembelajaran yang dilaksanakan. Angket dapat berupa komentar (angket terbuka) atau pun pertanyaan-pertanyaan yang telah dilengkapi dengan jawaban, sehingga siswa tinggal memilih yang sesuai dengan pendapatnya (angket tertutup) (Trianto, 2010:62).

8.      TEKNIK ANALISIS DATA
Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif. Tujuan dari analisis ini adalah untuk mendeskripsikan kegiatan siswa selama proses belajar mengajar. Analisis deskriptif yang dilakukan adalah sebagai berikut:
A.    Analisis Pengamatan Aktivitas Siswa
Untuk menganalisis data aktivitas siswa yang diamati digunakan teknik prosentase (%), yakni banyaknya frekuensi tiap aktivitas dibagi dengan seluruh aktivitas dikalikan dengan 100.
Persentase respon siswa  X 100%
Dimana :                           
A = proporsi siswa yang memilih
B = jumlah siswa (responden)
Realiabilitas instrumen pengamatan aktivitas siswa dihitung dengan teknik inter observer agreement. Pada saat uji coba ada dua pengamat menggunakan instrumen yang sama untuk mengamati karakteristik  yang sama. Rumus yang digunakan untuk menghitung reliabilitas adalah rumus Emmer dan Millet:
Percentage of agreement = 100% [ 1-A – B ]    (Borich, 1994:385)
                                                             A+B
Keterangan :
A = Frekuensi aspek tingkah laku yang teramati oleh pengamat yang memberikan frekuensi tinggi
B = Frekuensi aspek tingkah laku yang teramati oleh pengamat yang memberikan frekuensi rendah
Instrumen dikatakan baik jika mempunyai koefisien reliabilitas (Trianto, 2010:62-63).
B.     Analisis Tes Hasil Belajar
Untuk menentukan ketuntasan belajar siswa digunakan instrumen tes hasil belajar siswa yang meliputi produk, proses, dan psikomotor. Penentuan ketuntasan berdasarkan penilaian acuan patokan, yaitu sejauh mana kemampuan yang ditargetkan dapat dikuasi siswa dengan cara menghitung proporsi jumlah siswa yang menjawab benar dibagi dengan jumlah siswa seluruhnya. Rumusnya adalah:
KB =  x 100 %
Dimana : KB         = ketuntasan belajar
                T            = jumlah skor yang diperoleh siswa
                 Tt          = jumlah skor total
Setiap siswa dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan individu) jika proposal jawaban benar siswa > 75% (Depdiknas, 2002:32)
Validitas butir soal diperoleh dengan cara menghitung sensitivitas tiap butir soal. Nilai ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana tiap-tiap butir soal mampu mengukur efek pembelajaran. Jika suatu soal dijawab dengan benar oleh semua siswa sebelum dan sesudah pembelajaran, maka soal itu tidak memenuhi fungsinya. Butir soal yang sensitif akan dijawab oleh lebih banyak siswa sesudah pembelajaran dibandingkan sebelumnya. Untuk menghitung sensitivitas butir soal dengan cara mengurungkan jawaban benar siswa pada uji awal dibagi dengan jumlah siswa. Rumusnya adalah:
Sensitivity   =  (Groundlund, 1982)
Keterangan :
Ra = jumlah siswa yang menjawab benar pada akhir
Rb = jumlah siswa yang menjawab benar pada tes awal
T = jumlah siswa yang mengikuti tes
Menurut Aiken (1997: 69), butir soal dikatakan baik apabila sensitivitas berada antara 0 dan 1, kriteria yang dipakai untuk menyatakan bahwa butir soal peka terhadap pembelajaran jika S 0,30 (Trianto, 2010:63-64).
C.     Matriks Metode Penelitian
Matriks penelitian dibuat untuk memudahkan penentuan sistematika atau prosedur penelitian. Matriks ini berisi tujuan penelitian, variabel, definisi operasional variabel, instrumen penelitian, sumber data, teknik pengambilan data, dan analisis data (Trianto, 2010:64). 
Ø  Prosedur Perencanaan Dan Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas, langkah-langkah/prosedur umum yang dapat dilakukan meliputi:
1.      Pengembangan/Penetapan Fokus Penelitian
a.       Merasakan adanya masalah
Permasalahan yang diangkat dalam Penelitian Tindakan Kelas harus benar-benar merupakan masalah yang dihayati oleh guru dalam praktek pembelajaran yang dikelolanya, bukan masalah yang disarankan, apalagi disarankan oleh pihak luar.
Permasalahan tersebut dapat bersumber dari siswa, guru, bahan ajar, kurikulum, hasil belajar, dan interaksi pembelajaran.
b.      Identifikasi Masalah
Pada tahap ini yang penting dilakukan adalah menghasilkan gagasan-gagasan awal mengenai permasalahan aktual yang dialami guru di kelas. Berangkat dari gagasan-gagasan awal tersebut guru dapat berbuat sesuatu untuk memperbaiki keadaan dengan menggunakan PTK.
c.       Analisis Masalah
Setelah memperoleh sekian banyak permasalahan melalui proses identifikasi, maka
selanjutnya melakukan analisis terhadap masalah-masalah tersebut untuk menentukan urgensi mengatasinya. Dalam hal ini nantinya akan ditemukan permasalahan yang sangat mendesak untuk diatasi (pembatasan masalah).
D.    Perumusan Masalah
Setelah menetapkan fokus penelitian, maka perlu dilakukan perumusan masalah secara lebih jelas, spesifik, dan operasional.

