Di susun oleh :
Muhammad Farhan Sahlani
Kelas : TARBIYAH/PAI II D
Dosen Pengampu : Dr. H. Lukman Hakim., S.Ag., M.Si
INSTITUT AGAMA ISLAM CIPASUNG
JLN. MUKHTAMAR NU XIXIX NO. 1 CIPASUNG SINGAPARNA KAB. TASIKMALAYA
|
KATA
PENGANTAR
Puji syukur
kami panjatkkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya
kepada kita semua khususnya kepada pembuat makalah ini, sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini guna melengkapi tugas salah satu mata kuliah yang
saat ini kami tempuh.
Kami sampaikan
terima kasih kepada orang tua, dosen, teman-teman, dan semua pihak yang tidak
bisa kami sebutkan satu persatu yang telah menyumbangkan energi dan pikirannya
dalam penyusunan makalah ini sehingga bisa tersusun dengan waktu yang telah di
tentukan.
Kami sebagai
penyusun makalah yang berjudul “Penyusunan Tindakan Kelas” ini sangat
menyadari adanya kekurangan yyang termuat dalam makalah, tak ada kata sempurna
tertera pada makalah ini karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT.
Semoga hadirnya
makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca khususnya mahasiswa Institut Agama
Isalm Cipasung.
Penulis
Cipasung, 25
Febuari 2017
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Para penyelenggara pendidikan khususnya yang berada pada jalur
sekolah akhir-akhir ini banyak menerima kritik dari masyarakat, pemerintah,
orang tua dan bahkan siswa sendiri tentang berbagai hal mulai dari nilai UAS,
UNAS yang menurun , penguasaan materi pelajaran oleh siswa yang kurang
memuaskan, kurangnya kreativitas pembelajaran , dan sikap penolakan terhadap
pembaharuan yang disebabkan oleh banyaknya tugas dari luar tugas pokok yang
dibebankan guru. (trianto, 2012: 1)
Oleh karenanya
perlu upaya untuk melepaskan kritik-kritik tersebut salah satunya adalah dengan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dalam
makalah ini kita akan membahas lebih mendalam tentang konsep dasar PTK,
jenis-jenis PTK, metodologi PTK, dan prosedur perencanaan PTK.
A.
Untuk mengetahui bagaimana konsep dasar dan
macam-macam Penelitian Tindakan Kelas.
B.
Untuk mengetahui jenis-jenis Penelitian
Tindakan Kelas.
C.
Untuk mengetahui bagaimana metodologi
Penelitian dan prosedur perencanaan Pelaksanaan Tindakan Kelas.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Konsep
Dasar Penelitian Tindakan Kelas
A.
Pengertian
Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian
tindakan kelas berasal dan istilah bahasa inggris Classroom action Research,
yaitu berarti penelitian yang dilakukan pada sebuah kelas untuk mengetahui
akibat tindakan yang diterapkan pada suatu subyek penelitian di kelas tersebut.
Pertama kali penelitian tindakan kelas diperkenalkan oleh ahli psikologi sosial
Amerika Serikat Kurt Lewin pada tahun 1946, yang selanjutnya dikembangkan oleh
Stephen Kemmis, Robin Mc Taggart, John Elliot, dave Ebbutt dan lainnya.
(Trianto, 2012:13 )
Penelitian kulaitatif yang dilakukan oleh guru
sendiri ketika mendapatkan permasalahan dalam pembelajaran dan mencarikan
solusinya dalam upaya memperbaiki kualitas pembelajarannya. Jika kita perhatikan, maka titik tumpu
(orientasi) dari pada PTK adalah suatu kegiatan penelitian dengan mencermati
sebuah kegiatan pembelajaran yang diberikan tindakan, yang secara sengaja
dimunculkan dalam sebuah kelas, yang bertujuan memecahkan masalah atau
meningkatkan mutu pembelajaran di kelas tersebut. (Trianto, 2012:13 )
Penelitian
Tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa
sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara
bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan guru yang
dilakukan siswa. (Suharsimi,2011: 4)
Dari pemaparan
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah
usaha mengamati kegiatan belajar mengajar dikelas dan mengaplikasi atau
menerapkan sebagai suatu tindakan yang diharapkan memperbaiki kondisi yang
ada. Dalam penelitian tindakan kelas
berurusan langsung dengan lapangan atau dengan kata lain praktik.
B.
Ruang
Lingkup Bidang Kajian Penelitian Tindakan Kelas
a.
Masalah
belajar siswa disekolah, termasuk di dalam tema ini, antara lain: masalah
belajar di kelas, kesalahan-kesalahan pembelajaran, miskonsepsi.
b.
Desain
dan strategi pembelajaran di kelas yang meliputi, tema ini, antara lain:
masalah pengelolaan dan prosedur pembelajaran, implementasi dan inovasi dalam
metode pembelajran, interaksi di dalam kelas, partisipasi orangtua dalam proses
belajar siswa.
c.
Alat
bantu, media dan sumber belajar, termasuk dalam tema ini, antara lain: masalah
penggunaan media perpustakaan, dan sumber belajar di dalam atau luar kelas,
peningkatan hubungan antara sekolah dan masyarakat.
d.
Sistem
asesmen dan evaluasi proses dan hasil pembelajaran (termasuk dalam tema ini,
antara lain: masalah evaluasi awal dan hasil pembelajran dan pengembangan
instrumen asesmen berbasis kompetensi).
e.
Pengembangan
pribadi peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan lainnya yang termasuk
dalam tema ini antara lain: peningkatan kemandirian dan tanggungjawab peserta
didik, peningkatan keefektifan hubungan antara pendidik-peserta didik dan orang
tua dalam PBM, peningkatan konsep diri peserta didik.
f.
Masalah
kurikulum yang termasuk dalam tema ini antara lain: implementasi kurikulum
misalnya KBK atau KTSP, urutan penyajian materi pokok, interaksi guru-siswa,
siswa-materi ajar, dan siswa-lingkungan belajar. (Trianto,2012:17 )
C.
Tujuan
Penelitian Tindakan Kelas
Memecahkan
permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas.
a.
Untuk
memecahkan masalah, tetapi sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal
tersebut dapat dipecahkan dengan tindakan yang dilakukan.
b.
Untuk
meningkatkan kegiatan nyata guru dalam pengembangan profesionalnya.
c.
Untuk
memperbaiki berbagai persoalan nyata dan praktis dalam peningkatan mutu pembelajaran
di kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang
sedang belajar. (Suharsimi,2011: 60)
D.
Karakteristik
Penelitian Tindakan Kelas
a.
Merupakan
salah satu bagian dari strategi penelitian kualitatif dengan model konstruktivis,
yang digunakan untuk mendeskripsikan clan pengambilan keputusan secara kritis
berdasarkan rekaman, pemantauan dan evaluasi terhadap tindakan dan hasil
tindakan.
b.
Bersifat
siklus dan sikuensial. Siklus artinya pelaksanaan PTK bersifat berulang-ulang.
Sikuensial artinya pelaksanaan PTK dilakyukan tahap demi tahap secara
berurutan.
c.
Bersifat
longitudinal., artinya berlangsung dalam jangka waktu tertentu secara kontinue
untuk memperoleh data yang diperlakukan.
d.
Bersifat
partikular-spesifik, artinya hasil PTK tidak dimaksudkan untuk menggeneralisasi
penemuan dalam rangka dalil, teori atau hipotesis yang berlaku untuk semua
situasi.
e.
Bersifat
partisipatoris, artinya proses PTK itu tidak hanya diarahkan pada upaya
perubahan cara belajar siswa, tetapi juga guru (sebagai peneliti dan pengajar
yang diteliti) harus terjadi perubahan ke arah yang lebih baik (berkualitas).
f.
Bersifat
kolaboratif atau kooperatif, artinya proses PTK selalu terjadi kerjasama antara
guru atau peneliti atau antara peneliti dengan pihak-pihak terkait.
g.
Bertujuan
mengubah keadaan nyata sehari-hari di kelas. (Trianto,2012:22 )
2.
Jenis-jenis
Penelitian Tindakan Kelas
A.
Penelitian
Tindakan Diagnostik
Penelitian
tindakan diagnostik ini dirancang untuk menuntun kearah tindakan. Dalam bentuknya yang paling jelas penelitian
tindakan diagnostik dapat dijelaskan sebagai berikut: Agen penelitiannya
memasuki situasi yang telah ada, dan akan lebih bagus jika karena diundang.
Agen itu mendiagnosis situasinya. Misalnya, seorang dosen Jurusan Pendidikan
Bahasa Inggris yang ahli dalam penelitian tindakan diundang oleh Dinas
Pendidikan untuk mempelajari kelas-kelas bahasa Inggris di suatu SMK, yang
siswa-siswanya ketika lulus diharapkan mahir berbahasa Inggris secara fungsional
dalam bidang kejuruannya. Ia mengamati secara cermat proses pembelajaran bahasa
Inggris di beberapa kelas, memeriksa silabusnya, memeriksa sumber belajar yang
ada, dan sebagainya. Ia kemudian
menganalisis semua data dan kemudian ia membuat berbagai rekomendasi tentang
tindakan perbaikannya. Contoh lain penelitian tindakan diagnostik yang dapat
dilakukan adalah penelitian yang dilakukan di suatu sekolah, atau organisasi
masyarakat tertentu. Di sekolah tersebut banyak terjadi pertengkaran antar
beberapa kelompok siswa yang sering diikuti oleh perkelahian. Suatu tim
peneliti dari lembaga penelitian diundang. Wakil tiap-tiap kelompok siswa dan
juga ketua-ketua kelasnya diwawancarai tentang sikapnya terhadap kelompok yang
lain, kepuasannya, kekecewaannya, dan keikutsertaannya dalam kegiatan sekolah.
Informasi yang diperoleh ditabulasikan dan ditabulasi silang, hasil-hasilnya
dianalisis, dan rekomendasi dibuat.
Rekomendasi itu sendiri tidak diuji
sebelumnya, dan juga bukan merupakan obyek penelitian tertentu. Rekomendasi itu
dihasilkan lebih kurang melalui proses intuitif berdasarkan kumpulan pengalaman
masa lalu dan diagnosis saat itu. Karena rekomendasi dibuat oleh seorang ahli
penelitian atau tim peneliti yang tidak terlibat dalam kehidupan dalam ajang sasaran,
ada kemungkinan bahwa rekomendasi tersebut tidak realistic. Inilah kelemahan
penelitian jenis.