2. Perencanaan Tindakan
    a. Perumusan/Formulasi solusi dalam bentuk hipotesis tindakan
Agar dapat menyusun hipotesis tindakan dengan tepat maka peneliti dapat melakukan:
1) kajian teoritik dibidang pembelajaran
2) kajian hasil penelitian yang relevan
3) diskusi dengan teman sejawat
4) kajian pendapat para pakar
5)merefleksi pengalaman sendiri sebagai guru
    b. Analisis Kelaikan Hipotesis Tindakan
Pada langkah ini peneliti perlu mengkaji kelaikan dari sejumlah hipotesis tindakan yang diperolehnya baik dari segi jarak antara kondisi riil dengan situasi ideal yang dijadikan rujukan. Hipotesis tindakan harus dapat diuji secara empirik, ini berarti bahwa implementasi tindakan yang dilakukan maupun dampak yang diperolehnya harus dapat diamati oleh guru selaku peneliti.
c. Persiapan Tindakan
Hal-hal yang perlu dilakukan dalam langkah ini diantaranya:
1)membuat skenario pembelajaran
2)mempersiapkan fasilitas/sarana pendukung yang diperlukan
3)mempersiapkan cara merekan dan menganalisis data
4)melakukan simulasi pelaksanaan tindakan (jika dipandang perlu)
3. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi-Interpretasi
a. Pelaksanaan Tindakan
Setelah semua kegiatan persiapan selesai, maka skenario tindakan perbaikan yang telah direncanakan kemudian dilakukan dalam situasi yang nyata. Kegiatan ini merupakan kegiatan pokok dalam siklus penelitian tindakan kelas. Dalam kegiatan pelaksanaan tindakan ini juga dibarengi kegiatan observasi dan intrepretasi serta kegiatan refleksi.
b. Observasi dan Interpretasi
Dalam penelitian tindakan kelas, observasi merupakan upaya untuk merekam segala peristiwa/kegiatan yang yang terjadi selama tindakan perbaikan itu berlangsung dengan atau tanpa alat bantu tertentu. Hal penting untuk dicatat pada kesempatan ini adalah kadar interpretasi yang terlibat dalam rekaman hasil observasi.
c.       Diskusi balikan
Observasi yang dilakukan akan memberikan kemanfaatan yang banyak jika pelaksanaannya diikuti dengan diskusi balikan. Diskusi
balikan sebaiknya dilakukan tidak terlalu lama dari waktu observasi, bertolak dari rekaman data yang dibuat oleh pengamat, diinterpretasikan bersama-sama antara pelaku tindakan perbaikan dan pengamat, dan pembahasan mengacu pada penetapan sasaran dan strategi perbaikan untuk menentukan perencanaan selanjutnya.
4.  Analisis dan Refleksi
     a. Analisis data
Analisis data adalah proses menyeleksi, memfokuskan, menyederhanakan,
mengabstraksikan, mengorganisasikan secara urut/sistematis dan rasional untuk
menampilkan bahan-bahan yang dapat digunakan untuk menyusun jawaban terhadap tujuan penelitian tindakan kelas. Analisis data yang bersifat kualitatif dapat dilakukan melalui tiga tahapan yaitu reduksi data, paparan data, dan penyimpulan.
Reduksi data yaitu proses penyederhanaan yang dilakukan melalui seleksi, pemfokusan, dan pengabstraksian data mentah menjadi informasi yang bermakna. Paparan data yaitu proses penampilan data secara lebih sederhana dalam bentuk paparan naratif, representasi tabular, matriks, representasi grafis maupun lainnya. Sedangkan penyimpulan adalah proses pengambilan intisari dari sajian data yang telah diorganisir tersebut dalam bentuk pernyataan kalimat dan atau rumusan yang singkat dan padat. Sedangkan data yang bersifat kuantitatif dapat dianalisis menggunakan analisis statistik.
      b. Refleksi
Dalam penelitian tindakan kelas, refleksi merupakan upaya untuk mengkaji apa yang
telah dan atau yang tidak terjadi, apa yang telah dihasilkan atau belum berhasil dituntaskan melalui tindakan perbaikan yang telah dilakukan. Hasil dari refleksi ini akan digunakan untuk menetapkan langkah-langkah lebih lanjut dalam upaya mencapai tujuanpenelitian tindakan kelasyang ditetapkan.
Dengan perkataan lain refleksi merupakan pengkajian terhadap keberhasilan dan kegagalan dalam mencapai tujuan sementara, dan untuk menentukan tindak lanjut dalam rangka mencapai akhir.


         5.  Perencanaan Tindak Lanjut
Hasil analisis dan refleksi akan menentukan apakah tindakan yang telah dilaksanakan telah dapat mengatasi masalah dalam penelitian tindakan kelas ini atau belum. Apabila hasilnya belum memuaskan atau masalahnya belumterselesaikan, maka perlu dilakukan tindakan perbaikan lanjutan dengan memperbaiki tindakan perbaikan sebelumnya atau bila perlu dengan menyusun tindakan perbaikan yang betul-betul baru untuk mengatasi masalah yang ada. Dengan perkataan lain, jika masalah yang diteliti belum tuntas atau belum memuaskan pengatasannya, maka penelitian tindakan kelas harus dilanjutkan pada siklus 2 dengan prosedur yang sama seperti siklus ke 1 yaitu perumusan masalah, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan interpretasi, dan analisis-refleksi. Dan jika pada siklus 2 permasalahan telah terselesaikan/hasil sudah memuaskan, maka tidak perlu dilanjutkan siklus 3. Namun jikapada siklus 2 masalahnya belum terselesaikan/hasilnya belum memuaskan maka perlu dilanjutkan dengan siklus ke 3, dan seterusnya.
Dalam dalam penelitian tindakan kelas jumlah siklus sebenarnya tidak dapat ditentukan lebih dahulu, hal ini tergantung kepada permasalahannya. Ada penelitian tindakan kelas yang mungkin cukup satu siklus, tetapi ada juga yang memerlukan beberapa siklus.
Dengan demikian banyak sedikitnya jumlah siklus dalam penelitian tindakan kelas tergantung kepada terselesaikannya masalah yang diteliti.
Menurut Lewis (dalam Syamsuddin, 2011: 234) langkah-langkah kegiatan penelitian itu meliputi:
ü  Mengidentifikasi gagasan/ permasalahan umum
ü  Melakukan pengecekan di lapangan
ü  Membuat perencanaan umum
ü  Mengembangkan tindakan pertama
ü  Mengimplementasikan tindakan pertama
ü  Mengevaluasi
ü  Merevisi perencanaan, untuk tindakan kedua, dst.

1.      Merasakan dan mengidentifikasi masalah
Dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran secara lebih professional, guru harus mempunyai keberanian dan kepedulian mengenai kelemahan yang masih terdapat dalam inplementasi program pembelajaran yang di kelolanya. Guru harus mampu merenung, berfikir,  dan merefleksi mengenai apa saja kekurangan  yang telah dilakukannya dalam proses pembelajaran dalam rengka mengidentifikasi hal-hal yang mungkin ada kelemahannya.
2.      Formulasi solusi dalam bentuk hipotesis tindakan
Hipotesis merupakan suatu dugaan awal yang akan terjadi jika suatu tindakan dilakukan. Dari suatu hipotesis dapat dilihat bahwa suatu tindakan diduga akan dapat memecahkan masalah yang diteliti.
Dalam penelitian tindakan kelas hipotesis menyatakan, “jika tindakan ini dilakukan dengan baik maka tindakan ini merupakan suatu pemecahan masalah yang baik” atau “jika suatu tindakan dilakukan dengan baik maka tindakan tersebut merupakan perbaikan atau pengembangan atas sesuatu”.
3.      Perencanaan tindakan
Di dalam langkah persiapan ini, peneliti membuat rancangan tindakan pemecahan masalah yang hendak dilaksanakan. Oleh karena itu, peneliti perlu membuat rancangan dan prosedur implementasinya dengan tahap kegiatan sebagai berikut.
a)      Perancangan model PTK sesuai dengan permasalahan. Rencana kegiatan tindakan dan keadaan atau situasi kelas diatur sesuai dengan langkah-langkah tindakan yang akan dilakukan.
b)      Pengidentifikasian komponen-komponen pendukung yang diperlukan.
c)      Penyusunan rancangan tindakan sesuai dengan model PTK dan jadwal.
d)     Persiapan segala sesuatu yang diperlukan untuk melaksanakan tindakan, seperti kondisi situasi, materi, alat perangkat.