B.
Penelitian
Tindakan Partisipan
Penelitian
tindakan jenis ini tumbuh dan berkembang karena dua kelemahan penelitian
tindakan jenis pertama di atas: (1) diagnosis tidak selalu mendorong
dilakukannya tindakan. Dan (2) ketidakterlibatan tim peneliti dalam masyarakat
terkait kurang menjamin pelaksanaan tindakan yang disarankan. Gagasan sentral
penelitian tindakan partisipan ini adalah bahwa orang yang akan melakukan
tindakan harus juga terlibat dalam proses penelitian dari awal. Dengan
demikian, mereka itu tidak hanya dapat menyadari perlunya melaksanakan program
tindakan tertentu, tetapi secara jiwa raga akan terlibat dalam program tindakan
tersebut.
Contoh penelitian tindakan jenis ini
dapat sama dengan contoh pada jenis pertama di atas, namun peneliti harus
berada di sekolah dari awal penelitiannya, yaitu pada waktu mendiagnosis /
menganalisis keadaan dan melihat kesenjangan antara keadaan nyata dan keadaan
yang diinginkan dan merumuskan rencana tindakan.
Kelemahannya
adalah bahwa model ini menuntut curahan tenaga, pikiran, dan waktu peneliti,
yang kadang sulit dipenuhi karena dia juga memiliki pekerjaan sendiri.
C.
Penelitian
Tindakan Empiris
Gagasan dasar penelitian
tindakan jenis ini adalah melakukan sesuatu dan membukukan apa yang dilakukan
dan apa yang terjadi. Proses penelitiannya pada pokoknya berkenaan dengan
penyimpanan catatan dan pengumpulan pengalaman dalam pekerjaan sehari-hari.
Sebuah contoh dapat diberikan sebagai berikut.
Pengurus jurusan di suatu perguruan tinggi melihat adanya masalah dalam proses
rapat jurusan. Dia mengemukakan kepeduliannya di depan forum dosen, dan dia
sangat lega karena semua dosen merasakan hal yang sama. Dia mengajak semua
dosen untuk bersama-sama merumuskan tindakan apa yang mesti dilakukan untuk
meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar.
Kelemahan
penelitian tindakan jenis ini adalah bahwa simpulan ditarik dari pengalaman
dengan satu kelompok atau beberapa kelompok yang berbeda dalam berbagai segi
yang tak terkontrol. Meskipun punya kelemahan, penelitian tindakan empiris
dapat menuntun peneliti untuk mengembangkan secara bertahap prinsip yang secara
umum sahih.
Penelitian
jenis ini cukup banyak kelemahannya, diantaranya:
a.
Banyak
organisator dan pimpinan kelompok yang tidak memiliki kemampuan merumuskan
hipotesis tindakan secara eksplisit atau menyatakan simpulannya secara cermat.
b.
Pelaku
penelitian yang juga dibebani dengan tanggung jawab tindakan biasanya tidak
mampu menyisihkan waktu untuk mencatat secara lengkap amatannya atau dalam
beberapa hal bahkan tidak dapat melakukan amatan itu sendiri.
c.
Jika
penyimpanan catatan benar-benar memadai, biasanya begitu banyak yang berhasil
dikumpulkan, sehingga memerlukan usaha yang sangat besar untuk menganalisis
seluruhnya.
d.
Bahkan
dengan niat yang terbaik sekalipun sulit bagi pelaku penelitian untuk
benar-benar obyektif dalam menilaikeluaran usaha tindakannya sendiri. Faktor
luar selalu mempengaruhi apa yang terjadi dalam situasi kelompok, dan
penafsiran terhadap pengaruhnya selalu agak subjektif.
D.
Penelitian
Tindakan Eksperimental
Penelitian
tindakan eksperimental adalah penelitian yang berbagai teknik tindakannya
sangkil. Hampir selalu ada lebih dari satu cara untuk mencapai sesuatu.
Dari semua
jenis penelitian tindakan, jenis eksperimental memiliki nilai potensial
terbesar untuk kemajuan pengetahuan ilmiah karena dalam keadaan yang
menguntungkan memberikan ujicoba yang mantap tentang hipotesis tertentu. Akan
tetapi ia merupakan bentuk penelitian tindakan yang tersulit untuk dilaksanakan
dengan berhasil. Kesulitan-kesulitan yang mungkin timbul termasuk:
a.
Keterbatasan
kemampuan peneliti dalam membuat prediksi keakuratannya;
b.
Kekurang
mampuan peneliti dalam mengontrol jalannya tindakan sosial; dan
c.
Kekurang
mampuan peneliti dalam melakukan pengukuran yang layak sesuai dengan sifat
dasar hubungan sosial.
Kesulitan ini
sebagian besar dapat dihindari jika program penelitiannya dari awal
direncanakan dengan bekerja sama dengan agen pelaksana yang bertanggung jawab
atas pemantauan pelaksanaannya, sehingga tindakan yang perlu benar-benar
dilaksanakan. Hal penting yang perlu dicatat adalah bahwa penelitian tindakan
eksperimental akan berhasil jika didukung oleh perencanaan dan kerja sama yang sangat
baik dengan setiap orang yang terkait dengan program tersebut.
Pemilihan jenis penelitian tindakan akan
sangat ditentukan oleh kondisi dan situasi yang dihadapi oleh peneliti. Namun,
hendaknya kelemahan-kelemahan setiap jenis selalu diingat sehingga manfaat
dapat dipetik secara optimal.
3.
Metode
Penelitian Tindak Kelas
A.
SETTING
Setting artinya
penelitian perlu diuraikan secara rinci karena penting artinya bagi guru lain
yang ingin meniru keberhasilan yang telah dilakukan. Mereka tentu akan
mempertimbangkan masak-masak apakah ada kemiripan antara setting sekolahnya
dengan setting penelitian yang sudah ada (Trianto, 2010:53). Setting yaitu
lokasi yang digunakan untuk lokasi tersebut yang harus diperhatikan dalam
melakukan PTK yaitu kondisi siswa dan kelas yang mau dituju untuk PTK.
Dalam setting
ini biasanya dipaparkan tentang subyek dan waktu penelitian. Sebagai contoh
penelitian dilakukan pada siswa kelas X Semester genap Madrasah Aliyah Negeri
(MAN) Surabaya tahun pelajaran 2008-2009 (Trianto, 2010:53).
Berkaitan
dengan waktu penelitian, karena kegiatan PTK include dengan jadual PBM maka
waktunya pun mengikuti jadual pelajaran yang telah ditetapkan oleh sekolah. Hal
ini dimaksudkan agar tidak terjadi tumpang tindih materi yang diterima oleh
peserta didik. Sedangkan untuk uji awal dan uji akhir dapat dilakukan di dalam
ataupun di luar jam pelajaran. Berikut disajikan contoh waktu atau jadual
pengambilan data dalam PTK (Trianto, 2010:53).
Contoh waktu
kegiatan PTK
No
Kegiatan
Waktu
Pelaksanaan
1
Tes Awal
3 agustus 2009
(minggu l)
2
Pelaksanaan
tindakan
10, 17, 24
agustus 2009 (minggu ll, lll, Lv)
3
Tes akhir
1 september
2009
B.
METODE
DAN INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
Metode
pengumpulan data hakikatnya adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti
untuk mengumpulkan data.
Metode pengumpulan data penelitian, antara
lain angket, wawancara, pengamatan, ujian, dokumentasi, dan lain sebagainya.
Instrumen
pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh penelitian
dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan
dipermudah olehnya. Berdasarkan definisi tersebut suatu instrumen berfungsi
untuk menjaring data-data hasil penelitian. Instrumen juga diartikan sebagai
alat bantu merupakan sarana yang dapat diwujudkan dalam benda, misalnya angket,
daftar cocok, pedoman wawancara, lembar atau panduan pengamatan , soal tes,
inventori, skala dan lainya (Trianto, 2010:54).
Tabel Pasangan
Metode dan Instrumen Pengumpulan Data
No
Jenis Metode
Jenis Instrumen
1
Angket
(questionnaire)
Angket
(questionnaire)
Daftar cocok
(check list)
Skal (scale),
inventori (invertory)
2
Wawancara
(interview)
Pedoman
wawancara (interview guide)
Daftar cocok
(check list)
3
Pengamatan
(observation)
Lembar
pengamatan (observation sheet),
Panduan
pengamatan/observasi
(observation
schedule)
Daftar cocok
(check list)
4
Ujian atau tes
(test)
Soal ujian,
soal tes atau tes (test)
Inventori
(inventory)
Daftar cocok
(check list)
Tabel (table)
C.
Jenis
Instumen Pengumpulan Data
Instumen
merupakan bagian yang tidak kalah pentingnya dalam pelaksanaan PTK. Jenis
instrumen harus sesuai dengan karakteristik variabel yang diamati. Triangsuran
dan saturasi (kejenuhan informasi) perlu diperhatikan untuk menjamin validitas
data.
Instrumen
berfungsi untuk menjaring data-data hasil penelitian. Ini biasa disebut dengan
catatan lapangan. Berikut disajikan beberapa contoh instrumen penjaring
data-data penelitian (Trianto, 2010:55).
a.
Catatan
Lapangan
Masalah utama
dalam observasi adalah bagaimana bisa mengingat data lapangan dalam kurun waktu
cukup lama, sebab seringkali tidak mungkin mengobservasi sambil membuat catatan
yang rinci, untuk kemudian mencatatnya dengan rinci dalam bentuk catatan
lapangan. Agar tidak lupa mencatat data tersebut catatan lapangan, diperlukan
adanya pencatatan tambahan dalam bentuk: (1) Catatan Pendek; (2) Catatan
Harian; dan (3) Log Lapangan. Agar mudah, sebaiknya digunakan lembaran kertas
bergaris. Rincian mengenai nama observer, jam pencatatan, dan lokasi kegiatan
hendaknya dikemukakan. Pendeskripsian hendaknya rinci (Trianto, 2010:55).
b.
Angket
(questionnaire)
Angket adalah
kumpulan dari pertanyaan yang diajukan secara tertulis kepada seseorang
(responden), dan cara menjawab juga dilakukan dengan tertulis. Angket juga
diartikan sebagai daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan
maksud agar orang yang diberi tersebut bersedia memberikan respons sesuai
dengan permintaan pengguna (peneliti).