BAB III

PENUTUP

Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan pada sebuah kelas untuk mengetahui akibat tindakan yang diterapkan pada suatu subyek penelitian di suatu kelas.
Ruang Lingkup Bidang Kajian Penelitian Tindakan Kelas yaitu masalah belajar siswaa di sekolah, desain dan strategi pembelajaran di kelas, alat bantu, media, dan sumber belajar, sistem asesmen dan evaluasi proses dan hasil pembelajaran, pengembangan pribadi peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan lainnya, masalah kurikulum.
Langkah-langkah kegiatan penelitian itu meliputi: mengidentifikasi gagasan/ permasalahan umum, melakukan pengecekan di lapangan membuat perencanaan umum, mengembangkan tindakan pertama, mengimplementasikan tindakan pertama, mengevaluasi, merevisi perencanaan, untuk tindakan kedua, dst.



DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Z. (2010). Metedologi penelitian pendidikan. Surabaya: Lentera Cendekia.
Igak Wardhani, d. (2007). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka .
Madya, S. (2009). Teori dan Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Alfabeta.
 Suharsimi Arikunto, d. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Sukidin, d. (2002). Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Insan Cendekia.
Syamsuddin, AR. & Vismaia, S. (2011) Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA

Trianto. (2011). Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.MAKALAH METODELOGI PENELITIAN
Penyusunan Tindakan Kelas










Di susun oleh :
Andi Lesmana
Farida
Ucu Fatimah
Kelas : TARBIYAH/PAI II D
Kelompok : 11
Dosen Pengampu : Dr. H. Lukman Hakim., S.Ag., M.Si





INSTITUT AGAMA ISLAM CIPASUNG
JLN. MUKHTAMAR NU XIXIX NO. 1 CIPASUNG SINGAPARNA KAB. TASIKMALAYA

TAHUN 2017


KATA PENGANTAR


Puji syukur kami panjatkkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua khususnya kepada pembuat makalah ini, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini guna melengkapi tugas salah satu mata kuliah yang saat ini kami tempuh.
Kami sampaikan terima kasih kepada orang tua, dosen, teman-teman, dan semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu yang telah menyumbangkan energi dan pikirannya dalam penyusunan makalah ini sehingga bisa tersusun dengan waktu yang telah di tentukan.
Kami sebagai penyusun makalah yang berjudul “Penyusunan Tindakan Kelas” ini sangat menyadari adanya kekurangan yyang termuat dalam makalah, tak ada kata sempurna tertera pada makalah ini karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT.
Semoga hadirnya makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca khususnya mahasiswa Institut Agama Isalm Cipasung.











Penulis



Cipasung, 25 Febuari 2017

DAFTAR ISI

 





                                                                           
                                                                           

BAB I

PENDAHULUAN


A.    Untuk mengetahui bagaimana konsep dasar dan macam-macam Penelitian Tindakan Kelas.
B.     Untuk mengetahui jenis-jenis Penelitian Tindakan Kelas.
C.     Untuk mengetahui bagaimana metodologi Penelitian dan prosedur perencanaan Pelaksanaan Tindakan Kelas.

BAB II

PEMBAHASAN


1.      Konsep Dasar Penelitian Tindakan Kelas
A.    Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas berasal dan istilah bahasa inggris Classroom action Research, yaitu berarti penelitian yang dilakukan pada sebuah kelas untuk mengetahui akibat tindakan yang diterapkan pada suatu subyek penelitian di kelas tersebut. Pertama kali penelitian tindakan kelas diperkenalkan oleh ahli psikologi sosial Amerika Serikat Kurt Lewin pada tahun 1946, yang selanjutnya dikembangkan oleh Stephen Kemmis, Robin Mc Taggart, John Elliot, dave Ebbutt dan lainnya. (Trianto, 2012:13 )
 Penelitian kulaitatif yang dilakukan oleh guru sendiri ketika mendapatkan permasalahan dalam pembelajaran dan mencarikan solusinya dalam upaya memperbaiki kualitas pembelajarannya.  Jika kita perhatikan, maka titik tumpu (orientasi) dari pada PTK adalah suatu kegiatan penelitian dengan mencermati sebuah kegiatan pembelajaran yang diberikan tindakan, yang secara sengaja dimunculkan dalam sebuah kelas, yang bertujuan memecahkan masalah atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas tersebut. (Trianto, 2012:13 )
Penelitian Tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan guru yang dilakukan siswa.  (Suharsimi,2011: 4)
Dari pemaparan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah usaha mengamati kegiatan belajar mengajar dikelas dan mengaplikasi atau menerapkan sebagai suatu tindakan yang diharapkan memperbaiki kondisi yang ada.  Dalam penelitian tindakan kelas berurusan langsung dengan lapangan atau dengan kata lain praktik.

B.     Ruang Lingkup Bidang Kajian Penelitian Tindakan Kelas

a.       Masalah belajar siswa disekolah, termasuk di dalam tema ini, antara lain: masalah belajar di kelas, kesalahan-kesalahan pembelajaran, miskonsepsi.
b.      Desain dan strategi pembelajaran di kelas yang meliputi, tema ini, antara lain: masalah pengelolaan dan prosedur pembelajaran, implementasi dan inovasi dalam metode pembelajran, interaksi di dalam kelas, partisipasi orangtua dalam proses belajar siswa.
c.       Alat bantu, media dan sumber belajar, termasuk dalam tema ini, antara lain: masalah penggunaan media perpustakaan, dan sumber belajar di dalam atau luar kelas, peningkatan hubungan antara sekolah dan masyarakat.
d.      Sistem asesmen dan evaluasi proses dan hasil pembelajaran (termasuk dalam tema ini, antara lain: masalah evaluasi awal dan hasil pembelajran dan pengembangan instrumen asesmen berbasis kompetensi).
e.       Pengembangan pribadi peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan lainnya yang termasuk dalam tema ini antara lain: peningkatan kemandirian dan tanggungjawab peserta didik, peningkatan keefektifan hubungan antara pendidik-peserta didik dan orang tua dalam PBM, peningkatan konsep diri peserta didik.
f.        Masalah kurikulum yang termasuk dalam tema ini antara lain: implementasi kurikulum misalnya KBK atau KTSP, urutan penyajian materi pokok, interaksi guru-siswa, siswa-materi ajar, dan siswa-lingkungan belajar. (Trianto,2012:17 )