Menurut cara
memberikan respons, angket dibedakan menjadi dua jenis. Pertama, angket
terbuka. Angket terbuka adalah angket yang disajikan dalam bentuka. Angket
terbuka adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga
responden dapat memberikan isian sesuai dengan kehendak dan keadaannya. Angket
terbuka digunakan apabila peneliti belum dapat memperkirakan atau menduga
kemungkinan alternatif jawaban yang ada pada responden.
Kedua angket
tertutup. Angket tertutup yaitu angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian
rupa sehingga responden tinggal memberikan tanda centang (√ ) pada kolom atau
tempat yang sesuai (Trianto, 2010:57-58).
c.
Daftar
Cocok atau Ceklis (Checklist)
Ceklis adalah
kumpulan dari pernyataan atau pertanyaan yang pengisiannya dilakukan oleh
responden. Ceklis biasanya dilakukangan dengan memberikan tanda centang (√)
pada tempat-tempat yang sudah disediakan. Jadi ceklis sebenarnya merupakan
semacam angket juga cara pengisiannya dengan memberikan tanda cocok atau
centang.
Dalam
pencatatan data lapangan dapat digunakan ceklis, yang pelaksanaannya di
lapangan lebih ringan dibanding catatan lapangan. Walaupun data yang terekam
tidak sekaya data dalam catatan lapangan, tetapi masih cukup kaya dalam
perekaman data lapangan.
4.
Lembar
Pengamatan (Observasi)
Selain
menggunakan catatan lapangan yang bersifat agak bebas dalam arti pengamat
(peneliti) secara bebas mendeskripsikan setiap kejadian (momen) dalam
pembelajarannya. Maka lembar pengamatan lebih bersifat terstuktur, yaitu sudah
terdapat pedoman-pedoman terinci yang berisi langkah-langkah yang dilakukan
sehingga pengamat tinggal melakukan check list atau menghitung berapa frekuensi
yang telah dilakukan oleh subyek penelitian.
Contoh lembar
pengamatan dalam PTK adalah: (1) lembar pengamatan aktivitas guru dalam
mengelola KBM; dan (2) lembar aktivitas siswa dalam PMB.
a.
Lembar
pengamatan aktivitas guru dalam mengelola PMB
Lembar ini
dipergunakan untuk mengamati aktivitas guru dalam mengelola PMB. Lembar ini
berisi langkah-langkah yang harus dilakukan guru.
b.
Lembar
ini dipergunakan untuk mengamati aktivitas siswa dalam PMB. Lembar ini berisi
langkah-langkah yang harus dilakukan siswa (Trianto, 2010:61).
5.
Wawancara
(interview)
Wawancara
dipergunakan untuk menggali beberapa hal berkaitan dengan masalah pembelajaran.
Misalnya, adakah materi dari PMB yang dianggap sulit, atau apakah model
pembelajaran guru menarik bagi siswa.
Wawancara pada
dasarnya meliputi dua jenis, yaitu wawancara yang terstruktur dan tidak
terstruktur. Wawancara terstruktur
adalah jenis wawancara dimana pertanyaan-pertanyaan telah disusun
sedemikian rupa sehingga runtut. Sedangkan pada wawancara tidak struktur
pertanyaan-pertanyaan tidak disusun secara ketat (Trianto, 2010:61).
6.
Tes
Hasil Belajar
Tes hasil
belajar dipergunakan untuk mengukur tingkat ketuntasan belajar siswa, berupa
nilai yang diperoleh dari pelaksanaan tes. Tes ini terdiri dari tes produk dan
tes proses (Trianto, 2010:61).
7.
TEKNIK
PENGUMPULAN DATA
Teknik-teknik
yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah:
a.
Pemberian
Tes
Pemberian tes
dilakukan dua kali, yaitu sebelum proses pembelajaran dimulai (pretest) dan
sesudah protes pembelajaran (posttest). Ada 2 (dua) macam tes, yaitu: (1) Tes
produk untuk mengukur aspek kognitif yang telah dimiliki siswa. Dengan kata
lain tes proses ini digunakan untuk mengetahui ketuntasan TPK, ketuntasan
belajar siswa, dan sensitivitas butir soal yang digunakan.
b.
Pengamatan
(observasi)
Pengamatan
dilakukan pada saat pelaksanaan pembelajaran berlangsung. Pengamatan ini
bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan RPP dan aktivitas siswa selama
pembelajaran.
c.
Penyebaran
angket
Penyebaran
angket dilakukan setelah proses pembelajaran penyebaran angket bertujuan untuk
mengetahui respon siswa terhadap proses pembelajaran yang dilaksanakan. Angket
dapat berupa komentar (angket terbuka) atau pun pertanyaan-pertanyaan yang
telah dilengkapi dengan jawaban, sehingga siswa tinggal memilih yang sesuai
dengan pendapatnya (angket tertutup) (Trianto, 2010:62).
8.
TEKNIK
ANALISIS DATA
Pengolahan data
dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik analisis statistik
deskriptif. Tujuan dari analisis ini adalah untuk mendeskripsikan kegiatan
siswa selama proses belajar mengajar. Analisis deskriptif yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
A.
Analisis
Pengamatan Aktivitas Siswa
Untuk
menganalisis data aktivitas siswa yang diamati digunakan teknik prosentase (%),
yakni banyaknya frekuensi tiap aktivitas dibagi dengan seluruh aktivitas
dikalikan dengan 100.
Persentase
respon siswa X 100%
Dimana :
A = proporsi
siswa yang memilih
B = jumlah
siswa (responden)
Realiabilitas
instrumen pengamatan aktivitas siswa dihitung dengan teknik inter observer
agreement. Pada saat uji coba ada dua pengamat menggunakan instrumen yang sama
untuk mengamati karakteristik yang sama.
Rumus yang digunakan untuk menghitung reliabilitas adalah rumus Emmer dan
Millet:
Percentage of
agreement = 100% [ 1-A – B ] (Borich,
1994:385)
A+B
Keterangan :
A = Frekuensi
aspek tingkah laku yang teramati oleh pengamat yang memberikan frekuensi tinggi
B = Frekuensi
aspek tingkah laku yang teramati oleh pengamat yang memberikan frekuensi rendah
Instrumen
dikatakan baik jika mempunyai koefisien reliabilitas (Trianto, 2010:62-63).
B.
Analisis
Tes Hasil Belajar
Untuk
menentukan ketuntasan belajar siswa digunakan instrumen tes hasil belajar siswa
yang meliputi produk, proses, dan psikomotor. Penentuan ketuntasan berdasarkan
penilaian acuan patokan, yaitu sejauh mana kemampuan yang ditargetkan dapat
dikuasi siswa dengan cara menghitung proporsi jumlah siswa yang menjawab benar
dibagi dengan jumlah siswa seluruhnya. Rumusnya adalah:
KB = x 100 %
Dimana : KB = ketuntasan belajar
T = jumlah skor yang diperoleh siswa
Tt = jumlah skor total
Setiap siswa
dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan individu) jika proposal jawaban benar
siswa > 75% (Depdiknas, 2002:32)
Validitas butir
soal diperoleh dengan cara menghitung sensitivitas tiap butir soal. Nilai ini
digunakan untuk mengetahui sejauh mana tiap-tiap butir soal mampu mengukur efek
pembelajaran. Jika suatu soal dijawab dengan benar oleh semua siswa sebelum dan
sesudah pembelajaran, maka soal itu tidak memenuhi fungsinya. Butir soal yang
sensitif akan dijawab oleh lebih banyak siswa sesudah pembelajaran dibandingkan
sebelumnya. Untuk menghitung sensitivitas butir soal dengan cara mengurungkan
jawaban benar siswa pada uji awal dibagi dengan jumlah siswa. Rumusnya adalah:
Sensitivity =
(Groundlund, 1982)
Keterangan :
Ra = jumlah
siswa yang menjawab benar pada akhir
Rb = jumlah
siswa yang menjawab benar pada tes awal
T = jumlah
siswa yang mengikuti tes
Menurut Aiken
(1997: 69), butir soal dikatakan baik apabila sensitivitas berada antara 0 dan
1, kriteria yang dipakai untuk menyatakan bahwa butir soal peka terhadap
pembelajaran jika S 0,30 (Trianto, 2010:63-64).
C.
Matriks
Metode Penelitian
Matriks
penelitian dibuat untuk memudahkan penentuan sistematika atau prosedur
penelitian. Matriks ini berisi tujuan penelitian, variabel, definisi
operasional variabel, instrumen penelitian, sumber data, teknik pengambilan
data, dan analisis data (Trianto, 2010:64).
Ø Prosedur Perencanaan Dan Pelaksanaan
Penelitian Tindakan Kelas
Dalam
melaksanakan penelitian tindakan kelas, langkah-langkah/prosedur umum yang
dapat dilakukan meliputi:
1. Pengembangan/Penetapan Fokus Penelitian
a. Merasakan adanya masalah
Permasalahan
yang diangkat dalam Penelitian Tindakan Kelas harus benar-benar merupakan
masalah yang dihayati oleh guru dalam praktek pembelajaran yang dikelolanya,
bukan masalah yang disarankan, apalagi disarankan oleh pihak luar.
Permasalahan
tersebut dapat bersumber dari siswa, guru, bahan ajar, kurikulum, hasil
belajar, dan interaksi pembelajaran.
b. Identifikasi Masalah
Pada tahap ini
yang penting dilakukan adalah menghasilkan gagasan-gagasan awal mengenai
permasalahan aktual yang dialami guru di kelas. Berangkat dari gagasan-gagasan
awal tersebut guru dapat berbuat sesuatu untuk memperbaiki keadaan dengan
menggunakan PTK.
c. Analisis Masalah
Setelah
memperoleh sekian banyak permasalahan melalui proses identifikasi, maka
selanjutnya
melakukan analisis terhadap masalah-masalah tersebut untuk menentukan urgensi
mengatasinya. Dalam hal ini nantinya akan ditemukan permasalahan yang sangat
mendesak untuk diatasi (pembatasan masalah).
D.
Perumusan
Masalah
Setelah
menetapkan fokus penelitian, maka perlu dilakukan perumusan masalah secara
lebih jelas, spesifik, dan operasional.
2. Perencanaan
Tindakan
a. Perumusan/Formulasi solusi dalam bentuk
hipotesis tindakan
Agar dapat
menyusun hipotesis tindakan dengan tepat maka peneliti dapat melakukan:
1) kajian teoritik
dibidang pembelajaran
2) kajian hasil
penelitian yang relevan
3) diskusi
dengan teman sejawat
4) kajian
pendapat para pakar
5)merefleksi
pengalaman sendiri sebagai guru
b. Analisis Kelaikan Hipotesis Tindakan
Pada langkah
ini peneliti perlu mengkaji kelaikan dari sejumlah hipotesis tindakan yang
diperolehnya baik dari segi jarak antara kondisi riil dengan situasi ideal yang
dijadikan rujukan. Hipotesis tindakan harus dapat diuji secara empirik, ini
berarti bahwa implementasi tindakan yang dilakukan maupun dampak yang
diperolehnya harus dapat diamati oleh guru selaku peneliti.
c. Persiapan
Tindakan
Hal-hal yang
perlu dilakukan dalam langkah ini diantaranya:
1)membuat
skenario pembelajaran
2)mempersiapkan
fasilitas/sarana pendukung yang diperlukan
3)mempersiapkan
cara merekan dan menganalisis data
4)melakukan
simulasi pelaksanaan tindakan (jika dipandang perlu)
3. Pelaksanaan
Tindakan dan Observasi-Interpretasi
a. Pelaksanaan
Tindakan
Setelah semua
kegiatan persiapan selesai, maka skenario tindakan perbaikan yang telah
direncanakan kemudian dilakukan dalam situasi yang nyata. Kegiatan ini
merupakan kegiatan pokok dalam siklus penelitian tindakan kelas. Dalam kegiatan
pelaksanaan tindakan ini juga dibarengi kegiatan observasi dan intrepretasi
serta kegiatan refleksi.
b. Observasi
dan Interpretasi
Dalam
penelitian tindakan kelas, observasi merupakan upaya untuk merekam segala
peristiwa/kegiatan yang yang terjadi selama tindakan perbaikan itu berlangsung
dengan atau tanpa alat bantu tertentu. Hal penting untuk dicatat pada
kesempatan ini adalah kadar interpretasi yang terlibat dalam rekaman hasil
observasi.
c. Diskusi balikan
Observasi yang
dilakukan akan memberikan kemanfaatan yang banyak jika pelaksanaannya diikuti
dengan diskusi balikan. Diskusi
balikan
sebaiknya dilakukan tidak terlalu lama dari waktu observasi, bertolak dari
rekaman data yang dibuat oleh pengamat, diinterpretasikan bersama-sama antara
pelaku tindakan perbaikan dan pengamat, dan pembahasan mengacu pada penetapan
sasaran dan strategi perbaikan untuk menentukan perencanaan selanjutnya.
4. Analisis dan Refleksi
a. Analisis data
Analisis data
adalah proses menyeleksi, memfokuskan, menyederhanakan,
mengabstraksikan,
mengorganisasikan secara urut/sistematis dan rasional untuk
menampilkan
bahan-bahan yang dapat digunakan untuk menyusun jawaban terhadap tujuan
penelitian tindakan kelas. Analisis data yang bersifat kualitatif dapat
dilakukan melalui tiga tahapan yaitu reduksi data, paparan data, dan
penyimpulan.
Reduksi data
yaitu proses penyederhanaan yang dilakukan melalui seleksi, pemfokusan, dan
pengabstraksian data mentah menjadi informasi yang bermakna. Paparan data yaitu
proses penampilan data secara lebih sederhana dalam bentuk paparan naratif,
representasi tabular, matriks, representasi grafis maupun lainnya. Sedangkan
penyimpulan adalah proses pengambilan intisari dari sajian data yang telah
diorganisir tersebut dalam bentuk pernyataan kalimat dan atau rumusan yang
singkat dan padat. Sedangkan data yang bersifat kuantitatif dapat dianalisis
menggunakan analisis statistik.
b. Refleksi
Dalam
penelitian tindakan kelas, refleksi merupakan upaya untuk mengkaji apa yang
telah dan atau
yang tidak terjadi, apa yang telah dihasilkan atau belum berhasil dituntaskan
melalui tindakan perbaikan yang telah dilakukan. Hasil dari refleksi ini akan
digunakan untuk menetapkan langkah-langkah lebih lanjut dalam upaya mencapai
tujuanpenelitian tindakan kelasyang ditetapkan.
Dengan
perkataan lain refleksi merupakan pengkajian terhadap keberhasilan dan
kegagalan dalam mencapai tujuan sementara, dan untuk menentukan tindak lanjut
dalam rangka mencapai akhir.
5.
Perencanaan Tindak Lanjut
Hasil analisis
dan refleksi akan menentukan apakah tindakan yang telah dilaksanakan telah
dapat mengatasi masalah dalam penelitian tindakan kelas ini atau belum. Apabila
hasilnya belum memuaskan atau masalahnya belumterselesaikan, maka perlu
dilakukan tindakan perbaikan lanjutan dengan memperbaiki tindakan perbaikan
sebelumnya atau bila perlu dengan menyusun tindakan perbaikan yang betul-betul
baru untuk mengatasi masalah yang ada. Dengan perkataan lain, jika masalah yang
diteliti belum tuntas atau belum memuaskan pengatasannya, maka penelitian
tindakan kelas harus dilanjutkan pada siklus 2 dengan prosedur yang sama
seperti siklus ke 1 yaitu perumusan masalah, perencanaan tindakan, pelaksanaan
tindakan, observasi dan interpretasi, dan analisis-refleksi. Dan jika pada
siklus 2 permasalahan telah terselesaikan/hasil sudah memuaskan, maka tidak
perlu dilanjutkan siklus 3. Namun jikapada siklus 2 masalahnya belum
terselesaikan/hasilnya belum memuaskan maka perlu dilanjutkan dengan siklus ke
3, dan seterusnya.
Dalam dalam
penelitian tindakan kelas jumlah siklus sebenarnya tidak dapat ditentukan lebih
dahulu, hal ini tergantung kepada permasalahannya. Ada penelitian tindakan
kelas yang mungkin cukup satu siklus, tetapi ada juga yang memerlukan beberapa
siklus.
Dengan demikian
banyak sedikitnya jumlah siklus dalam penelitian tindakan kelas tergantung
kepada terselesaikannya masalah yang diteliti.
Menurut Lewis
(dalam Syamsuddin, 2011: 234) langkah-langkah kegiatan penelitian itu meliputi:
ü Mengidentifikasi gagasan/ permasalahan umum
ü Melakukan pengecekan di lapangan
ü Membuat perencanaan umum
ü Mengembangkan tindakan pertama
ü Mengimplementasikan tindakan pertama
ü Mengevaluasi
ü Merevisi perencanaan, untuk tindakan kedua,
dst.
1. Merasakan dan mengidentifikasi masalah
Dalam upaya
memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran secara lebih professional, guru harus
mempunyai keberanian dan kepedulian mengenai kelemahan yang masih terdapat
dalam inplementasi program pembelajaran yang di kelolanya. Guru harus mampu
merenung, berfikir, dan merefleksi
mengenai apa saja kekurangan yang telah
dilakukannya dalam proses pembelajaran dalam rengka mengidentifikasi hal-hal
yang mungkin ada kelemahannya.
2. Formulasi solusi dalam bentuk hipotesis
tindakan
Hipotesis
merupakan suatu dugaan awal yang akan terjadi jika suatu tindakan dilakukan.
Dari suatu hipotesis dapat dilihat bahwa suatu tindakan diduga akan dapat
memecahkan masalah yang diteliti.
Dalam
penelitian tindakan kelas hipotesis menyatakan, “jika tindakan ini dilakukan
dengan baik maka tindakan ini merupakan suatu pemecahan masalah yang baik” atau
“jika suatu tindakan dilakukan dengan baik maka tindakan tersebut merupakan
perbaikan atau pengembangan atas sesuatu”.
3. Perencanaan tindakan
Di dalam
langkah persiapan ini, peneliti membuat rancangan tindakan pemecahan masalah
yang hendak dilaksanakan. Oleh karena itu, peneliti perlu membuat rancangan dan
prosedur implementasinya dengan tahap kegiatan sebagai berikut.
a) Perancangan model PTK sesuai dengan
permasalahan. Rencana kegiatan tindakan dan keadaan atau situasi kelas diatur
sesuai dengan langkah-langkah tindakan yang akan dilakukan.
b) Pengidentifikasian komponen-komponen
pendukung yang diperlukan.
c) Penyusunan rancangan tindakan sesuai
dengan model PTK dan jadwal.
d) Persiapan segala sesuatu yang diperlukan
untuk melaksanakan tindakan, seperti kondisi situasi, materi, alat perangkat.
BAB III
PENUTUP
Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan
pada sebuah kelas untuk mengetahui akibat tindakan yang diterapkan pada suatu
subyek penelitian di suatu kelas.
Ruang Lingkup Bidang Kajian Penelitian Tindakan Kelas yaitu
masalah belajar siswaa di sekolah, desain dan strategi pembelajaran di kelas,
alat bantu, media, dan sumber belajar, sistem asesmen dan evaluasi proses dan
hasil pembelajaran, pengembangan pribadi peserta didik, pendidik, dan tenaga
kependidikan lainnya, masalah kurikulum.
Langkah-langkah kegiatan penelitian itu meliputi:
mengidentifikasi gagasan/ permasalahan umum, melakukan pengecekan di lapangan
membuat perencanaan umum, mengembangkan tindakan pertama, mengimplementasikan
tindakan pertama, mengevaluasi, merevisi perencanaan, untuk tindakan kedua,
dst.
DAFTAR
PUSTAKA
Arifin, Z. (2010). Metedologi penelitian pendidikan.
Surabaya: Lentera Cendekia.
Igak Wardhani, d. (2007). Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: Universitas Terbuka .
Madya, S. (2009). Teori dan Praktik Penelitian Tindakan
Kelas. Bandung: Alfabeta.
Suharsimi Arikunto,
d. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Sukidin, d. (2002). Manajemen Penelitian Tindakan Kelas.
Insan Cendekia.