C.     Tujuan Penelitian Tindakan Kelas
Memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas.
a.       Untuk memecahkan masalah, tetapi sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat dipecahkan dengan tindakan yang dilakukan.
b.      Untuk meningkatkan kegiatan nyata guru dalam pengembangan profesionalnya.
c.       Untuk memperbaiki berbagai persoalan nyata dan praktis dalam peningkatan mutu pembelajaran di kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar. (Suharsimi,2011: 60)

D.    Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas

a.       Merupakan salah satu bagian dari strategi penelitian kualitatif dengan model konstruktivis, yang digunakan untuk mendeskripsikan clan pengambilan keputusan secara kritis berdasarkan rekaman, pemantauan dan evaluasi terhadap tindakan dan hasil tindakan.
b.      Bersifat siklus dan sikuensial. Siklus artinya pelaksanaan PTK bersifat berulang-ulang. Sikuensial artinya pelaksanaan PTK dilakyukan tahap demi tahap secara berurutan.
c.       Bersifat longitudinal., artinya berlangsung dalam jangka waktu tertentu secara kontinue untuk memperoleh data yang diperlakukan.
d.      Bersifat partikular-spesifik, artinya hasil PTK tidak dimaksudkan untuk menggeneralisasi penemuan dalam rangka dalil, teori atau hipotesis yang berlaku untuk semua situasi.
e.       Bersifat partisipatoris, artinya proses PTK itu tidak hanya diarahkan pada upaya perubahan cara belajar siswa, tetapi juga guru (sebagai peneliti dan pengajar yang diteliti) harus terjadi perubahan ke arah yang lebih baik (berkualitas).
f.        Bersifat kolaboratif atau kooperatif, artinya proses PTK selalu terjadi kerjasama antara guru atau peneliti atau antara peneliti dengan pihak-pihak terkait.
g.      Bertujuan mengubah keadaan nyata sehari-hari di kelas. (Trianto,2012:22 )

2.      Jenis-jenis Penelitian Tindakan Kelas

A.    Penelitian Tindakan Diagnostik
Penelitian tindakan diagnostik ini dirancang untuk menuntun kearah tindakan.  Dalam bentuknya yang paling jelas penelitian tindakan diagnostik dapat dijelaskan sebagai berikut: Agen penelitiannya memasuki situasi yang telah ada, dan akan lebih bagus jika karena diundang. Agen itu mendiagnosis situasinya. Misalnya, seorang dosen Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris yang ahli dalam penelitian tindakan diundang oleh Dinas Pendidikan untuk mempelajari kelas-kelas bahasa Inggris di suatu SMK, yang siswa-siswanya ketika lulus diharapkan mahir berbahasa Inggris secara fungsional dalam bidang kejuruannya. Ia mengamati secara cermat proses pembelajaran bahasa Inggris di beberapa kelas, memeriksa silabusnya, memeriksa sumber belajar yang ada, dan sebagainya.  Ia kemudian menganalisis semua data dan kemudian ia membuat berbagai rekomendasi tentang tindakan perbaikannya. Contoh lain penelitian tindakan diagnostik yang dapat dilakukan adalah penelitian yang dilakukan di suatu sekolah, atau organisasi masyarakat tertentu. Di sekolah tersebut banyak terjadi pertengkaran antar beberapa kelompok siswa yang sering diikuti oleh perkelahian. Suatu tim peneliti dari lembaga penelitian diundang. Wakil tiap-tiap kelompok siswa dan juga ketua-ketua kelasnya diwawancarai tentang sikapnya terhadap kelompok yang lain, kepuasannya, kekecewaannya, dan keikutsertaannya dalam kegiatan sekolah. Informasi yang diperoleh ditabulasikan dan ditabulasi silang, hasil-hasilnya dianalisis, dan rekomendasi dibuat.
      Rekomendasi itu sendiri tidak diuji sebelumnya, dan juga bukan merupakan obyek penelitian tertentu. Rekomendasi itu dihasilkan lebih kurang melalui proses intuitif berdasarkan kumpulan pengalaman masa lalu dan diagnosis saat itu. Karena rekomendasi dibuat oleh seorang ahli penelitian atau tim peneliti yang tidak terlibat dalam kehidupan dalam ajang sasaran, ada kemungkinan bahwa rekomendasi tersebut tidak realistic. Inilah kelemahan penelitian jenis.
B.     Penelitian Tindakan Partisipan
Penelitian tindakan jenis ini tumbuh dan berkembang karena dua kelemahan penelitian tindakan jenis pertama di atas: (1) diagnosis tidak selalu mendorong dilakukannya tindakan. Dan (2) ketidakterlibatan tim peneliti dalam masyarakat terkait kurang menjamin pelaksanaan tindakan yang disarankan. Gagasan sentral penelitian tindakan partisipan ini adalah bahwa orang yang akan melakukan tindakan harus juga terlibat dalam proses penelitian dari awal. Dengan demikian, mereka itu tidak hanya dapat menyadari perlunya melaksanakan program tindakan tertentu, tetapi secara jiwa raga akan terlibat dalam program tindakan tersebut.
      Contoh penelitian tindakan jenis ini dapat sama dengan contoh pada jenis pertama di atas, namun peneliti harus berada di sekolah dari awal penelitiannya, yaitu pada waktu mendiagnosis / menganalisis keadaan dan melihat kesenjangan antara keadaan nyata dan keadaan yang diinginkan dan merumuskan rencana tindakan.
Kelemahannya adalah bahwa model ini menuntut curahan tenaga, pikiran, dan waktu peneliti, yang kadang sulit dipenuhi karena dia juga memiliki pekerjaan sendiri.
C.     Penelitian Tindakan Empiris
Gagasan dasar penelitian tindakan jenis ini adalah melakukan sesuatu dan membukukan apa yang dilakukan dan apa yang terjadi. Proses penelitiannya pada pokoknya berkenaan dengan penyimpanan catatan dan pengumpulan pengalaman dalam pekerjaan sehari-hari.
 Sebuah contoh dapat diberikan sebagai berikut. Pengurus jurusan di suatu perguruan tinggi melihat adanya masalah dalam proses rapat jurusan. Dia mengemukakan kepeduliannya di depan forum dosen, dan dia sangat lega karena semua dosen merasakan hal yang sama. Dia mengajak semua dosen untuk bersama-sama merumuskan tindakan apa yang mesti dilakukan untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar.
Kelemahan penelitian tindakan jenis ini adalah bahwa simpulan ditarik dari pengalaman dengan satu kelompok atau beberapa kelompok yang berbeda dalam berbagai segi yang tak terkontrol. Meskipun punya kelemahan, penelitian tindakan empiris dapat menuntun peneliti untuk mengembangkan secara bertahap prinsip yang secara umum sahih.
Penelitian jenis ini cukup banyak kelemahannya, diantaranya:
a.       Banyak organisator dan pimpinan kelompok yang tidak memiliki kemampuan merumuskan hipotesis tindakan secara eksplisit atau menyatakan simpulannya secara cermat.
b.      Pelaku penelitian yang juga dibebani dengan tanggung jawab tindakan biasanya tidak mampu menyisihkan waktu untuk mencatat secara lengkap amatannya atau dalam beberapa hal bahkan tidak dapat melakukan amatan itu sendiri.
c.       Jika penyimpanan catatan benar-benar memadai, biasanya begitu banyak yang berhasil dikumpulkan, sehingga memerlukan usaha yang sangat besar untuk menganalisis seluruhnya.
d.      Bahkan dengan niat yang terbaik sekalipun sulit bagi pelaku penelitian untuk benar-benar obyektif dalam menilaikeluaran usaha tindakannya sendiri. Faktor luar selalu mempengaruhi apa yang terjadi dalam situasi kelompok, dan penafsiran terhadap pengaruhnya selalu agak subjektif.
D.    Penelitian Tindakan Eksperimental
Penelitian tindakan eksperimental adalah penelitian yang berbagai teknik tindakannya sangkil. Hampir selalu ada lebih dari satu cara untuk mencapai sesuatu.
Dari semua jenis penelitian tindakan, jenis eksperimental memiliki nilai potensial terbesar untuk kemajuan pengetahuan ilmiah karena dalam keadaan yang menguntungkan memberikan ujicoba yang mantap tentang hipotesis tertentu. Akan tetapi ia merupakan bentuk penelitian tindakan yang tersulit untuk dilaksanakan dengan berhasil. Kesulitan-kesulitan yang mungkin timbul termasuk:
a.       Keterbatasan kemampuan peneliti dalam membuat prediksi keakuratannya;
b.      Kekurang mampuan peneliti dalam mengontrol jalannya tindakan sosial; dan
c.       Kekurang mampuan peneliti dalam melakukan pengukuran yang layak sesuai dengan sifat dasar hubungan sosial.
Kesulitan ini sebagian besar dapat dihindari jika program penelitiannya dari awal direncanakan dengan bekerja sama dengan agen pelaksana yang bertanggung jawab atas pemantauan pelaksanaannya, sehingga tindakan yang perlu benar-benar dilaksanakan. Hal penting yang perlu dicatat adalah bahwa penelitian tindakan eksperimental akan berhasil jika didukung oleh perencanaan dan kerja sama yang sangat baik dengan setiap orang yang terkait dengan program tersebut.
 Pemilihan jenis penelitian tindakan akan sangat ditentukan oleh kondisi dan situasi yang dihadapi oleh peneliti. Namun, hendaknya kelemahan-kelemahan setiap jenis selalu diingat sehingga manfaat dapat dipetik secara optimal.