Syamsuddin, AR. & Vismaia, S. (2011) Metode Penelitian
Pendidikan Bahasa. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA
Trianto. (2011). Panduan Lengkap
Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. MAKALAH METODELOGI PENELITIAN
Di susun oleh :
Andi Lesmana
Farida
Ucu Fatimah
Kelas : TARBIYAH/PAI II D
Kelompok : 11
Dosen Pengampu : Dr. H. Lukman Hakim., S.Ag., M.Si
INSTITUT AGAMA ISLAM CIPASUNG
JLN. MUKHTAMAR NU XIXIX NO. 1 CIPASUNG SINGAPARNA KAB. TASIKMALAYA
|
KATA
PENGANTAR
Puji syukur
kami panjatkkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya
kepada kita semua khususnya kepada pembuat makalah ini, sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini guna melengkapi tugas salah satu mata kuliah yang
saat ini kami tempuh.
Kami sampaikan
terima kasih kepada orang tua, dosen, teman-teman, dan semua pihak yang tidak
bisa kami sebutkan satu persatu yang telah menyumbangkan energi dan pikirannya
dalam penyusunan makalah ini sehingga bisa tersusun dengan waktu yang telah di
tentukan.
Kami sebagai
penyusun makalah yang berjudul “Penyusunan Tindakan Kelas” ini sangat
menyadari adanya kekurangan yyang termuat dalam makalah, tak ada kata sempurna
tertera pada makalah ini karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT.
Semoga hadirnya
makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca khususnya mahasiswa Institut Agama
Isalm Cipasung.
Penulis
Cipasung, 25
Febuari 2017
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Para penyelenggara pendidikan khususnya yang berada pada jalur
sekolah akhir-akhir ini banyak menerima kritik dari masyarakat, pemerintah,
orang tua dan bahkan siswa sendiri tentang berbagai hal mulai dari nilai UAS,
UNAS yang menurun , penguasaan materi pelajaran oleh siswa yang kurang
memuaskan, kurangnya kreativitas pembelajaran , dan sikap penolakan terhadap
pembaharuan yang disebabkan oleh banyaknya tugas dari luar tugas pokok yang
dibebankan guru. (trianto, 2012: 1)
Oleh karenanya
perlu upaya untuk melepaskan kritik-kritik tersebut salah satunya adalah dengan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dalam
makalah ini kita akan membahas lebih mendalam tentang konsep dasar PTK,
jenis-jenis PTK, metodologi PTK, dan prosedur perencanaan PTK.
A.
Untuk mengetahui bagaimana konsep dasar dan
macam-macam Penelitian Tindakan Kelas.
B.
Untuk mengetahui jenis-jenis Penelitian
Tindakan Kelas.
C.
Untuk mengetahui bagaimana metodologi
Penelitian dan prosedur perencanaan Pelaksanaan Tindakan Kelas.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Konsep
Dasar Penelitian Tindakan Kelas
A.
Pengertian
Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian
tindakan kelas berasal dan istilah bahasa inggris Classroom action Research,
yaitu berarti penelitian yang dilakukan pada sebuah kelas untuk mengetahui
akibat tindakan yang diterapkan pada suatu subyek penelitian di kelas tersebut.
Pertama kali penelitian tindakan kelas diperkenalkan oleh ahli psikologi sosial
Amerika Serikat Kurt Lewin pada tahun 1946, yang selanjutnya dikembangkan oleh
Stephen Kemmis, Robin Mc Taggart, John Elliot, dave Ebbutt dan lainnya.
(Trianto, 2012:13 )
Penelitian kulaitatif yang dilakukan oleh guru
sendiri ketika mendapatkan permasalahan dalam pembelajaran dan mencarikan
solusinya dalam upaya memperbaiki kualitas pembelajarannya. Jika kita perhatikan, maka titik tumpu
(orientasi) dari pada PTK adalah suatu kegiatan penelitian dengan mencermati
sebuah kegiatan pembelajaran yang diberikan tindakan, yang secara sengaja
dimunculkan dalam sebuah kelas, yang bertujuan memecahkan masalah atau
meningkatkan mutu pembelajaran di kelas tersebut. (Trianto, 2012:13 )
Penelitian
Tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa
sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara
bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan guru yang
dilakukan siswa. (Suharsimi,2011: 4)
Dari pemaparan
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah
usaha mengamati kegiatan belajar mengajar dikelas dan mengaplikasi atau
menerapkan sebagai suatu tindakan yang diharapkan memperbaiki kondisi yang
ada. Dalam penelitian tindakan kelas
berurusan langsung dengan lapangan atau dengan kata lain praktik.
B.
Ruang
Lingkup Bidang Kajian Penelitian Tindakan Kelas
a.
Masalah
belajar siswa disekolah, termasuk di dalam tema ini, antara lain: masalah
belajar di kelas, kesalahan-kesalahan pembelajaran, miskonsepsi.
b.
Desain
dan strategi pembelajaran di kelas yang meliputi, tema ini, antara lain:
masalah pengelolaan dan prosedur pembelajaran, implementasi dan inovasi dalam
metode pembelajran, interaksi di dalam kelas, partisipasi orangtua dalam proses
belajar siswa.
c.
Alat
bantu, media dan sumber belajar, termasuk dalam tema ini, antara lain: masalah
penggunaan media perpustakaan, dan sumber belajar di dalam atau luar kelas,
peningkatan hubungan antara sekolah dan masyarakat.
d.
Sistem
asesmen dan evaluasi proses dan hasil pembelajaran (termasuk dalam tema ini,
antara lain: masalah evaluasi awal dan hasil pembelajran dan pengembangan
instrumen asesmen berbasis kompetensi).
e.
Pengembangan
pribadi peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan lainnya yang termasuk
dalam tema ini antara lain: peningkatan kemandirian dan tanggungjawab peserta
didik, peningkatan keefektifan hubungan antara pendidik-peserta didik dan orang
tua dalam PBM, peningkatan konsep diri peserta didik.
f.
Masalah
kurikulum yang termasuk dalam tema ini antara lain: implementasi kurikulum
misalnya KBK atau KTSP, urutan penyajian materi pokok, interaksi guru-siswa,
siswa-materi ajar, dan siswa-lingkungan belajar. (Trianto,2012:17 )
C.
Tujuan
Penelitian Tindakan Kelas
Memecahkan
permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas.
a.
Untuk
memecahkan masalah, tetapi sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal
tersebut dapat dipecahkan dengan tindakan yang dilakukan.
b.
Untuk
meningkatkan kegiatan nyata guru dalam pengembangan profesionalnya.
c.
Untuk
memperbaiki berbagai persoalan nyata dan praktis dalam peningkatan mutu pembelajaran
di kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang
sedang belajar. (Suharsimi,2011: 60)
D.
Karakteristik
Penelitian Tindakan Kelas
a.
Merupakan
salah satu bagian dari strategi penelitian kualitatif dengan model konstruktivis,
yang digunakan untuk mendeskripsikan clan pengambilan keputusan secara kritis
berdasarkan rekaman, pemantauan dan evaluasi terhadap tindakan dan hasil
tindakan.
b.
Bersifat
siklus dan sikuensial. Siklus artinya pelaksanaan PTK bersifat berulang-ulang.
Sikuensial artinya pelaksanaan PTK dilakyukan tahap demi tahap secara
berurutan.
c.
Bersifat
longitudinal., artinya berlangsung dalam jangka waktu tertentu secara kontinue
untuk memperoleh data yang diperlakukan.
d.
Bersifat
partikular-spesifik, artinya hasil PTK tidak dimaksudkan untuk menggeneralisasi
penemuan dalam rangka dalil, teori atau hipotesis yang berlaku untuk semua
situasi.
e.
Bersifat
partisipatoris, artinya proses PTK itu tidak hanya diarahkan pada upaya
perubahan cara belajar siswa, tetapi juga guru (sebagai peneliti dan pengajar
yang diteliti) harus terjadi perubahan ke arah yang lebih baik (berkualitas).
f.
Bersifat
kolaboratif atau kooperatif, artinya proses PTK selalu terjadi kerjasama antara
guru atau peneliti atau antara peneliti dengan pihak-pihak terkait.
g.
Bertujuan
mengubah keadaan nyata sehari-hari di kelas. (Trianto,2012:22 )
2.
Jenis-jenis
Penelitian Tindakan Kelas
A.
Penelitian
Tindakan Diagnostik
Penelitian
tindakan diagnostik ini dirancang untuk menuntun kearah tindakan. Dalam bentuknya yang paling jelas penelitian
tindakan diagnostik dapat dijelaskan sebagai berikut: Agen penelitiannya
memasuki situasi yang telah ada, dan akan lebih bagus jika karena diundang.
Agen itu mendiagnosis situasinya. Misalnya, seorang dosen Jurusan Pendidikan
Bahasa Inggris yang ahli dalam penelitian tindakan diundang oleh Dinas
Pendidikan untuk mempelajari kelas-kelas bahasa Inggris di suatu SMK, yang
siswa-siswanya ketika lulus diharapkan mahir berbahasa Inggris secara fungsional
dalam bidang kejuruannya. Ia mengamati secara cermat proses pembelajaran bahasa
Inggris di beberapa kelas, memeriksa silabusnya, memeriksa sumber belajar yang
ada, dan sebagainya. Ia kemudian
menganalisis semua data dan kemudian ia membuat berbagai rekomendasi tentang
tindakan perbaikannya. Contoh lain penelitian tindakan diagnostik yang dapat
dilakukan adalah penelitian yang dilakukan di suatu sekolah, atau organisasi
masyarakat tertentu. Di sekolah tersebut banyak terjadi pertengkaran antar
beberapa kelompok siswa yang sering diikuti oleh perkelahian. Suatu tim
peneliti dari lembaga penelitian diundang. Wakil tiap-tiap kelompok siswa dan
juga ketua-ketua kelasnya diwawancarai tentang sikapnya terhadap kelompok yang
lain, kepuasannya, kekecewaannya, dan keikutsertaannya dalam kegiatan sekolah.
Informasi yang diperoleh ditabulasikan dan ditabulasi silang, hasil-hasilnya
dianalisis, dan rekomendasi dibuat.
Rekomendasi itu sendiri tidak diuji
sebelumnya, dan juga bukan merupakan obyek penelitian tertentu. Rekomendasi itu
dihasilkan lebih kurang melalui proses intuitif berdasarkan kumpulan pengalaman
masa lalu dan diagnosis saat itu. Karena rekomendasi dibuat oleh seorang ahli
penelitian atau tim peneliti yang tidak terlibat dalam kehidupan dalam ajang sasaran,
ada kemungkinan bahwa rekomendasi tersebut tidak realistic. Inilah kelemahan
penelitian jenis.