3.      Metode Penelitian Tindak Kelas
A.    SETTING
Setting artinya penelitian perlu diuraikan secara rinci karena penting artinya bagi guru lain yang ingin meniru keberhasilan yang telah dilakukan. Mereka tentu akan mempertimbangkan masak-masak apakah ada kemiripan antara setting sekolahnya dengan setting penelitian yang sudah ada (Trianto, 2010:53). Setting yaitu lokasi yang digunakan untuk lokasi tersebut yang harus diperhatikan dalam melakukan PTK yaitu kondisi siswa dan kelas yang mau dituju untuk PTK.
Dalam setting ini biasanya dipaparkan tentang subyek dan waktu penelitian. Sebagai contoh penelitian dilakukan pada siswa kelas X Semester genap Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Surabaya tahun pelajaran 2008-2009 (Trianto, 2010:53).
Berkaitan dengan waktu penelitian, karena kegiatan PTK include dengan jadual PBM maka waktunya pun mengikuti jadual pelajaran yang telah ditetapkan oleh sekolah. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi tumpang tindih materi yang diterima oleh peserta didik. Sedangkan untuk uji awal dan uji akhir dapat dilakukan di dalam ataupun di luar jam pelajaran. Berikut disajikan contoh waktu atau jadual pengambilan data dalam PTK (Trianto, 2010:53).
Contoh waktu kegiatan PTK
No
Kegiatan
Waktu Pelaksanaan
1
Tes Awal
3 agustus 2009 (minggu l)
2
Pelaksanaan tindakan
10, 17, 24 agustus 2009 (minggu ll, lll, Lv)
3
Tes akhir
1 september 2009

B.     METODE DAN INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
Metode pengumpulan data hakikatnya adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data.
    Metode pengumpulan data penelitian, antara lain angket, wawancara, pengamatan, ujian, dokumentasi, dan lain sebagainya.
Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh penelitian dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Berdasarkan definisi tersebut suatu instrumen berfungsi untuk menjaring data-data hasil penelitian. Instrumen juga diartikan sebagai alat bantu merupakan sarana yang dapat diwujudkan dalam benda, misalnya angket, daftar cocok, pedoman wawancara, lembar atau panduan pengamatan , soal tes, inventori, skala dan lainya (Trianto, 2010:54).
Tabel Pasangan Metode dan Instrumen Pengumpulan Data

No
Jenis Metode
Jenis Instrumen
1
Angket (questionnaire)
Angket (questionnaire)
Daftar cocok (check list)
Skal (scale), inventori (invertory)
2
Wawancara (interview)
Pedoman wawancara (interview guide)
Daftar cocok (check list)
3
Pengamatan (observation)
Lembar pengamatan (observation sheet),
Panduan pengamatan/observasi
(observation schedule)
Daftar cocok (check list)
4
Ujian atau tes (test)
Soal ujian, soal tes atau tes (test)
Inventori (inventory)
Daftar cocok (check list)
Tabel (table)

C.     Jenis Instumen Pengumpulan Data
Instumen merupakan bagian yang tidak kalah pentingnya dalam pelaksanaan PTK. Jenis instrumen harus sesuai dengan karakteristik variabel yang diamati. Triangsuran dan saturasi (kejenuhan informasi) perlu diperhatikan untuk menjamin validitas data.
Instrumen berfungsi untuk menjaring data-data hasil penelitian. Ini biasa disebut dengan catatan lapangan. Berikut disajikan beberapa contoh instrumen penjaring data-data penelitian (Trianto, 2010:55).
a.       Catatan Lapangan
Masalah utama dalam observasi adalah bagaimana bisa mengingat data lapangan dalam kurun waktu cukup lama, sebab seringkali tidak mungkin mengobservasi sambil membuat catatan yang rinci, untuk kemudian mencatatnya dengan rinci dalam bentuk catatan lapangan. Agar tidak lupa mencatat data tersebut catatan lapangan, diperlukan adanya pencatatan tambahan dalam bentuk: (1) Catatan Pendek; (2) Catatan Harian; dan (3) Log Lapangan. Agar mudah, sebaiknya digunakan lembaran kertas bergaris. Rincian mengenai nama observer, jam pencatatan, dan lokasi kegiatan hendaknya dikemukakan. Pendeskripsian hendaknya rinci (Trianto, 2010:55).
b.      Angket (questionnaire)
Angket adalah kumpulan dari pertanyaan yang diajukan secara tertulis kepada seseorang (responden), dan cara menjawab juga dilakukan dengan tertulis. Angket juga diartikan sebagai daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar orang yang diberi tersebut bersedia memberikan respons sesuai dengan permintaan pengguna (peneliti).
Menurut cara memberikan respons, angket dibedakan menjadi dua jenis. Pertama, angket terbuka. Angket terbuka adalah angket yang disajikan dalam bentuka. Angket terbuka adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden dapat memberikan isian sesuai dengan kehendak dan keadaannya. Angket terbuka digunakan apabila peneliti belum dapat memperkirakan atau menduga kemungkinan alternatif jawaban yang ada pada responden.
Kedua angket tertutup. Angket tertutup yaitu angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden tinggal memberikan tanda centang (√ ) pada kolom atau tempat yang sesuai (Trianto, 2010:57-58).
c.       Daftar Cocok atau Ceklis (Checklist)
Ceklis adalah kumpulan dari pernyataan atau pertanyaan yang pengisiannya dilakukan oleh responden. Ceklis biasanya dilakukangan dengan memberikan tanda centang (√) pada tempat-tempat yang sudah disediakan. Jadi ceklis sebenarnya merupakan semacam angket juga cara pengisiannya dengan memberikan tanda cocok atau centang.
Dalam pencatatan data lapangan dapat digunakan ceklis, yang pelaksanaannya di lapangan lebih ringan dibanding catatan lapangan. Walaupun data yang terekam tidak sekaya data dalam catatan lapangan, tetapi masih cukup kaya dalam perekaman data lapangan.
4.      Lembar Pengamatan (Observasi)
Selain menggunakan catatan lapangan yang bersifat agak bebas dalam arti pengamat (peneliti) secara bebas mendeskripsikan setiap kejadian (momen) dalam pembelajarannya. Maka lembar pengamatan lebih bersifat terstuktur, yaitu sudah terdapat pedoman-pedoman terinci yang berisi langkah-langkah yang dilakukan sehingga pengamat tinggal melakukan check list atau menghitung berapa frekuensi yang telah dilakukan oleh subyek penelitian.
Contoh lembar pengamatan dalam PTK adalah: (1) lembar pengamatan aktivitas guru dalam mengelola KBM; dan (2) lembar aktivitas siswa dalam PMB.
a.       Lembar pengamatan aktivitas guru dalam mengelola PMB
Lembar ini dipergunakan untuk mengamati aktivitas guru dalam mengelola PMB. Lembar ini berisi langkah-langkah yang harus dilakukan guru.
b.      Lembar ini dipergunakan untuk mengamati aktivitas siswa dalam PMB. Lembar ini berisi langkah-langkah yang harus dilakukan siswa (Trianto, 2010:61).
5.      Wawancara (interview)
Wawancara dipergunakan untuk menggali beberapa hal berkaitan dengan masalah pembelajaran. Misalnya, adakah materi dari PMB yang dianggap sulit, atau apakah model pembelajaran guru menarik bagi siswa.
Wawancara pada dasarnya meliputi dua jenis, yaitu wawancara yang terstruktur dan tidak terstruktur. Wawancara terstruktur  adalah jenis wawancara dimana pertanyaan-pertanyaan telah disusun sedemikian rupa sehingga runtut. Sedangkan pada wawancara tidak struktur pertanyaan-pertanyaan tidak disusun secara ketat (Trianto, 2010:61).
6.      Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajar dipergunakan untuk mengukur tingkat ketuntasan belajar siswa, berupa nilai yang diperoleh dari pelaksanaan tes. Tes ini terdiri dari tes produk dan tes proses (Trianto, 2010:61).

7.      TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Teknik-teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah:
a.       Pemberian Tes
Pemberian tes dilakukan dua kali, yaitu sebelum proses pembelajaran dimulai (pretest) dan sesudah protes pembelajaran (posttest). Ada 2 (dua) macam tes, yaitu: (1) Tes produk untuk mengukur aspek kognitif yang telah dimiliki siswa. Dengan kata lain tes proses ini digunakan untuk mengetahui ketuntasan TPK, ketuntasan belajar siswa, dan sensitivitas butir soal yang digunakan.
b.      Pengamatan (observasi)
Pengamatan dilakukan pada saat pelaksanaan pembelajaran berlangsung. Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan RPP dan aktivitas siswa selama pembelajaran.
c.       Penyebaran angket
Penyebaran angket dilakukan setelah proses pembelajaran penyebaran angket bertujuan untuk mengetahui respon siswa terhadap proses pembelajaran yang dilaksanakan. Angket dapat berupa komentar (angket terbuka) atau pun pertanyaan-pertanyaan yang telah dilengkapi dengan jawaban, sehingga siswa tinggal memilih yang sesuai dengan pendapatnya (angket tertutup) (Trianto, 2010:62).