B.
Penelitian
Tindakan Partisipan
Penelitian
tindakan jenis ini tumbuh dan berkembang karena dua kelemahan penelitian
tindakan jenis pertama di atas: (1) diagnosis tidak selalu mendorong
dilakukannya tindakan. Dan (2) ketidakterlibatan tim peneliti dalam masyarakat
terkait kurang menjamin pelaksanaan tindakan yang disarankan. Gagasan sentral
penelitian tindakan partisipan ini adalah bahwa orang yang akan melakukan
tindakan harus juga terlibat dalam proses penelitian dari awal. Dengan
demikian, mereka itu tidak hanya dapat menyadari perlunya melaksanakan program
tindakan tertentu, tetapi secara jiwa raga akan terlibat dalam program tindakan
tersebut.
Contoh penelitian tindakan jenis ini
dapat sama dengan contoh pada jenis pertama di atas, namun peneliti harus
berada di sekolah dari awal penelitiannya, yaitu pada waktu mendiagnosis /
menganalisis keadaan dan melihat kesenjangan antara keadaan nyata dan keadaan
yang diinginkan dan merumuskan rencana tindakan.
Kelemahannya
adalah bahwa model ini menuntut curahan tenaga, pikiran, dan waktu peneliti,
yang kadang sulit dipenuhi karena dia juga memiliki pekerjaan sendiri.
C.
Penelitian
Tindakan Empiris
Gagasan dasar penelitian
tindakan jenis ini adalah melakukan sesuatu dan membukukan apa yang dilakukan
dan apa yang terjadi. Proses penelitiannya pada pokoknya berkenaan dengan
penyimpanan catatan dan pengumpulan pengalaman dalam pekerjaan sehari-hari.
Sebuah contoh dapat diberikan sebagai berikut.
Pengurus jurusan di suatu perguruan tinggi melihat adanya masalah dalam proses
rapat jurusan. Dia mengemukakan kepeduliannya di depan forum dosen, dan dia
sangat lega karena semua dosen merasakan hal yang sama. Dia mengajak semua
dosen untuk bersama-sama merumuskan tindakan apa yang mesti dilakukan untuk
meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar.
Kelemahan
penelitian tindakan jenis ini adalah bahwa simpulan ditarik dari pengalaman
dengan satu kelompok atau beberapa kelompok yang berbeda dalam berbagai segi
yang tak terkontrol. Meskipun punya kelemahan, penelitian tindakan empiris
dapat menuntun peneliti untuk mengembangkan secara bertahap prinsip yang secara
umum sahih.
Penelitian
jenis ini cukup banyak kelemahannya, diantaranya:
a.
Banyak
organisator dan pimpinan kelompok yang tidak memiliki kemampuan merumuskan
hipotesis tindakan secara eksplisit atau menyatakan simpulannya secara cermat.
b.
Pelaku
penelitian yang juga dibebani dengan tanggung jawab tindakan biasanya tidak
mampu menyisihkan waktu untuk mencatat secara lengkap amatannya atau dalam
beberapa hal bahkan tidak dapat melakukan amatan itu sendiri.
c.
Jika
penyimpanan catatan benar-benar memadai, biasanya begitu banyak yang berhasil
dikumpulkan, sehingga memerlukan usaha yang sangat besar untuk menganalisis
seluruhnya.
d.
Bahkan
dengan niat yang terbaik sekalipun sulit bagi pelaku penelitian untuk
benar-benar obyektif dalam menilaikeluaran usaha tindakannya sendiri. Faktor
luar selalu mempengaruhi apa yang terjadi dalam situasi kelompok, dan
penafsiran terhadap pengaruhnya selalu agak subjektif.
D.
Penelitian
Tindakan Eksperimental
Penelitian
tindakan eksperimental adalah penelitian yang berbagai teknik tindakannya
sangkil. Hampir selalu ada lebih dari satu cara untuk mencapai sesuatu.
Dari semua
jenis penelitian tindakan, jenis eksperimental memiliki nilai potensial
terbesar untuk kemajuan pengetahuan ilmiah karena dalam keadaan yang
menguntungkan memberikan ujicoba yang mantap tentang hipotesis tertentu. Akan
tetapi ia merupakan bentuk penelitian tindakan yang tersulit untuk dilaksanakan
dengan berhasil. Kesulitan-kesulitan yang mungkin timbul termasuk:
a.
Keterbatasan
kemampuan peneliti dalam membuat prediksi keakuratannya;
b.
Kekurang
mampuan peneliti dalam mengontrol jalannya tindakan sosial; dan
c.
Kekurang
mampuan peneliti dalam melakukan pengukuran yang layak sesuai dengan sifat
dasar hubungan sosial.
Kesulitan ini
sebagian besar dapat dihindari jika program penelitiannya dari awal
direncanakan dengan bekerja sama dengan agen pelaksana yang bertanggung jawab
atas pemantauan pelaksanaannya, sehingga tindakan yang perlu benar-benar
dilaksanakan. Hal penting yang perlu dicatat adalah bahwa penelitian tindakan
eksperimental akan berhasil jika didukung oleh perencanaan dan kerja sama yang sangat
baik dengan setiap orang yang terkait dengan program tersebut.
Pemilihan jenis penelitian tindakan akan
sangat ditentukan oleh kondisi dan situasi yang dihadapi oleh peneliti. Namun,
hendaknya kelemahan-kelemahan setiap jenis selalu diingat sehingga manfaat
dapat dipetik secara optimal.
3.
Metode
Penelitian Tindak Kelas
A.
SETTING
Setting artinya
penelitian perlu diuraikan secara rinci karena penting artinya bagi guru lain
yang ingin meniru keberhasilan yang telah dilakukan. Mereka tentu akan
mempertimbangkan masak-masak apakah ada kemiripan antara setting sekolahnya
dengan setting penelitian yang sudah ada (Trianto, 2010:53). Setting yaitu
lokasi yang digunakan untuk lokasi tersebut yang harus diperhatikan dalam
melakukan PTK yaitu kondisi siswa dan kelas yang mau dituju untuk PTK.
Dalam setting
ini biasanya dipaparkan tentang subyek dan waktu penelitian. Sebagai contoh
penelitian dilakukan pada siswa kelas X Semester genap Madrasah Aliyah Negeri
(MAN) Surabaya tahun pelajaran 2008-2009 (Trianto, 2010:53).
Berkaitan
dengan waktu penelitian, karena kegiatan PTK include dengan jadual PBM maka
waktunya pun mengikuti jadual pelajaran yang telah ditetapkan oleh sekolah. Hal
ini dimaksudkan agar tidak terjadi tumpang tindih materi yang diterima oleh
peserta didik. Sedangkan untuk uji awal dan uji akhir dapat dilakukan di dalam
ataupun di luar jam pelajaran. Berikut disajikan contoh waktu atau jadual
pengambilan data dalam PTK (Trianto, 2010:53).
Contoh waktu
kegiatan PTK
No
Kegiatan
Waktu
Pelaksanaan
1
Tes Awal
3 agustus 2009
(minggu l)
2
Pelaksanaan
tindakan
10, 17, 24
agustus 2009 (minggu ll, lll, Lv)
3
Tes akhir
1 september
2009
B.
METODE
DAN INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
Metode
pengumpulan data hakikatnya adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti
untuk mengumpulkan data.
Metode pengumpulan data penelitian, antara
lain angket, wawancara, pengamatan, ujian, dokumentasi, dan lain sebagainya.
Instrumen
pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh penelitian
dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan
dipermudah olehnya. Berdasarkan definisi tersebut suatu instrumen berfungsi
untuk menjaring data-data hasil penelitian. Instrumen juga diartikan sebagai
alat bantu merupakan sarana yang dapat diwujudkan dalam benda, misalnya angket,
daftar cocok, pedoman wawancara, lembar atau panduan pengamatan , soal tes,
inventori, skala dan lainya (Trianto, 2010:54).
Tabel Pasangan
Metode dan Instrumen Pengumpulan Data
No
Jenis Metode
Jenis Instrumen
1
Angket
(questionnaire)
Angket
(questionnaire)
Daftar cocok
(check list)
Skal (scale),
inventori (invertory)
2
Wawancara
(interview)
Pedoman
wawancara (interview guide)
Daftar cocok
(check list)
3
Pengamatan
(observation)
Lembar
pengamatan (observation sheet),
Panduan
pengamatan/observasi
(observation
schedule)
Daftar cocok
(check list)
4
Ujian atau tes
(test)
Soal ujian,
soal tes atau tes (test)
Inventori
(inventory)
Daftar cocok
(check list)
Tabel (table)
C.
Jenis
Instumen Pengumpulan Data
Instumen
merupakan bagian yang tidak kalah pentingnya dalam pelaksanaan PTK. Jenis
instrumen harus sesuai dengan karakteristik variabel yang diamati. Triangsuran
dan saturasi (kejenuhan informasi) perlu diperhatikan untuk menjamin validitas
data.
Instrumen
berfungsi untuk menjaring data-data hasil penelitian. Ini biasa disebut dengan
catatan lapangan. Berikut disajikan beberapa contoh instrumen penjaring
data-data penelitian (Trianto, 2010:55).
a.
Catatan
Lapangan
Masalah utama
dalam observasi adalah bagaimana bisa mengingat data lapangan dalam kurun waktu
cukup lama, sebab seringkali tidak mungkin mengobservasi sambil membuat catatan
yang rinci, untuk kemudian mencatatnya dengan rinci dalam bentuk catatan
lapangan. Agar tidak lupa mencatat data tersebut catatan lapangan, diperlukan
adanya pencatatan tambahan dalam bentuk: (1) Catatan Pendek; (2) Catatan
Harian; dan (3) Log Lapangan. Agar mudah, sebaiknya digunakan lembaran kertas
bergaris. Rincian mengenai nama observer, jam pencatatan, dan lokasi kegiatan
hendaknya dikemukakan. Pendeskripsian hendaknya rinci (Trianto, 2010:55).
b.
Angket
(questionnaire)
Angket adalah
kumpulan dari pertanyaan yang diajukan secara tertulis kepada seseorang
(responden), dan cara menjawab juga dilakukan dengan tertulis. Angket juga
diartikan sebagai daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan
maksud agar orang yang diberi tersebut bersedia memberikan respons sesuai
dengan permintaan pengguna (peneliti).
Menurut cara
memberikan respons, angket dibedakan menjadi dua jenis. Pertama, angket
terbuka. Angket terbuka adalah angket yang disajikan dalam bentuka. Angket
terbuka adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga
responden dapat memberikan isian sesuai dengan kehendak dan keadaannya. Angket
terbuka digunakan apabila peneliti belum dapat memperkirakan atau menduga
kemungkinan alternatif jawaban yang ada pada responden.
Kedua angket
tertutup. Angket tertutup yaitu angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian
rupa sehingga responden tinggal memberikan tanda centang (√ ) pada kolom atau
tempat yang sesuai (Trianto, 2010:57-58).
c.
Daftar
Cocok atau Ceklis (Checklist)
Ceklis adalah
kumpulan dari pernyataan atau pertanyaan yang pengisiannya dilakukan oleh
responden. Ceklis biasanya dilakukangan dengan memberikan tanda centang (√)
pada tempat-tempat yang sudah disediakan. Jadi ceklis sebenarnya merupakan
semacam angket juga cara pengisiannya dengan memberikan tanda cocok atau
centang.
Dalam
pencatatan data lapangan dapat digunakan ceklis, yang pelaksanaannya di
lapangan lebih ringan dibanding catatan lapangan. Walaupun data yang terekam
tidak sekaya data dalam catatan lapangan, tetapi masih cukup kaya dalam
perekaman data lapangan.
4.
Lembar
Pengamatan (Observasi)
Selain
menggunakan catatan lapangan yang bersifat agak bebas dalam arti pengamat
(peneliti) secara bebas mendeskripsikan setiap kejadian (momen) dalam
pembelajarannya. Maka lembar pengamatan lebih bersifat terstuktur, yaitu sudah
terdapat pedoman-pedoman terinci yang berisi langkah-langkah yang dilakukan
sehingga pengamat tinggal melakukan check list atau menghitung berapa frekuensi
yang telah dilakukan oleh subyek penelitian.
Contoh lembar
pengamatan dalam PTK adalah: (1) lembar pengamatan aktivitas guru dalam
mengelola KBM; dan (2) lembar aktivitas siswa dalam PMB.
a.
Lembar
pengamatan aktivitas guru dalam mengelola PMB
Lembar ini
dipergunakan untuk mengamati aktivitas guru dalam mengelola PMB. Lembar ini
berisi langkah-langkah yang harus dilakukan guru.
b.
Lembar
ini dipergunakan untuk mengamati aktivitas siswa dalam PMB. Lembar ini berisi
langkah-langkah yang harus dilakukan siswa (Trianto, 2010:61).
5.
Wawancara
(interview)
Wawancara
dipergunakan untuk menggali beberapa hal berkaitan dengan masalah pembelajaran.
Misalnya, adakah materi dari PMB yang dianggap sulit, atau apakah model
pembelajaran guru menarik bagi siswa.
Wawancara pada
dasarnya meliputi dua jenis, yaitu wawancara yang terstruktur dan tidak
terstruktur. Wawancara terstruktur
adalah jenis wawancara dimana pertanyaan-pertanyaan telah disusun
sedemikian rupa sehingga runtut. Sedangkan pada wawancara tidak struktur
pertanyaan-pertanyaan tidak disusun secara ketat (Trianto, 2010:61).
6.
Tes
Hasil Belajar
Tes hasil
belajar dipergunakan untuk mengukur tingkat ketuntasan belajar siswa, berupa
nilai yang diperoleh dari pelaksanaan tes. Tes ini terdiri dari tes produk dan
tes proses (Trianto, 2010:61).
7.
TEKNIK
PENGUMPULAN DATA
Teknik-teknik
yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah:
a.
Pemberian
Tes
Pemberian tes
dilakukan dua kali, yaitu sebelum proses pembelajaran dimulai (pretest) dan
sesudah protes pembelajaran (posttest). Ada 2 (dua) macam tes, yaitu: (1) Tes
produk untuk mengukur aspek kognitif yang telah dimiliki siswa. Dengan kata
lain tes proses ini digunakan untuk mengetahui ketuntasan TPK, ketuntasan
belajar siswa, dan sensitivitas butir soal yang digunakan.
b.
Pengamatan
(observasi)
Pengamatan
dilakukan pada saat pelaksanaan pembelajaran berlangsung. Pengamatan ini
bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan RPP dan aktivitas siswa selama
pembelajaran.
c.
Penyebaran
angket
Penyebaran
angket dilakukan setelah proses pembelajaran penyebaran angket bertujuan untuk
mengetahui respon siswa terhadap proses pembelajaran yang dilaksanakan. Angket
dapat berupa komentar (angket terbuka) atau pun pertanyaan-pertanyaan yang
telah dilengkapi dengan jawaban, sehingga siswa tinggal memilih yang sesuai
dengan pendapatnya (angket tertutup) (Trianto, 2010:62).
8.
TEKNIK
ANALISIS DATA
Pengolahan data
dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik analisis statistik
deskriptif. Tujuan dari analisis ini adalah untuk mendeskripsikan kegiatan
siswa selama proses belajar mengajar. Analisis deskriptif yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
A.
Analisis
Pengamatan Aktivitas Siswa
Untuk
menganalisis data aktivitas siswa yang diamati digunakan teknik prosentase (%),
yakni banyaknya frekuensi tiap aktivitas dibagi dengan seluruh aktivitas
dikalikan dengan 100.
Persentase
respon siswa X 100%
Dimana :
A = proporsi
siswa yang memilih
B = jumlah
siswa (responden)
Realiabilitas
instrumen pengamatan aktivitas siswa dihitung dengan teknik inter observer
agreement. Pada saat uji coba ada dua pengamat menggunakan instrumen yang sama
untuk mengamati karakteristik yang sama.
Rumus yang digunakan untuk menghitung reliabilitas adalah rumus Emmer dan
Millet:
Percentage of
agreement = 100% [ 1-A – B ] (Borich,
1994:385)
A+B
Keterangan :
A = Frekuensi
aspek tingkah laku yang teramati oleh pengamat yang memberikan frekuensi tinggi
B = Frekuensi
aspek tingkah laku yang teramati oleh pengamat yang memberikan frekuensi rendah
Instrumen
dikatakan baik jika mempunyai koefisien reliabilitas (Trianto, 2010:62-63).
B.
Analisis
Tes Hasil Belajar
Untuk
menentukan ketuntasan belajar siswa digunakan instrumen tes hasil belajar siswa
yang meliputi produk, proses, dan psikomotor. Penentuan ketuntasan berdasarkan
penilaian acuan patokan, yaitu sejauh mana kemampuan yang ditargetkan dapat
dikuasi siswa dengan cara menghitung proporsi jumlah siswa yang menjawab benar
dibagi dengan jumlah siswa seluruhnya. Rumusnya adalah:
KB = x 100 %
Dimana : KB = ketuntasan belajar
T = jumlah skor yang diperoleh siswa
Tt = jumlah skor total
Setiap siswa
dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan individu) jika proposal jawaban benar
siswa > 75% (Depdiknas, 2002:32)
Validitas butir
soal diperoleh dengan cara menghitung sensitivitas tiap butir soal. Nilai ini
digunakan untuk mengetahui sejauh mana tiap-tiap butir soal mampu mengukur efek
pembelajaran. Jika suatu soal dijawab dengan benar oleh semua siswa sebelum dan
sesudah pembelajaran, maka soal itu tidak memenuhi fungsinya. Butir soal yang
sensitif akan dijawab oleh lebih banyak siswa sesudah pembelajaran dibandingkan
sebelumnya. Untuk menghitung sensitivitas butir soal dengan cara mengurungkan
jawaban benar siswa pada uji awal dibagi dengan jumlah siswa. Rumusnya adalah:
Sensitivity =
(Groundlund, 1982)
Keterangan :
Ra = jumlah
siswa yang menjawab benar pada akhir
Rb = jumlah
siswa yang menjawab benar pada tes awal
T = jumlah
siswa yang mengikuti tes
Menurut Aiken
(1997: 69), butir soal dikatakan baik apabila sensitivitas berada antara 0 dan
1, kriteria yang dipakai untuk menyatakan bahwa butir soal peka terhadap
pembelajaran jika S 0,30 (Trianto, 2010:63-64).
C.
Matriks
Metode Penelitian
Matriks
penelitian dibuat untuk memudahkan penentuan sistematika atau prosedur
penelitian. Matriks ini berisi tujuan penelitian, variabel, definisi
operasional variabel, instrumen penelitian, sumber data, teknik pengambilan
data, dan analisis data (Trianto, 2010:64).
Ø Prosedur Perencanaan Dan Pelaksanaan
Penelitian Tindakan Kelas
Dalam
melaksanakan penelitian tindakan kelas, langkah-langkah/prosedur umum yang
dapat dilakukan meliputi:
1. Pengembangan/Penetapan Fokus Penelitian
a. Merasakan adanya masalah
Permasalahan
yang diangkat dalam Penelitian Tindakan Kelas harus benar-benar merupakan
masalah yang dihayati oleh guru dalam praktek pembelajaran yang dikelolanya,
bukan masalah yang disarankan, apalagi disarankan oleh pihak luar.
Permasalahan
tersebut dapat bersumber dari siswa, guru, bahan ajar, kurikulum, hasil
belajar, dan interaksi pembelajaran.
b. Identifikasi Masalah
Pada tahap ini
yang penting dilakukan adalah menghasilkan gagasan-gagasan awal mengenai
permasalahan aktual yang dialami guru di kelas. Berangkat dari gagasan-gagasan
awal tersebut guru dapat berbuat sesuatu untuk memperbaiki keadaan dengan
menggunakan PTK.
c. Analisis Masalah
Setelah
memperoleh sekian banyak permasalahan melalui proses identifikasi, maka
selanjutnya
melakukan analisis terhadap masalah-masalah tersebut untuk menentukan urgensi
mengatasinya. Dalam hal ini nantinya akan ditemukan permasalahan yang sangat
mendesak untuk diatasi (pembatasan masalah).
D.
Perumusan
Masalah
Setelah
menetapkan fokus penelitian, maka perlu dilakukan perumusan masalah secara
lebih jelas, spesifik, dan operasional.