8.      TEKNIK ANALISIS DATA
Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif. Tujuan dari analisis ini adalah untuk mendeskripsikan kegiatan siswa selama proses belajar mengajar. Analisis deskriptif yang dilakukan adalah sebagai berikut:
A.    Analisis Pengamatan Aktivitas Siswa
Untuk menganalisis data aktivitas siswa yang diamati digunakan teknik prosentase (%), yakni banyaknya frekuensi tiap aktivitas dibagi dengan seluruh aktivitas dikalikan dengan 100.
Persentase respon siswa  X 100%
Dimana :                           
A = proporsi siswa yang memilih
B = jumlah siswa (responden)
Realiabilitas instrumen pengamatan aktivitas siswa dihitung dengan teknik inter observer agreement. Pada saat uji coba ada dua pengamat menggunakan instrumen yang sama untuk mengamati karakteristik  yang sama. Rumus yang digunakan untuk menghitung reliabilitas adalah rumus Emmer dan Millet:
Percentage of agreement = 100% [ 1-A – B ]    (Borich, 1994:385)
                                                             A+B
Keterangan :
A = Frekuensi aspek tingkah laku yang teramati oleh pengamat yang memberikan frekuensi tinggi
B = Frekuensi aspek tingkah laku yang teramati oleh pengamat yang memberikan frekuensi rendah
Instrumen dikatakan baik jika mempunyai koefisien reliabilitas (Trianto, 2010:62-63).
B.     Analisis Tes Hasil Belajar
Untuk menentukan ketuntasan belajar siswa digunakan instrumen tes hasil belajar siswa yang meliputi produk, proses, dan psikomotor. Penentuan ketuntasan berdasarkan penilaian acuan patokan, yaitu sejauh mana kemampuan yang ditargetkan dapat dikuasi siswa dengan cara menghitung proporsi jumlah siswa yang menjawab benar dibagi dengan jumlah siswa seluruhnya. Rumusnya adalah:
KB =  x 100 %
Dimana : KB         = ketuntasan belajar
                T            = jumlah skor yang diperoleh siswa
                 Tt          = jumlah skor total
Setiap siswa dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan individu) jika proposal jawaban benar siswa > 75% (Depdiknas, 2002:32)
Validitas butir soal diperoleh dengan cara menghitung sensitivitas tiap butir soal. Nilai ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana tiap-tiap butir soal mampu mengukur efek pembelajaran. Jika suatu soal dijawab dengan benar oleh semua siswa sebelum dan sesudah pembelajaran, maka soal itu tidak memenuhi fungsinya. Butir soal yang sensitif akan dijawab oleh lebih banyak siswa sesudah pembelajaran dibandingkan sebelumnya. Untuk menghitung sensitivitas butir soal dengan cara mengurungkan jawaban benar siswa pada uji awal dibagi dengan jumlah siswa. Rumusnya adalah:
Sensitivity   =  (Groundlund, 1982)
Keterangan :
Ra = jumlah siswa yang menjawab benar pada akhir
Rb = jumlah siswa yang menjawab benar pada tes awal
T = jumlah siswa yang mengikuti tes
Menurut Aiken (1997: 69), butir soal dikatakan baik apabila sensitivitas berada antara 0 dan 1, kriteria yang dipakai untuk menyatakan bahwa butir soal peka terhadap pembelajaran jika S 0,30 (Trianto, 2010:63-64).
C.     Matriks Metode Penelitian
Matriks penelitian dibuat untuk memudahkan penentuan sistematika atau prosedur penelitian. Matriks ini berisi tujuan penelitian, variabel, definisi operasional variabel, instrumen penelitian, sumber data, teknik pengambilan data, dan analisis data (Trianto, 2010:64). 
Ø  Prosedur Perencanaan Dan Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas, langkah-langkah/prosedur umum yang dapat dilakukan meliputi:
1.      Pengembangan/Penetapan Fokus Penelitian
a.       Merasakan adanya masalah
Permasalahan yang diangkat dalam Penelitian Tindakan Kelas harus benar-benar merupakan masalah yang dihayati oleh guru dalam praktek pembelajaran yang dikelolanya, bukan masalah yang disarankan, apalagi disarankan oleh pihak luar.
Permasalahan tersebut dapat bersumber dari siswa, guru, bahan ajar, kurikulum, hasil belajar, dan interaksi pembelajaran.
b.      Identifikasi Masalah
Pada tahap ini yang penting dilakukan adalah menghasilkan gagasan-gagasan awal mengenai permasalahan aktual yang dialami guru di kelas. Berangkat dari gagasan-gagasan awal tersebut guru dapat berbuat sesuatu untuk memperbaiki keadaan dengan menggunakan PTK.
c.       Analisis Masalah
Setelah memperoleh sekian banyak permasalahan melalui proses identifikasi, maka
selanjutnya melakukan analisis terhadap masalah-masalah tersebut untuk menentukan urgensi mengatasinya. Dalam hal ini nantinya akan ditemukan permasalahan yang sangat mendesak untuk diatasi (pembatasan masalah).
D.    Perumusan Masalah
Setelah menetapkan fokus penelitian, maka perlu dilakukan perumusan masalah secara lebih jelas, spesifik, dan operasional.

2. Perencanaan Tindakan
    a. Perumusan/Formulasi solusi dalam bentuk hipotesis tindakan
Agar dapat menyusun hipotesis tindakan dengan tepat maka peneliti dapat melakukan:
1) kajian teoritik dibidang pembelajaran
2) kajian hasil penelitian yang relevan
3) diskusi dengan teman sejawat
4) kajian pendapat para pakar
5)merefleksi pengalaman sendiri sebagai guru
    b. Analisis Kelaikan Hipotesis Tindakan
Pada langkah ini peneliti perlu mengkaji kelaikan dari sejumlah hipotesis tindakan yang diperolehnya baik dari segi jarak antara kondisi riil dengan situasi ideal yang dijadikan rujukan. Hipotesis tindakan harus dapat diuji secara empirik, ini berarti bahwa implementasi tindakan yang dilakukan maupun dampak yang diperolehnya harus dapat diamati oleh guru selaku peneliti.
c. Persiapan Tindakan
Hal-hal yang perlu dilakukan dalam langkah ini diantaranya:
1)membuat skenario pembelajaran
2)mempersiapkan fasilitas/sarana pendukung yang diperlukan
3)mempersiapkan cara merekan dan menganalisis data
4)melakukan simulasi pelaksanaan tindakan (jika dipandang perlu)
3. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi-Interpretasi
a. Pelaksanaan Tindakan
Setelah semua kegiatan persiapan selesai, maka skenario tindakan perbaikan yang telah direncanakan kemudian dilakukan dalam situasi yang nyata. Kegiatan ini merupakan kegiatan pokok dalam siklus penelitian tindakan kelas. Dalam kegiatan pelaksanaan tindakan ini juga dibarengi kegiatan observasi dan intrepretasi serta kegiatan refleksi.
b. Observasi dan Interpretasi
Dalam penelitian tindakan kelas, observasi merupakan upaya untuk merekam segala peristiwa/kegiatan yang yang terjadi selama tindakan perbaikan itu berlangsung dengan atau tanpa alat bantu tertentu. Hal penting untuk dicatat pada kesempatan ini adalah kadar interpretasi yang terlibat dalam rekaman hasil observasi.
c.       Diskusi balikan
Observasi yang dilakukan akan memberikan kemanfaatan yang banyak jika pelaksanaannya diikuti dengan diskusi balikan. Diskusi
balikan sebaiknya dilakukan tidak terlalu lama dari waktu observasi, bertolak dari rekaman data yang dibuat oleh pengamat, diinterpretasikan bersama-sama antara pelaku tindakan perbaikan dan pengamat, dan pembahasan mengacu pada penetapan sasaran dan strategi perbaikan untuk menentukan perencanaan selanjutnya.
4.  Analisis dan Refleksi
     a. Analisis data
Analisis data adalah proses menyeleksi, memfokuskan, menyederhanakan,
mengabstraksikan, mengorganisasikan secara urut/sistematis dan rasional untuk
menampilkan bahan-bahan yang dapat digunakan untuk menyusun jawaban terhadap tujuan penelitian tindakan kelas. Analisis data yang bersifat kualitatif dapat dilakukan melalui tiga tahapan yaitu reduksi data, paparan data, dan penyimpulan.
Reduksi data yaitu proses penyederhanaan yang dilakukan melalui seleksi, pemfokusan, dan pengabstraksian data mentah menjadi informasi yang bermakna. Paparan data yaitu proses penampilan data secara lebih sederhana dalam bentuk paparan naratif, representasi tabular, matriks, representasi grafis maupun lainnya. Sedangkan penyimpulan adalah proses pengambilan intisari dari sajian data yang telah diorganisir tersebut dalam bentuk pernyataan kalimat dan atau rumusan yang singkat dan padat. Sedangkan data yang bersifat kuantitatif dapat dianalisis menggunakan analisis statistik.
      b. Refleksi
Dalam penelitian tindakan kelas, refleksi merupakan upaya untuk mengkaji apa yang
telah dan atau yang tidak terjadi, apa yang telah dihasilkan atau belum berhasil dituntaskan melalui tindakan perbaikan yang telah dilakukan. Hasil dari refleksi ini akan digunakan untuk menetapkan langkah-langkah lebih lanjut dalam upaya mencapai tujuanpenelitian tindakan kelasyang ditetapkan.
Dengan perkataan lain refleksi merupakan pengkajian terhadap keberhasilan dan kegagalan dalam mencapai tujuan sementara, dan untuk menentukan tindak lanjut dalam rangka mencapai akhir.


         5.  Perencanaan Tindak Lanjut
Hasil analisis dan refleksi akan menentukan apakah tindakan yang telah dilaksanakan telah dapat mengatasi masalah dalam penelitian tindakan kelas ini atau belum. Apabila hasilnya belum memuaskan atau masalahnya belumterselesaikan, maka perlu dilakukan tindakan perbaikan lanjutan dengan memperbaiki tindakan perbaikan sebelumnya atau bila perlu dengan menyusun tindakan perbaikan yang betul-betul baru untuk mengatasi masalah yang ada. Dengan perkataan lain, jika masalah yang diteliti belum tuntas atau belum memuaskan pengatasannya, maka penelitian tindakan kelas harus dilanjutkan pada siklus 2 dengan prosedur yang sama seperti siklus ke 1 yaitu perumusan masalah, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan interpretasi, dan analisis-refleksi. Dan jika pada siklus 2 permasalahan telah terselesaikan/hasil sudah memuaskan, maka tidak perlu dilanjutkan siklus 3. Namun jikapada siklus 2 masalahnya belum terselesaikan/hasilnya belum memuaskan maka perlu dilanjutkan dengan siklus ke 3, dan seterusnya.
Dalam dalam penelitian tindakan kelas jumlah siklus sebenarnya tidak dapat ditentukan lebih dahulu, hal ini tergantung kepada permasalahannya. Ada penelitian tindakan kelas yang mungkin cukup satu siklus, tetapi ada juga yang memerlukan beberapa siklus.
Dengan demikian banyak sedikitnya jumlah siklus dalam penelitian tindakan kelas tergantung kepada terselesaikannya masalah yang diteliti.
Menurut Lewis (dalam Syamsuddin, 2011: 234) langkah-langkah kegiatan penelitian itu meliputi:
ü  Mengidentifikasi gagasan/ permasalahan umum
ü  Melakukan pengecekan di lapangan
ü  Membuat perencanaan umum
ü  Mengembangkan tindakan pertama
ü  Mengimplementasikan tindakan pertama
ü  Mengevaluasi
ü  Merevisi perencanaan, untuk tindakan kedua, dst.

1.      Merasakan dan mengidentifikasi masalah
Dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran secara lebih professional, guru harus mempunyai keberanian dan kepedulian mengenai kelemahan yang masih terdapat dalam inplementasi program pembelajaran yang di kelolanya. Guru harus mampu merenung, berfikir,  dan merefleksi mengenai apa saja kekurangan  yang telah dilakukannya dalam proses pembelajaran dalam rengka mengidentifikasi hal-hal yang mungkin ada kelemahannya.
2.      Formulasi solusi dalam bentuk hipotesis tindakan
Hipotesis merupakan suatu dugaan awal yang akan terjadi jika suatu tindakan dilakukan. Dari suatu hipotesis dapat dilihat bahwa suatu tindakan diduga akan dapat memecahkan masalah yang diteliti.
Dalam penelitian tindakan kelas hipotesis menyatakan, “jika tindakan ini dilakukan dengan baik maka tindakan ini merupakan suatu pemecahan masalah yang baik” atau “jika suatu tindakan dilakukan dengan baik maka tindakan tersebut merupakan perbaikan atau pengembangan atas sesuatu”.
3.      Perencanaan tindakan
Di dalam langkah persiapan ini, peneliti membuat rancangan tindakan pemecahan masalah yang hendak dilaksanakan. Oleh karena itu, peneliti perlu membuat rancangan dan prosedur implementasinya dengan tahap kegiatan sebagai berikut.
a)      Perancangan model PTK sesuai dengan permasalahan. Rencana kegiatan tindakan dan keadaan atau situasi kelas diatur sesuai dengan langkah-langkah tindakan yang akan dilakukan.
b)      Pengidentifikasian komponen-komponen pendukung yang diperlukan.
c)      Penyusunan rancangan tindakan sesuai dengan model PTK dan jadwal.
d)     Persiapan segala sesuatu yang diperlukan untuk melaksanakan tindakan, seperti kondisi situasi, materi, alat perangkat.



BAB III

PENUTUP

Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan pada sebuah kelas untuk mengetahui akibat tindakan yang diterapkan pada suatu subyek penelitian di suatu kelas.
Ruang Lingkup Bidang Kajian Penelitian Tindakan Kelas yaitu masalah belajar siswaa di sekolah, desain dan strategi pembelajaran di kelas, alat bantu, media, dan sumber belajar, sistem asesmen dan evaluasi proses dan hasil pembelajaran, pengembangan pribadi peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan lainnya, masalah kurikulum.
Langkah-langkah kegiatan penelitian itu meliputi: mengidentifikasi gagasan/ permasalahan umum, melakukan pengecekan di lapangan membuat perencanaan umum, mengembangkan tindakan pertama, mengimplementasikan tindakan pertama, mengevaluasi, merevisi perencanaan, untuk tindakan kedua, dst.


DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Z. (2010). Metedologi penelitian pendidikan. Surabaya: Lentera Cendekia.
Igak Wardhani, d. (2007). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka .
Madya, S. (2009). Teori dan Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Alfabeta.
 Suharsimi Arikunto, d. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Sukidin, d. (2002). Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Insan Cendekia.
Syamsuddin, AR. & Vismaia, S. (2011) Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA
Trianto. (2011). Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.