2. Perencanaan
Tindakan
a. Perumusan/Formulasi solusi dalam bentuk
hipotesis tindakan
Agar dapat
menyusun hipotesis tindakan dengan tepat maka peneliti dapat melakukan:
1) kajian teoritik
dibidang pembelajaran
2) kajian hasil
penelitian yang relevan
3) diskusi
dengan teman sejawat
4) kajian
pendapat para pakar
5)merefleksi
pengalaman sendiri sebagai guru
b. Analisis Kelaikan Hipotesis Tindakan
Pada langkah
ini peneliti perlu mengkaji kelaikan dari sejumlah hipotesis tindakan yang
diperolehnya baik dari segi jarak antara kondisi riil dengan situasi ideal yang
dijadikan rujukan. Hipotesis tindakan harus dapat diuji secara empirik, ini
berarti bahwa implementasi tindakan yang dilakukan maupun dampak yang
diperolehnya harus dapat diamati oleh guru selaku peneliti.
c. Persiapan
Tindakan
Hal-hal yang
perlu dilakukan dalam langkah ini diantaranya:
1)membuat
skenario pembelajaran
2)mempersiapkan
fasilitas/sarana pendukung yang diperlukan
3)mempersiapkan
cara merekan dan menganalisis data
4)melakukan
simulasi pelaksanaan tindakan (jika dipandang perlu)
3. Pelaksanaan
Tindakan dan Observasi-Interpretasi
a. Pelaksanaan
Tindakan
Setelah semua
kegiatan persiapan selesai, maka skenario tindakan perbaikan yang telah
direncanakan kemudian dilakukan dalam situasi yang nyata. Kegiatan ini
merupakan kegiatan pokok dalam siklus penelitian tindakan kelas. Dalam kegiatan
pelaksanaan tindakan ini juga dibarengi kegiatan observasi dan intrepretasi
serta kegiatan refleksi.
b. Observasi
dan Interpretasi
Dalam
penelitian tindakan kelas, observasi merupakan upaya untuk merekam segala
peristiwa/kegiatan yang yang terjadi selama tindakan perbaikan itu berlangsung
dengan atau tanpa alat bantu tertentu. Hal penting untuk dicatat pada
kesempatan ini adalah kadar interpretasi yang terlibat dalam rekaman hasil
observasi.
c. Diskusi balikan
Observasi yang
dilakukan akan memberikan kemanfaatan yang banyak jika pelaksanaannya diikuti
dengan diskusi balikan. Diskusi
balikan
sebaiknya dilakukan tidak terlalu lama dari waktu observasi, bertolak dari
rekaman data yang dibuat oleh pengamat, diinterpretasikan bersama-sama antara
pelaku tindakan perbaikan dan pengamat, dan pembahasan mengacu pada penetapan
sasaran dan strategi perbaikan untuk menentukan perencanaan selanjutnya.
4. Analisis dan Refleksi
a. Analisis data
Analisis data
adalah proses menyeleksi, memfokuskan, menyederhanakan,
mengabstraksikan,
mengorganisasikan secara urut/sistematis dan rasional untuk
menampilkan
bahan-bahan yang dapat digunakan untuk menyusun jawaban terhadap tujuan
penelitian tindakan kelas. Analisis data yang bersifat kualitatif dapat
dilakukan melalui tiga tahapan yaitu reduksi data, paparan data, dan
penyimpulan.
Reduksi data
yaitu proses penyederhanaan yang dilakukan melalui seleksi, pemfokusan, dan
pengabstraksian data mentah menjadi informasi yang bermakna. Paparan data yaitu
proses penampilan data secara lebih sederhana dalam bentuk paparan naratif,
representasi tabular, matriks, representasi grafis maupun lainnya. Sedangkan
penyimpulan adalah proses pengambilan intisari dari sajian data yang telah
diorganisir tersebut dalam bentuk pernyataan kalimat dan atau rumusan yang
singkat dan padat. Sedangkan data yang bersifat kuantitatif dapat dianalisis
menggunakan analisis statistik.
b. Refleksi
Dalam
penelitian tindakan kelas, refleksi merupakan upaya untuk mengkaji apa yang
telah dan atau
yang tidak terjadi, apa yang telah dihasilkan atau belum berhasil dituntaskan
melalui tindakan perbaikan yang telah dilakukan. Hasil dari refleksi ini akan
digunakan untuk menetapkan langkah-langkah lebih lanjut dalam upaya mencapai
tujuanpenelitian tindakan kelasyang ditetapkan.
Dengan
perkataan lain refleksi merupakan pengkajian terhadap keberhasilan dan
kegagalan dalam mencapai tujuan sementara, dan untuk menentukan tindak lanjut
dalam rangka mencapai akhir.
5.
Perencanaan Tindak Lanjut
Hasil analisis
dan refleksi akan menentukan apakah tindakan yang telah dilaksanakan telah
dapat mengatasi masalah dalam penelitian tindakan kelas ini atau belum. Apabila
hasilnya belum memuaskan atau masalahnya belumterselesaikan, maka perlu
dilakukan tindakan perbaikan lanjutan dengan memperbaiki tindakan perbaikan
sebelumnya atau bila perlu dengan menyusun tindakan perbaikan yang betul-betul
baru untuk mengatasi masalah yang ada. Dengan perkataan lain, jika masalah yang
diteliti belum tuntas atau belum memuaskan pengatasannya, maka penelitian
tindakan kelas harus dilanjutkan pada siklus 2 dengan prosedur yang sama
seperti siklus ke 1 yaitu perumusan masalah, perencanaan tindakan, pelaksanaan
tindakan, observasi dan interpretasi, dan analisis-refleksi. Dan jika pada
siklus 2 permasalahan telah terselesaikan/hasil sudah memuaskan, maka tidak
perlu dilanjutkan siklus 3. Namun jikapada siklus 2 masalahnya belum
terselesaikan/hasilnya belum memuaskan maka perlu dilanjutkan dengan siklus ke
3, dan seterusnya.
Dalam dalam
penelitian tindakan kelas jumlah siklus sebenarnya tidak dapat ditentukan lebih
dahulu, hal ini tergantung kepada permasalahannya. Ada penelitian tindakan
kelas yang mungkin cukup satu siklus, tetapi ada juga yang memerlukan beberapa
siklus.
Dengan demikian
banyak sedikitnya jumlah siklus dalam penelitian tindakan kelas tergantung
kepada terselesaikannya masalah yang diteliti.
Menurut Lewis
(dalam Syamsuddin, 2011: 234) langkah-langkah kegiatan penelitian itu meliputi:
ü Mengidentifikasi gagasan/ permasalahan umum
ü Melakukan pengecekan di lapangan
ü Membuat perencanaan umum
ü Mengembangkan tindakan pertama
ü Mengimplementasikan tindakan pertama
ü Mengevaluasi
ü Merevisi perencanaan, untuk tindakan kedua,
dst.
1. Merasakan dan mengidentifikasi masalah
Dalam upaya
memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran secara lebih professional, guru harus
mempunyai keberanian dan kepedulian mengenai kelemahan yang masih terdapat
dalam inplementasi program pembelajaran yang di kelolanya. Guru harus mampu
merenung, berfikir, dan merefleksi
mengenai apa saja kekurangan yang telah
dilakukannya dalam proses pembelajaran dalam rengka mengidentifikasi hal-hal
yang mungkin ada kelemahannya.
2. Formulasi solusi dalam bentuk hipotesis
tindakan
Hipotesis
merupakan suatu dugaan awal yang akan terjadi jika suatu tindakan dilakukan.
Dari suatu hipotesis dapat dilihat bahwa suatu tindakan diduga akan dapat
memecahkan masalah yang diteliti.
Dalam
penelitian tindakan kelas hipotesis menyatakan, “jika tindakan ini dilakukan
dengan baik maka tindakan ini merupakan suatu pemecahan masalah yang baik” atau
“jika suatu tindakan dilakukan dengan baik maka tindakan tersebut merupakan
perbaikan atau pengembangan atas sesuatu”.
3. Perencanaan tindakan
Di dalam
langkah persiapan ini, peneliti membuat rancangan tindakan pemecahan masalah
yang hendak dilaksanakan. Oleh karena itu, peneliti perlu membuat rancangan dan
prosedur implementasinya dengan tahap kegiatan sebagai berikut.
a) Perancangan model PTK sesuai dengan
permasalahan. Rencana kegiatan tindakan dan keadaan atau situasi kelas diatur
sesuai dengan langkah-langkah tindakan yang akan dilakukan.
b) Pengidentifikasian komponen-komponen
pendukung yang diperlukan.
c) Penyusunan rancangan tindakan sesuai
dengan model PTK dan jadwal.
d) Persiapan segala sesuatu yang diperlukan
untuk melaksanakan tindakan, seperti kondisi situasi, materi, alat perangkat.
BAB III
PENUTUP
Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan
pada sebuah kelas untuk mengetahui akibat tindakan yang diterapkan pada suatu
subyek penelitian di suatu kelas.
Ruang Lingkup Bidang Kajian Penelitian Tindakan Kelas yaitu
masalah belajar siswaa di sekolah, desain dan strategi pembelajaran di kelas,
alat bantu, media, dan sumber belajar, sistem asesmen dan evaluasi proses dan
hasil pembelajaran, pengembangan pribadi peserta didik, pendidik, dan tenaga
kependidikan lainnya, masalah kurikulum.
Langkah-langkah kegiatan penelitian itu meliputi:
mengidentifikasi gagasan/ permasalahan umum, melakukan pengecekan di lapangan
membuat perencanaan umum, mengembangkan tindakan pertama, mengimplementasikan
tindakan pertama, mengevaluasi, merevisi perencanaan, untuk tindakan kedua,
dst.
DAFTAR
PUSTAKA
Arifin, Z. (2010). Metedologi penelitian pendidikan.
Surabaya: Lentera Cendekia.
Igak Wardhani, d. (2007). Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: Universitas Terbuka .
Madya, S. (2009). Teori dan Praktik Penelitian Tindakan
Kelas. Bandung: Alfabeta.
Suharsimi Arikunto,
d. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Sukidin, d. (2002). Manajemen Penelitian Tindakan Kelas.
Insan Cendekia.
Syamsuddin, AR. & Vismaia, S. (2011) Metode Penelitian
Pendidikan Bahasa. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA
Trianto. (2011). Panduan Lengkap
Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar